WALI DI TENGAH KOTA KAIRO
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Kehidupan perkotaan Cairo dengan segala hiruk-pikuknya kadang membuat heran orang yang menyukai kesyahduan daerah kecil. Kadang ada tamu-tamu dari luar Mesir yang merasa seakan Cairo ini sudah tidak kelihatan walinya, apalagi melihat sebagian yang berpakaian tidak tertutup. Beda dengan kota Tarim, misalnya, yang tidak kelihatan wajah perempuan, apalagi auratnya. Bahkan keberadaan perempuan itu sangat jarang ada di jalanan sana.
Tentu saja, itu karena Cairo tidak cuma dihuni oleh Muslimin dengan satu pendapat fikih, tetapi juga ada orang-orang non-Muslim.
Wali di Tengah Kota Cairo
Syekh Abdul Rahman Abdullah pernah menulis kisah nyata yang diceritakan oleh Syekh Nazrul Nasir bahwa: pernah ada seorang sayyid—keturunan Ahlul Bait Nabi ﷺ dari jalur Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin 'Isa Ar-Rumi rahimahullah dari Hadramaut, Yaman—datang ke Mesir, menjejakkan kakinya untuk pertama kali.Alangkah terkejutnya beliau apabila melihat bagaimana keadaan dan suasana di Cairo, yang sama sekali berbeda dengan suasana tempat asalnya yang jarang atau tidak ada sama sekali wanita yang berjalan di luar rumah dan berada di jalanan kota Hadramaut. Namun di Cairo, untuk tidak melihat wanita-wanita di jalanan dan lorong-lorong boleh dikatakan pada adatnya mustahil.
Dan perangai masyarakat Arab Mesir juga sedikit kasar dibandingkan Arab Hadrami. Terdetik dalam hati sayyid tersebut:
"Bagaimana mungkin sebuah kota yang masyarakatnya berperangai sebegini rupa boleh ada dalam kalangan mereka para kekasih Tuhan dan wali-Nya?!"
Baca juga: Baghdad Tempo Dulu Dalam Sejarah Islam
Pada malamnya, sayyid tersebut bermunajat kepada Tuhan:
"Ya Rabb, jagalah hatiku daripada sangka buruk terhadap kekasih-Mu, dan tunjukkanlah kepadaku akan kehadiran mereka di negeri ini. Aku akan berjalan di lorong-lorong Cairo, dan setiap kali aku bertemu kekasih-Mu, maka aku akan menggerakkan sebutir biji tasbih, sehingga aku tahu keberadaan para kekasih-Mu."
Berpagi-pagi lagi, sayyid tersebut keluar dari rumahnya dengan bersungguh-sungguh untuk menunaikan azam yang ia tekadkan.
$ads={1}
Ketika beliau sedang menunggu ketibaan bus, seorang tukang sapu sampah mendekatinya dan menanyakan kabar beliau. Akhir pertemuan, tukang sapu tersebut mengatakan:
"Kamu akan mendapati apa yang kamu cari, dan jangan lupa untuk menggerakkan butir tasbih kamu."
Sayyid terkejut, karena perkara yang dikatakan tukang sapu tersebut hanya diketahui oleh dirinya saja.
Ketika di atas bus, kumsari (pemungut ongkos) sedang mengambil ongkos dari para penumpang. Tiba giliran sayyid tersebut, uang dan tiket bertukar tangan, sambil kumsari berkata:
"Sayyid, jangan lupa untuk menggerakkan satu butir tasbih kamu."
Sekali lagi, sayyid terkejut karena mereka yang menyuruhnya menggerakkan biji tasbih, bukanlah mereka yang memakai serban, bukan yang memakai jubah berlapis-lapis, bukan juga yang memikul kitab-kitab di belakang mereka, tetapi mereka yang biasa di pandangan manusia.
Bermalam sayyid tersebut di lorong-lorong kota Cairo, dan bilangan 100 butir biji tasbih tidak mencukupi dengan bilangan orang-orang yang memintanya untuk menggerakkan biji tasbih yang beliau bawa.
Sayyid pun yakin bahwa Allah menyembunyikan para kekasih-Nya dalam kalangan hamba-Nya, walaupun di tempat yang tidak disangka-sangka. Setiap manusia perlu bersangka baik kepada siapa pun, karena dalam ramai-ramai manusia, ada para kekasih yang mastur (tidak diketahui) dan disembunyikan Tuhan, dan kita tidak tahu yang mana satu di antara mereka.
