Muhammad Al-Fatih sang penakluk kota Konstantinopel


Assalamu 'alaikum warahmatulahi wabarakatuhu

Sahabat Rumah-Muslimin yang semoga selalu dalam Lindungan Allah dan RahmatNya Allah SWT, kali ini kami akan membahas dengan tema, Kisah Muhammad Al-Fatih sang penakluk kota Konstantinopel, selamat membaca, dan semoga ada manfaat didalamnya.

Kisah Muhammad Al-Fatih ini bisa menjadi potret dari sebuah pendidikan dan kekuatan. Sejak kecil beliau bukan lah orang yang istimewa dan bisa disebut sebagai anak yang nakal, namun dengan konsep pendidikan Nabi Muhammad SAW, serta atas izin Allah, Sultan Muhammad al-Fatih tumbuh dalam kepahlawanan dan kekuatan.

Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda, "Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan." [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]

Yang pada akhirnya, beliau lah yang mampu menaklukan. Sehingga Muhammad al Fatih disebut sebagai sebaik-baik pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baik pasukan, Subhanaallah.

Berikut Biografi dan Latar Belakang Muhammad Al-Fatih


Muhammad Al-Fatih adalah Sultan Muhammad II dari Dinasti Utsmaniyah ke-7. Beliau mendapat gelar Al-Fatih setelah mampu membuka benteng Konstantinopel (Al-Fatih sendiri artinya adalah pembuka). Beliau lahir pada 27 Rajab 835 H/30 Maret 1432 M (ada juga yang mengatakan tahun 1429 M/833 H) di Kota Erdine.

Muhammad al-Fatih menjadi raja setelah ayahnya yang bernama Sultan Murad II meninggal dunia pada tanggal 16 Februari 1451 /16 Muharram 855H dan saat itu ia berumur 20 tahun. Muhammad Al Fatih memerintah selama 30 dan memperoleh banyak kebaikan serta keadilan. Saat menjadi pemimpin, beliau memiliki kepribadian yang cemerlang, kekuatan dan keadilan serta unggul dalam segala bidang ilmu, apalagi tentang bahasa dan sejarah.

Penanaman Karakter Iman Terhadap Muhammad Al-Fatih Sejak Kecil

Sebagai anak raja atau sultan, Muhammad al-Fatih tumbuh menjadi anak yang manja, bandel, nakal serta susah diatur. Bahkan ayahnya (Sultan Murad II) pernah mengutus beberapa pengajar, namun tidak berpengaruh sama sekali dengan Muhammad al-Fatih. Sampai-sampai ia tidak membaca sesuatu dan tidak bisa mengkhatamkan Al-Quran. Hal ini membuat Sultan Murad II harus berfikir keras untuk mendatangkan guru yang memiliki kesempurnaan dan kemuliaan.

Dibalik Kesuksesan Muhammad Al-Fatih Ada Syaikh Aaq Syamsudin

Akhirnya, Sultan Murad II menemukan guru yang dikenal dengan keistimewaannya dan keilmuannya. Mereka adalah Syaikh Ahmad bin Ismail al-Qurani dan Syaikh Aaq Syamsudin. Mereka berdua pun diminta untuk membimbing Muhammad al-Fatih.

Untuk guru yang kali ini tidak tanggung-tanggung, karena ayahnya Sultan Murad II memberikan wewenang untuk memukulnya jika Muhammad II tidak patuh terhadap gurunya. Ketika Syaikh Ahmad al-Qurani menemui Muhammad Al-Fatih, beliau berkata kepadanya, "Ayahmu mengutusku untuk memberi pengajaran dan aku akan memukulmu apabila kamu tidak patuh terhadap perintahku" Maka setelah mendengar itu, tertawalah Muhammad al-Fatih karena kalimat gurunya itu. Seketika itu pula, gurunya langsung memukulnya.

Muhammad al-Fatih kaget, dan terperanjat, karena ia mendapat pukulan pertama kalinya yang mana belum pernah ia rasakan saat diajar oleh guru-guru sebelumnya. Maka momen ini menjadi titik balik dari si anak yang bandel menjadi anak yang patuh dan penurut. Inilah pendidikan Islam yang diajarkan oleh sang guru, pukulan di sini bukan lah pukulan sembarangan. Karena dalam islam, setiap hukuman pada anak ada tahapan dan peraturannya. 
Akhirnya Muhammad II berubah menjadi anak yang shaleh, bahkan bisa hafal Quran di usia 8 tahun. Selanjutnya beliau menguasai bahasa-bahasa asing, ilmu-ilmu politik, ekonomi dan lain-lain. Namun, sebelum itu semua, Muhammad al-Fatih selalu ditanamkan karakter iman. Seperti Apa Karakter Iman??


