Cara Menasehati Penguasa Sesuai Petunjuk Nabi

CARA MENASEHATI PENGUASA SESUAI PETUNJUK NABI

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Rasulullah ﷺ bersabda :

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ فَلَا يُبْدِ لَهُ عَلَانِيَةً وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوَ بِهِ فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ

"Barang siapa yang hendak menasihati penguasa dengan suatu perkara, maka jangan dilakukan dengan terang-terangan, tapi gandenglah tangannya dan menyepilah berdua. Jika diterima memang begitu, jika tidak maka dia telah melaksanakan kewajibannya."

(HR. Ahmad no. 14792, via EH, shahih lighorihi menurut Syu'aib Arnauth). 

Faedah Hadis :

√ Inilah cara menasehati penguasa yang disyariatkan. Prof. DR. Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata :

نصيحة ولي أمر المسلمين واجبة ...، ولكنها تكون سرًا بين الناصح وولي الأمر، بدليل حديث... 

"Menasehati penguasa kaum Muslimin adalah wajib... namun itu dengan cara rahasia antara pemberi nasehat dengan penguasanya, berdasarkan hadis (yang kita bawakan di atas)."

√ Adapun yang bertentangan dengan hal ini, yakni memberikan nasehat dengan diumbar di muka umum di belakang para penguasa, maka ini tidak dibenarkan oleh syariat. Al-Imam bin Baz rahimahullah berkata :

ليس من منهج السلف التشهير بعيوب الولاة، وذكر ذلك على المنابر؛ لأن ذلك يفضي إلى الفوضى وعدم السمع والطاعة في المعروف، ويفضي إلى الخوض الذي يضر ولا ينفع، ولكن الطريقة المتبعة عند السلف: النصيحة فيما بينهم وبين السلطان

"Bukan termasuk manhaj salaf mengumbar aib penguasa di atas mimbar-mimbar, karena ini dapat menimbulkan kekacauan dan tidak lagi ditaatinya penguasa dalam perkara yang ma'ruf, begitu juga menimbulkan kekacauan yang memudaratkan lagi tidak bermanfaat, akan tetapi jalan yang mengikuti manhaj salaf adalah menasehati mereka antara dirinya dengan penguasa (secara 4 mata)..."

$ads={1}

√ Para salaf, semisal shahabi jalîl Usamah bin Zaid radhiyallahu anhumaa telah mempraktikkan hal tersebut. Dalam Shahih Bukhari (no. 3027, EH) dan Muslim (5305, EH) :

 قِيلَ لَهُ أَلَا تَدْخُلُ عَلَى عُثْمَانَ فَتُكَلِّمَهُ فَقَالَ أَتَرَوْنَ أَنِّي لَا أُكَلِّمُهُ إِلَّا أُسْمِعُكُمْ وَاللَّهِ لَقَدْ كَلَّمْتُهُ فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَهُ مَا دُونَ أَنْ أَفْتَتِحَ أَمْرًا لَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ فَتَحَهُ 

"Dikatakan padanya: Bertamulah ke Utsman lalu berbicaralah padanya. Ia berkata, Apa kalian melihatku bahwa aku tidaklah berbicara kepadanya kecuali yang telah saya sampaikan kepada kalian, aku pernah berbicara berdua dengannya yang tidak akan aku buka ke publik, dan aku tidak suka menjadi orang pertama yang membuka (pintu fitnah ini)."

√ Shahabi jalîl Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhumaa pernah ditanya tentang cara beramar ma'ruf nahi mungkar kepada penguasa, maka beliau menjawab :

إن خشيت أن يقتلك فلا، فإن كنت ولابد فاعلاً ففيما بينك وبينه، ولاتغتب إمامك.

"Jika kamu khawatir dibunuh, maka jangan maju, namun jika kamu harus melakukannya, maka hendaknya itu antara dirimu dengan penguasa tersebut dan jangan berbuat ghibah di depannya."

(HR. Sa'id bin Manshur, dishahihkan oleh asy-Syaikh Arafât al-Muhammadiy). 

Oleh: Abu Sa'id Neno Triyono

Demikian Artikel " Cara Menasehati Penguasa Sesuai Petunjuk Nabi "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close