Peristiwa Isra Mi'raj, Dalam Kajian Tauhid dan Tasawuf


Peristiwa Isra Mi'raj, Dalam Kajian Tauhid dan Tasawuf.

Dirangkum dari Ceramah Guru besar kita Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya Pekalongan, Pimpinan Jamiytah Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdhiyyah Indonesia .

Peristiwa Isra Mi'raj terjadi ketika baginda Nabi saw berusia 52 tahun atau 12 tahun setelah kenabian.

Ada dua hal penting yg melatarbelakangi terjadinya peristiwa tersebut.

1. Perselisihan antara langit dan bumi, mana lebih utama?

2. Sebagai penghibur, saat beliau mengalami tahun kesedihan, yakni setelah ditingalkan oleh istri dan pamannya tercinta.

kedua hal itu mungkin saja, tapi yg jelas sudah menjadi suratan takdir Allah Swt yg Maha Kuasa, sebelum langit dan bumi ada.

Sebelum Diisra mi'rajkan baginda Nabi saw dibasuh hatinya untuk ditambah kesuciannya, bagai air jernih yg ditambah kejernihannya.

Perjalanan isra (diwaktu malam) dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha adalah perjalan spritual sekaligus napak tilas sejarah, dg singgahnya beliau di sana, diperlihatkan tentang situs bersejarah peninggalan para nabi terdahulu.

Hikmahnya adalah agar sejarah tidak hilang, oleh karena itu sebagai umat dan bangsa kita berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan situs-situs bersejarah. Bangsa yg celaka adalah bangsa yg tidak mengetahui sejarahnya sendiri, lebih-lebih umat yg tidak mengetahui sejarah agamanya.

Dalam Al-Qur'an Allah Swt membuka terlebih dahulu dg menyebutkan surat yg dinamai dg nama para pelaku sejarah, seperti surat Yunus, Hud, Ibrahim, Yusuf, baru setelahnya surat Al-isra dan Maryam.

Surat Al-isra menjadi bukti pentingnya melestarikan situs sejarah, khususnya dalam perjalan beliau saw dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha,.

Bahkan setelah beberapa tahun, baginda Nabi saw menerima perintah shalat menghadap masjidil Aqsha, tempat yg bersejarah yg menyatukan sejarah banyak nabi, hingga setelah itu berpindah arah kiblat dari masjid Al-Aqsha ke masjidil Haram, yg diabadikan dg sebutan nama Masjid Qiblataeni (dua arah kiblat).

Suatu yg luar biasa dalam peristiwa ini adalah ketika Isra baginda Nabi saw diperlihatkan dg situs-situs bersejarah, namun ketika Mi'raj baliau saw justru dipertemukan dg para nabi sebagai pelaku sejarah.

Sehingga dg itu, maka para musuh Islam menghancurkan islam dg mengkikis tetlebih dahulu sejarah-sejarahnya, dg dalih syirik, bid'ah dan lain-lain.

Betul kita harus mewaspadahi dari hal-hal yg syirik dan bid'ah, tapi jangan dijadikan ia sebagai alat dan alasan untuk melenyapkan peninggalan sejarah Islam.

Peristiwa pulang perginya baginda Nabi saw untuk meminta keringan dalam jumlah rakaat shalat, sehingga membuatnya berulang-ulang kali melihat Wajhallah Alkarim, semata-mata merupakan sebuah keistimewaan dan anugerah khusus kepada Nabi saw dan tidak dianugerahkan kepada para Nabi sebelum beliau.

Nabi Musa as memohon di gunung Thurisina, namun hanya dianugerahi dapat berbicara, Inilah Perjumpaan Penglihatan yg tidak dapat dibayangkan, Allah Swt Maha Suci dari segala kekurangan, dan Dia tidak seperti apa yg ada dalam bayangan otak dan pikiran mausia.

Fisik Rasulullah saw sudah dipersiapkan oleh Allah Swt untuk mampu menembus gravitasi, dimensi, galaksi-galaksi tanpa pakaian seperti astronot yg kita tahu.

Kalau seorang bertanya, apakah Rasulullah saw isra dan mi'raj dg ruh dan jasadnya?? Kita jawab, iya, kita menyakini bahwa beliau saw isra dan mi'raj dg ruh dan jasadnya, dan apakah itu mustahil bagi Allah Swt?

Apakah kita keberatan untuk mengatakan bahwa baginda Nabi saw Diisra mi'rajkan dg jasad dan ruhnya????

untung baginda Nabi saw tidak diisra mi'rajkan sekaligus dg rumah beliau.

Kekuasaan Allah Swt tidak dapat diukur, demikian ditinjau dari sudut pandang ilmu Tauhid.

Lafald Abdihi yg berarti hamba-Nya, sebagaimana tertera dalam surat Al-Isra, ketika menjelaskan tentang peristiwa isra mi'raj, menunjukkan ruh dan jasad, jasad tanpa ruh mayat, dan ruh tanpa jasad tidak dapat disebut hamba.

Dalam tasawuf peristiwa Isra Mi'raj juga mengandung banyak syimbol dan arti tersirat, seperti bahwa dalam perjalanan menuju Allah Swtjuga harus ada pemandunya atau guide, sebagaimana Nabi saw dipandu oleh Jibril as.

Mi'raj menunjukkan maqam kenabian baginda Nabi saw yg sangat tinggi, dari bumi ke Mustawa dikawal Jibril as, dari Mustawa ke Sidratil Mutaha sendirian, perjalan dari Mustawa ke Sidratil Mutaha ditempuh seorang diri menunjukkan keistimewaan baginda Nabi saw, tak satupun mahluk yg menyamainya.

Allah Swt menyanjung kepada baginda Nabi saw, " Salam, rahmat dan berkah untuk engkau wahai nabi."
Bagibda Nabipun tidak melupakan umatnya, "Salam untuk kami dan hamba Allah yg shaleh."

Wallahu a'lam.
Dengan pikiran tegang dan tubuh cukup lelah merangkum ceramah yg sangat indah dan berbobot ini.
Santri Beliau Sed Muhdor Assegaf.
Semoga bermanfaat.
Pemalang, 27 Rajab 1438 H.

Wallahu a'lam Bishowab

Allahumma Sholli a'la Sayyidina Muhammad wa ala alihi washobihi wasalim

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close