Penanaman Karakter Pemimpin Kepada Muhammad Al-Fatih

Dalam masa pembelajaran, ayahnya (Sultan Murad II) sangat menghormati guru Muhammad al-Fatih, beliau juga tidak mau ikut campur dengan apa yang dilakukan gurunya terhadap anaknya. Meskipun Aaq Syamsudin memukulnya, ia akan diam. Karena demi kebaikan anaknya.

Syaikh Aaq Syamsudin sebagai guru yang membimbing Muhammad al-Fatih sampai menjadi Sultan, ia tidak segan-segan mendidiknya dengan sungguh-sungguh. Beliau selalu menanamkan karakter iman padanya. Bahkan Aaq Syamsudin selalu membacakan hadist Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam tentang penaklukkan Konstantinopel kepadanya.

Beliau selalu meyakinkan bahwa Muhammad II lah yang mampu menaklukkan. Tapi hal ini juga disertai penanaman karakter-karakter iman. Setelah ditanamkan terus-menerus, maka tumbuhlah dia sebagai pemuda dengan pemikiran yang matang dan iman yang kokoh disertai ilmu yang kuat. Pada akhirnya, Muhammad Al-Fatih menjadi Sultan di usia 20 tahun. Menggantikan ayahnya yang meninggal dunia.


Kisah Muhammad Al-Fatih Penakluk Konstantinopel


Sebelum kami bercerita tentang penaklukkan Konstatinopel, sebaiknya kita ketahui dulu sekilas sejarah kota tersebut.

Konstatinopel adalah kota yang dianggap kota paling penting di dunia. Kota tersebut didirikan oleh Raja Byzantium Konstantin pada tahun 330 M. Konstatinopel memiliki wilayah paling strategis. Di sana dikelilingin 3 teluk, Teluk Bosporus, Laut Marmara dan Teluk Tanduk Mas.


Kisah Muhammad Al-Fatih Penakluk Konstantinopel

Betepa strategisnya sampai ada yang mengatakan, "Seandainya dunia ini adalah sebuah negara, maka yang paling pantas menjadi ibukotanya adalah Kontatinopel."

Oleh karena itu, Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam memberi kabar gembira kepada kaum muslimin, tentang penaklukan kota ini. Siapa saja yang bisa membukanya, maka dia menjadi pemimpin dan pasukan terbaik. Hal ini membuat para khalifah sebelumnya selalu berusaha menaklukkan Konstatinopel, namun belum berhasil sampai datanglah kepemimpinan Muhammad Al-Fatih.

Ketika menggantikan ayahnya menjadi Sultan, langkah pertama yang Sultan Muhammad al-Fatih lakukan adalah mewujudkan cita-citanya yang sudah ditanamkan 2 guru yang istimewa (Aaq Syamsudin dan Ahmmad al-Qurani). Beliau mulai melakukan kebijakan strategis terhadap militer dan politik luar negeri. Ia memperbarui perjanjian dan kesepakatan yang telah terjalin dengan negara-negara tetangga dan sekutu-sekutu militernya. Pengaturan ulang perjanjian tersebut bertujuan menghilangkan pengaruh Kerajaan Bizantium Romawi di wilayah-wilayah tetangga Utsmaniah baik secara politis maupun militer.

Muhammad Al-Fatih Menaklukkan Bizantium

Setelah semuanya sudah tersusun rapih. Sultan Muhammad Al-Fatih mempersiapkan pasukannya untuk menyerang benteng Konstatinopel. Beliau mencurahkan seluruh kemampuannya dan menyiapkan pasukan yang sangat besar. Muhammad II terus memberi menyemangati pasukannya dengan kabar gembira dari Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.

Sebelum melakukan penyerangan terhadap Bizantium, Sultan Muhammad II mengadakan perjanjian dan kesepakatan dengan musuh. Perjanjian pertama, jika musuh mau masuk Islam maka semua selesai dan aman, Perjanjian kedua, jika mereka tidak mau, maka mereka harus membayar pajak kepada kaum muslimin. Namun, jika menolaknya maka terpaksa dengan jalan terakhir, perang.

Setelah terjadi kesepakatan dan ternyata musuh lebih memilih perang, Muhammad Al-Fatih langsung mengepung Konstatinopel dari jalur darat. (Dalam kisahmuslim.com menyebutkan ada 4 juta lebih prajurit). Namun, pada saat melakukan pengepungan, kaum muslimin banyak yang gugur karena kuatnya pertahanan benteng tersebut. Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari itu, benar-benar menguji kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga, pikiran, dan perbekalan mereka.


Sebagaimana yang sudah kita ketahui, Konstantinopel adalah sebuah kota yang dikelilingi perairan laut di ketiga arah: Teluk Bosporus, Laut Marmara dan Teluk Tanduk Mas yang terlindungi dengan rantai besar sehingga memagari Bizantium.

