Sifat Fakir atau Kaya yang Lebih Tinggi Kedudukannya?

SIFAT FAKIR (MISKIN) ATAU KAYA YANG LEBIH TINGGI KEDUDUKANNYA?

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Para ulama berbeda pendapat mengenai manakah yang lebih utama antara fakir dan kaya. Kebanyakan Hanabilah berpendapat bahwa kaya lebih utama karena seseorang yang kaya bisa memberikan manfaat pada orang lain. Pendapat ini juga yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah.

Selain itu, mereka berpendapat bahwa kaya adalah kenikmatan, sedangkan fakir adalah kesulitan. Maka siapapun akan berpendapat bahwa kenikmatan lebih utama daripada kesulitan. Apalagi, Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah bahwa harta juga bermakna kebaikan:

إن ترك خيرا الوصية للوالدين

Ayat ini menunjukkan bahwa harta adalah kebaikan (khayra) bukan keburukan.

Demikian pula saat Allah berfirman tentang Nabi Dawud. Maka Dia berfirman:

ولقد ءاتينا داود منا فضلا

Ayat ini menunjukkan bahwa kerajaan dan harta yang diberikan pada Nabi Dawud adalah keutamaan dari Allah.

$ads={1}

Bahkan, Nabi Sulaiman bin Dawud berdoa pada Allah untuk diberikan kerajaan dan kekuasaan yang besar. Tidaklah mungkin seorang Rasul meminta sesuatu pada Allah kecuali kebaikan.

Nabi kita Muhammad  ﷺ pun menegaskan bahwa tangan yang di atas (memberi) lebih baik daripada yang di bawah (menerima). Apalagi beliau mengatakan bahwa sifat fakir itu hampir-hampir menjatuhkan seseorang pada kekufuran. 

Namun, sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa fakir dan kaya sama saja, karena yang membedakannya di antara mereka adalah ketakwaan. Pendapat ini misalnya dikemukakan oleh Ibnul Qayyim. Karenanya di antara mereka ada yang memilih untuk menjaga keseimbangan harta, agar tidak terlalu miskin dan tidak terlalu kaya. Harapannya, agar bisa mendapatkan keutamaan kedua sifat tadi: fakir dan kaya. 

Sedangkan sebagian yang lain, seperti Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibani dari kalangan Hanafiyah atau Al-Mawardi, Ibnu Zabr, dan Al-Ghazali dari kalangan Syafi'iyyah berpendapat bahwa fakir itu lebih utama daripada kaya.

Baca juga: Fakir dan Miskin Dalam Islam: Pengertian, Perbedaan dan Contohnya

Al-Mawardi berpendapat bahwa fakir bermakna "menanggalkan" dan kaya bermakna "mengenakan". Sedangkan menanggalkan dunia lebih utama daripada mengenakannya. Karena itu, fakir lebih utama daripada kaya.

Bahkan, Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibani mengemukakan beberapa dalil pendukung yang menguatkan pendapat bahwa fakir itu lebih utama dan membantah pendapat yang mengatakan bahwa kaya itu lebih utama. Di antaranya sabda Nabi  ﷺ:

يَدْخُلُ الْفُقَرَاءُ الْجَنَّةَ قَبْلَ الْأَغْنِيَاءِ بِخَمْسِمِائَةِ عَامٍ

"Orang-orang fakir akan masuk surga 500 tahun lebih dahulu daripada orang-orang kaya."

Selain itu, Allah di dalam Al-Quran selalu memberikan peringatan pada orang-orang kaya, disebabkan orang-orang kaya sangat mudah tergelincir pada kezhaliman dan pembangkangan. Misalnya saat Allah berfirman:

كلا إن الإنسان ليطغى أن رءاه استغنى

Juga firman-Nya:

الذين طغوا في البلاد فأكثروا فيها الفساد

Maka kekayaan itu sangat dekat dengan kezhaliman dan pembangkangan. Sedangkan orang-orang fakir dapat dipastikan lebih jauh dan lebih selamat dari sifat-sifat tersebut. Maka tentu kefakiran itu lebih selamat dan lebih utama.

Selain itu, sifat kaya itu lebih disukai jiwa, dikejar oleh tabiat manudia, dan lebih memuaskan syahwat. Sedangkan kefakiran justru jauh dari semua itu. Padahal, keutamaan adalah bagi orang-orang yang menahan syahwat mereka. Sebagaimana firman Allah ﷻ:

واتبعوا الشهوات فسوف يلقون غيا

"Maka mereka selalu menuruti syahwatnya maka mereka pasti akan tersesat."

Demikian pula sabda Nabi  ﷺ:

خفت الجنة بالمكاره وخفت النار بالشهوات

"Surga itu dikelilingi oleh perkara yang dibenci jiwa sedangkan neraka dikelilingi oleh perkara yang disukai syahwat."

Disebutkan pula dalam sebagian riwayat, dari Ath-Thabarani:

إن آخر الأنبياء عليهم الصلاة والسلام دخولا الجنة سليمان عليه السلام لملكه

"Sesungguhnya Nabi yang paling terakhir masuk surga adalah Nabi Sulaiman disebabkan kerajaannya di dunia."

Nabi  ﷺ juga bercerita pada sahabat Abdurrahman bin Auf bahwa akan terjadi dialog di hari kiamat:

إنك آخر أصحابي لحوقا بي يوم القيامة. أقول ما حبسك عني؟ فتقول المال كنت محاسبا محبوسا حتى الآن

"Sesungguhnya engkau adalah sahabatku yang paling terakhir menyusulku pada hari kiamat. Maka pada saat itu, aku bertanya padamu: apa yang memperlambatmu menemuiku? Maka engkau menjawab: Harta. Aku sampai saat ini masih dihisab sehingga memperlambat diriku."

Nabi  ﷺ juga berdoa:

اللهم أحيني مسكينا وأمتني مسكينا واحشرني في زمرة المساكين

"Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, wafatkan aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkan aku bersama kelompok orang-orang miskin."

Apabila Nabi saja berdoa demikian, maka tentu dengan jelas menunjukkan bahwa fakir dan miskin lebih utama daripada kaya. Karena tidak mungkin Nabi berdoa untuk diberikan sesuatu yang kurang utama.

Wallahu a'lam.

Foto: Kitab Al-Kasb hlm. 106

Oleh: Ustadz Muhammad Laili Al-Fadhli

Demikian Artikel "Sifat Fakir atau Kaya yang Lebih Tinggi Kedudukannya?"

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close