Keberadaan Yang Tak Pernah Sirna


KEBERADAAN YANG TAK PERNAH SIRNA

(Kajian #AWAramadhan18 ke 6: Sifat Baqa')

Oleh: Kiyai Abdul Wahab Ahmad

Sebelumnya sudah kita bahas tentang sifat Qidam yang pasti dimiliki oleh Tuhan. Semua yang mengklaim dirinya Tuhan, haruslah sudah ada tanpa awal mula dan apabila tidak demikian, maka dapat dipastikan bukan Tuhan. Selain harus ada tanpa awal permulaan, Tuhan juga pasti (wajib) ada tanpa akhiran atau kekal selamanya hingga kapanpun. Kalau ada yang mengklaim dirinya Tuhan tetapi tidak kekal, maka dipastikan dia bukan Tuhan.

Dari mana kita tahu bahwa Tuhan itu pasti dan harus kekal? Pada kajian sebelumya sudah berkali-kali disinggung bahwa segala kajadian di alam semesta ini tak ada yang kebetulan atau terjadi dengan sendirinya. Setiap penciptaan, perubahan dari satu hal menjadi hal lainnya sudah pasti hanya dapat terjadi dengan peran pihak yang menciptakan dan mengubahnya. Jadi, selama di alam semesta ini ada penciptaan dan ada perubahan apapun, maka di ujung semua itu bisa kita pastikan ada Tuhan yang mengontrol semuanya. Detail pengontrolan Tuhan ini akan kita bahas pada kajian sifat berikutnya.

Sifat kekalnya Tuhan ini disebut dengan istilah Baqa' atau selalu ada. Kenapa sifat ini harus ada pada diri Tuhan, sebab kebalikan sifat ini, yaitu sifat fana adalah hal yang mustahil bagi sosok Tuhan. Tuhan adalah pokok semua kehidupan, pokok semua design, pokok semua peristiwa, mana mungkin Tuhan tidak kekal bila demikian? Bila Tuhan mati atau bisa mati di masa depan, maka berarti dia punya kekurangan yang fatal yang berarti tak layak disebut Tuhan. Kemustahilan sifat fana ini memastikan adanya sifat kekal bagi Tuhan.

Bagaimana bisa ada sesuatu yang kekal sedangkan kita saksikan seluruh hal di dunia ini fana? Segala sesuatu yang kita saksikan adalah makhluk, hal-hal muhdats (baru), sedangkan Tuhan adalah Khaliq, yang menjadi muhdits (pengatur muhdats). Bila segala hal muhdats mengalami perubahan, maka Muhdits tidak mungkin mengalami perubahan. Karena tidak mengalami perubahan, maka ia kekal selamanya. Gampangnya, bila semua makhluk punya awal mula lalu berevolusi secara mikro maupun makro lalu kemudian musnah, Tuhan mustahil mengalami semua itu.

Mengkiaskan antara makhluk dan Tuhan merupakan kesalahan fatal sebab apa yang terjadi pada makhluk tak harus terjadi pada Tuhan. Bila mau dianalogikan dengan kasus yang lebih simpel, posisi Tuhan semisal komputer server sedangkan makhluk semisal komputer klien. Gawai yang anda gunakan di rumah untuk mengakses Facebook ini adalah klien yang kadang mati kadang hidup kapan saja, tetapi rangkaian komputer besar di pusat Facebook adalah servernya yang pasti selalu menyala setiap waktu. Bila informasi tentang akun dan status yang dapat anda baca di akun facebook anda terbatas itu-itu saja, informasi tentang seluruh akun dan status semua pengguna facebook pasti ada di komputer server. Sebaliknya ketika server facebook mati, maka seluruh akun facebook di dunia akan mati juga. Meskipun anda tak pernah tahu keberadaan server facebook itu dan bagaimana bentuknya, tapi secara rasio semua hal ini dapat anda pastikan benar adanya. Relasi antara Tuhan dan makhluk beserta cara kerjanya memang tak bisa dibayangkan seperti komputer server dan klien seutuhnya, namun dengan gambaran sederhana ini anda bisa menangkap maksud saya.

Penjelasan rasional ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa Tuhan itu pasti kekal sehingga setiap orang bisa sampai pada kesimpulan ini. Adaun bagi orang mukmin, sifat kekal Allah ini dapat kita baca pada ayat berikut:
ÙˆَÙŠَبْÙ‚َÙ‰ ÙˆَجْÙ‡ُ رَبِّÙƒَ Ø°ُÙˆ الْجَÙ„َالِ ÙˆَالْØ¥ِÙƒْرَامِ [الرحمن: 27]
"Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan".

ÙƒُÙ„ُّ Ø´َÙŠْØ¡ٍ Ù‡َالِÙƒٌ Ø¥ِÙ„َّا ÙˆَجْÙ‡َÙ‡ُ Ù„َÙ‡ُ الْØ­ُÙƒْÙ…ُ ÙˆَØ¥ِÙ„َÙŠْÙ‡ِ تُرْجَعُونَ [القصص: 88]
"Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Miliknyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan".

Berbeda dengan sifat Qidam yang hanya boleh dimiliki Tuhan saja dan Tuhan itu pun pasti hanya satu saja, sifat kekal ini juga bisa dimiliki oleh makhluk , namun tentunya hanya dengan izin dan kehendak Tuhan tersebut. Ini karena sifat kekal ini berhubungan dengan kehendak Tuhan untuk membiarkan makhluknya tidak mati. Selama Tuhan mau makhluk tertentu tidak mati, maka makhluk itu akan kekal bersamanya.

Dari berbagai ayat dan hadis kita tahu bahwa ada banyak hal yang juga kekal; surga beserta seluruh isinya adalah kekal dan neraka beserta seluruh isinya juga kekal. Semua makhluk pasti punya awal mula tetapi soal punya akhir atau tidaknya itu terserah Sang Khaliq yang menciptakan dan merawatnya.

Jadi, meskipun sama-sama bisa kekal, namun kekalnya Tuhan dan makhluk berbeda jauh. Kekalnya Tuhan itu karena Dzat-Nya sendiri sedangkan kekalnya makhluk karena dikehendaki oleh Tuhan. Kekalnya Tuhan ada sejak tanpa awal mula sedangkan kekalnya makhluk mempunyai permulaan. Kekalnya Tuhan sama sekali tak bisa berubah menjadi fana sedangkan kekalnya makhluk bisa saja diubah menjadi fana bila Tuhan menghendakinya. Yang terakhir ini dialami oleh Iblis yang dikekalkan hingga hari kiamat nanti lalu dimatikan bersama seluruh makhluk lainnya.

Semoga bermanfaat.

Oleh: Kiyai Abdul Wahab Ahmad
 
Wallahu a'lam Bishowab
 
Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
 
Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close