Dengan adanya rantai, kaum muslimin belum bisa menyentuh benteng Bizantium. Bahkan kapal kecil saja tidak bisa melewatinya. Maka Muhammad Al Fatih terus berfikir dan menyusun rencana.

Akhirnya Sultan Muhammad menemukan ide yang ia anggap merupakan satu-satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut dan jika dinaluri oleh manusia, hampir tidak masuk akal.

Ide tersebut adalah, Prajurit Muhammad Al-Fatih menggandeng 70 kapal dan menarik kapal keluar Selat Bosporus, lalu menyeretnya mengelilingi Galata dan meluncurkan kembali ke Teluk Tanduk Emas. Mungkin menurut pandangan manusia hal ini sangatlah mustahil, meskipun bisa, pasti membutuhkan waktu berhari-hari. Karena di Galata banyak sekali pohon besar yang menghalangi terlebih lagi, menyeret 70 kapal.

Namun, dengan kecerdasan Muhammad Al Fatih dan atas izin Allah, Ide tidak masuk akal ini bisa dilakukan dalam 1 malam!!?

Ya, Sultan Muhammad II menggandeng 70 kapalnya melintasi Galata ke muara setelah meminyaki batang-batang kayu. Hal itu dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam. Dengan minyak tersebut, beban semakin ringan dan mudah.

pergerakan pasukan muslim

Di pagi hari, Bizantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali tidak mengira Sultan Muhammad dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi.


Peperangan Pasukan Muhammad Al-Fatih di Tanduk Emas atau Golden Horn

Setelah berhasil melewati rantai, peperangan dahsyat pun terjadi, benteng yang tak tersentuh sebagai simbol kekuatan Bizantium itu akhirnya diserang oleh orang-orang yang tidak takut akan kematian. Akhirnya kerajaan besar yang berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum muslimin. (kisahmuslim.com)

Peperangan besar itu mengakibatkan 265.000 pasukan umat Islam gugur. Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan al-Ghazi Muhammad berhasil memasuki Kota Konstantinopel. Sejak saat itulah ia dikenal dengan nama Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel.

Saat memasuki Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur kepada Allah. Setelah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan menggantinya menjadi masjid. Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah Kerajaan Utsmani dan kota ini diganti namanya menjadi Islambul yang berarti negeri Islam, lau akhirnya mengalami perubahan menjadi Istanbul.

Masjid Shopia Istanbul

Istanbul Sekarang

Setelah kemenangan atas Konstantinopel, Muhammad Al Fatih membawa pasukannya menklukkan kota-kota lainnya, seperti Balkan, Yunani, Rumania, Albania, Asia Kecil, dll. bahkan ia telah mempersiapkan pasukan dan mengatur strategi untuk menaklukkan kerajaan Romawi di Italia, demi memenuhi sabda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam. Karena dalam hadist ada dua kota yang nantinya akan ditaklukan kaum muslimin, yaitu Konstantinopel dan Roma. Namun, kematian telah menghalanginya untuk mewujudkan hal itu, sehingga penaklukan Roma menjadi tugas kita bersama.

Dampak Penaklukan Konstantinopel

Sebelum Kota Konstantinopel ditaklukan, dakwah Islam begitu sulit untuk memasuki wilayah eropa. Namun setelah kota tersebut takluk, Islam telah menyebar ke berbagai negara eropa, dan masih banyak lagi dampak-dampaknya.

Wafatnya Muhammad Al-Fatih

Muhammad Al Fatih wafat pada usia 52 tahun pada tanggal 4 Rabiul Awal 886H/3 Mei 1481 M. Beliau memerintah selama 31 tahun.

Kisah wafatnya adalah, saat itu pada bulan Rabiul Awal tahun 886 H/1481 M, Sultan Muhammad al-Fatih pergi dari Istanbul untuk berjihad, dan ia sedang dalam kondisi tidak sehat. Pada akhirnya tidak ada seorang dokterpun yang mampu menyembuhkannya, dan beliau pun meninggal dunia. Tapi ada yang mengatakan meninggalnya Muhammad Al Fatih karena diracuni oleh dokter pribadinya Ya’qub Basya. Wallahualam Bishawab.

Semoga Allah mengangkat derajat Sultan Muhammad Al Fatih di Surga. Amiin.
Penulis: Abu Zaid Al-Amir Muttaqin bin Amiruddin

Sumber:

sumber PDF terjemahan hamba Allah dari kitab Ali Ash Salabi Fatih Qostantiniyah As sultan Muhammad Al fatih Dar At Tauzi dan juga Ash Shalabi Bangkit dan Runtuhnya Utsmaniyah cetakan Al Kautsar Jakarta. 

Sumber lainnya, sedikit kami nukil dari www.kisahmuslim.com.

Begitulah sedikit cerita dari Muhammad Al-Fatih sang penakluk kota konstantinopel.
Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close