Dalam kitab Fúshul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah, Al-Imam Al-Habib Abdullah bin 'Alwi Al-Haddad rahimahullah mengutip perkataan Al-Imam 'Ali Zainul 'Abidin As-Sajjad bin Al-Imam Hussain As-Sibth bin Al-Imam 'Ali bin Abi Thalib rahimahumullah:
Ketika beliau sedang menunggu ketibaan bus, seorang tukang sapu sampah mendekatinya dan menanyakan kabar beliau. Akhir pertemuan, tukang sapu tersebut mengatakan:
"Kamu akan mendapati apa yang kamu cari, dan jangan lupa untuk menggerakkan butir tasbih kamu."
Sayyid terkejut, karena perkara yang dikatakan tukang sapu tersebut hanya diketahui oleh dirinya saja.
Ketika di atas bus, kumsari (pemungut ongkos) sedang mengambil ongkos dari para penumpang. Tiba giliran sayyid tersebut, uang dan tiket bertukar tangan, sambil kumsari berkata:
"Sayyid, jangan lupa untuk menggerakkan satu butir tasbih kamu."
Sekali lagi, sayyid terkejut karena mereka yang menyuruhnya menggerakkan biji tasbih, bukanlah mereka yang memakai serban, bukan yang memakai jubah berlapis-lapis, bukan juga yang memikul kitab-kitab di belakang mereka, tetapi mereka yang biasa di pandangan manusia.
Bermalam sayyid tersebut di lorong-lorong kota Cairo, dan bilangan 100 butir biji tasbih tidak mencukupi dengan bilangan orang-orang yang memintanya untuk menggerakkan biji tasbih yang beliau bawa.
Sayyid pun yakin bahwa Allah menyembunyikan para kekasih-Nya dalam kalangan hamba-Nya, walaupun di tempat yang tidak disangka-sangka. Setiap manusia perlu bersangka baik kepada siapa pun, karena dalam ramai-ramai manusia, ada para kekasih yang mastur (tidak diketahui) dan disembunyikan Tuhan, dan kita tidak tahu yang mana satu di antara mereka.
Dalam kitab Fúshul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah, Al-Imam Al-Habib Abdullah bin 'Alwi Al-Haddad rahimahullah mengutip perkataan Al-Imam 'Ali Zainul 'Abidin As-Sajjad bin Al-Imam Hussain As-Sibth bin Al-Imam 'Ali bin Abi Thalib rahimahumullah:
"إن الله خبأ ثلاث فى ثلاث؛ خبأ رضاه في طاعته، فلا تحقرن من طاعة الله شيئا، وخبأ سخطه في معصيته، فلا تحقرن من معصية الله شيئا، وخبأ أوليائه في عباده، فلا تحقرن من عباد الله أحدا لعله ولي الله"
"Allah menyembunyikan tiga perkara dalam tiga perkara; Allah menyembunyikan rida-Nya dalam amal ketaatan kepada-Nya, maka jangan remehkan sesuatu pun daripada ketaatan kepada-Nya, mungkin di situlah letak rida-Nya. Allah menyembunyikan murka-Nya dalam perbuatan maksiat, maka jangan meremehkan sesuatu dari maksiat kepada-Nya, mungkin di situlah letak murka-Nya. Allah menyembunyikan para wali-Nya di antara makhluk-Nya, maka jangan meremehkan siapa pun daripada kalangan hamba-Nya, mungkin ia adalah wali-Nya."
Kata Fadhilat As-Syaikh Muhammad 'Awadh Manqush حفظه الله:
"لله أولياء في خلقه، لهم أنوارٌ لو أظهروها لمَلئَت الكون، ولكنه ضَن بهم و أخفاهم"
"Allah Ta'ala memiliki para kekasih dan para wali, cahaya mereka menyinari segala kehidupan jika dizahirkan, namun Allah memilih untuk menyembunyikan mereka dalam kalangan hamba-Nya."
"اللهم إني أسألك حبك وحب من يحبك، وحب كل عمل يقربني إلى حبك يا رب العالمين."
Makam Habib Abdurrah Al-Idrus Al-Ba'lawi yang berada di depan makam
Sayyidah Zainab binti Al-Imam 'Ali radhiyallahu 'anhum di Cairo. |
Oleh: Hilma Rosyida Ahmad
Demikian Artikel " Wali Di Tengah Kota Kairo "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -
Tags:
hikmah