Menanggapi Ulama (Tokoh) Yang Mengatakan Rambut Bukan Aurat

MENANGGAPI ULAMA (TOKOH) YANG MENGATAKAN RAMBUT BUKAN AURAT

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Hangat sekarang pembicaraan tentang jilbab. Sebagian orang sulit menerima kenyataan bahwa rambut sebagai aurat bagi perempuan merupakan masalah yang sudah disepakati ulama, bahwa tidak ada lagi peluang bagi kita sekarang kecuali untuk mengikuti kesepakatan ulama tersebut, yang mana telah dijamin kemaksumannya oleh Rasulullah SAW. Hal itu dikarenakan adanya satu atau dua orang tokoh -yang secara sadar atau tidak- menyalahi kesepakatan ulama tersebut, yang mana tokoh tersebut sudah masyhur keilmuannya dan besar jasanya terhadap dunia keislaman, begitu menyilaukan nama besarnya hingga mampu membuat seorang terpelajar sekalipun menjadi gamang dalam besikap dan bertanya: “Apakah mungkin seorang ulama seperti beliau dengan sengaja menyalahi hukum syariat? Pasti beliau berpendapat demikian karena benar adanya demikian”

Tetapi yang benar tetaplah benar, dan yang salah tetaplah salah. Ada koridor dan batasan dalam syariat yang tidak boleh dilanggar oleh seorang muslimpun, bahkan oleh mujtahid sekalipun, sehebat apapun keilmuannya. Suatu permasalahan apabila syara’ sudah menetapkan dalil qath’i padanya maka ulamapun sepakat bahwa kebenaran hanya terbatas pada satu pendapat itu, bahwasanya itu adalah hukum yang betul-betul Allah SWT kehendaki, dan pendapat yang berseberangan sudah dipastikan salah. Maka apabila hal itu terjadi pada seorang ulama atau seorang tokoh, tergelincir beliau dalam menetapkan suatu pendapat, maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mengingatkan dan mendoakan agar Allah SWT memberi petunjuk agar beliau kembali kepada pendapat yang benar.

Berkata Imam Ibnu Hajar dalam Tsabat beliau:

Berkata sebagian imam besar kami: Di antara bentuk penjagaan Allah SWT terhadap syariat ini, bahwasanya para ulamanya telah ditelusuri jejak mereka dengan penelusuran yang sempurna yang memfaidahkan ilmu yang yakin dan pasti, yang tidak ada keraguan di sana, bahwa tidak diketahui dari seorangpun dari mereka, membiarkan kesalahan dan kekeliruan yang bersumber dari seorangpun, meskipun ia adalah bapaknya, anaknya, saudaranya maupun pamannya. Bahkan para ulama tersebut membantah dengan keras kerabat terdekat mereka semata-mata karena kekeliruan yang sebetulnya ia sendiri tidak bermaksud.

$ads={1}

Hal itu telah terjadi pada Imam Haramain dengan ayah beliau Abu Muhammad al-Juwaini –yang mana para ulama menjelaskan dalam biografi beliau: Sesungguhnya beliau adalah orang yang paling mulia di zaman beliau, sekira-kira kalaulah ada nabi yang diutus di zaman beliau maka tidak lain itu adalah beliau-. Meskipun demikian apabila Imam Haramain menukil dari ayah beliau suatu permasalahan, yang ternyata permasalahan tersebut tidak beliau ridhai, atau menyalahi mazhab, atau masalah tersebut bisa dibawakan kepada makna yang keliru, maka Imam Haramain akan berkata: “Ini adalah kesalahan, ini adalah kekeliruan dari Syeikh”. Dan beliau mengkritik ayah beliau dengan keras dengan ibarat semacam itu bukan untuk merendahkan kedudukan sang ayah, tetapi semata-mata untuk menjauhkan orang dari pendapat yang keliru tersebut, mengamalkan perjanjian yang Allah SWT ambil dari Ahli Kitab bahwa mereka tidak akan membiarkan ada satu kekeliruanpun kecuali mereka jelaskan apa yang benar.

Baca Juga :

Shalawat Penyembuh Penyakit Dari Sayyidina Al-Faqih Al-Muqqadam Muhammad Bin Ali Ra

Khasiat Sholawat Ibrahimiyah Supaya Punya Firasat Yang Tajam

Dengan nikmat yang Allah SWT karuniakan kepada umat inilah, bahwa mereka tidak diam atas kesalahan saudaranya, Allah pelihara syariat ini dari perubahaan dan penyelewengan. Maka jadilah umat ini maksum dari kesalahan, dan jadilah ijma’/kesepakatan mereka menjadi hujjah yang pasti yang tidak ada keraguan padanya, berbeda dengan umat-umat sebelumnya. Maka pahamilah hal itu, karena hal itu akan membuat kamu mudah menerima bantahan dan kritikan antar ulama yang satu dengan yang lainnya.

Dan berkata al-Kurdi:

Dari dulu hingga sekarang para ulama yang lebih rendah derjatnya senantiasa menyalahi dan membantah ulama yang lebih mulia derjatnya. Dan tidak seorangpun yang menyalahkan mereka atas hal itu selama maksud mereka adalah mengharapkan keridhaan Allah SWT dan menjelaskan kebenaran.

Wallahu ta'la a'la wa a'lam

Oleh : Ustadz Khalilur Rahman

Sumber : dikutip melalui laman facebooknya 21 Januari 2020

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close