22 Nasihat Untuk Santri di hari santri


22 NASIHAT UNTUK SANTRI DI HARI SANTRI

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Hari santri diperingati setiap tanggal 22 Oktober. Dimana hari ini merupakan hari spesial bagi para santri yang sedang menuntut ilmu agama di pesantren maupun bagi para alumnus pesantren itu sendiri. bukan itu saja, hari ini juga sebagai peringatan bagi para santri yang telah berjuang memerdekakan bangsa dari penjajah dan berbagai sumbangsih lainnya kepada negara.

Berikut nasihat 22 santri yang ditulis oleh Ustadz Dawam Mu'allim yang kami kutip melalui laman facebooknya.

Part 1

Para sahabat hijrah meninggalkan harta, rumah, ternak, kebun dan lain-lain, demi mencari kebenaran ilmu Islam, mereka membela nabi dan agama. Para sahabat hijrah bukan karena uang atau harta, justru mereka hijrah meninggalkan harta. Maka para santri hendaklah belajar menata niat hijrah yang benar, agar Islam kembali berjaya.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu".

Part  2

Para sahabat walau sibuk bekerja, tidak punya lampu listrik, tidak punya motor, setiap saat selalu siap siaga latihan perang dan juga berperang. Rata-rata istri mereka lebih dari satu, anak-anak mereka lebih dari lima. Tetapi semua sahabat rajin mengaji dan menuntut ilmu. Tidak ada satu sahabat pun yang malas mengaji dan pandai beralasan sibuk. Makanya Ummat Islam kala itu berjaya dan di segani oleh siapapun.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu"

Part  3

Para sahabat tidak ada yang mondok di pesantren, hanya ada beberapa orang saja yang menjadi ashabus-shuffah, tetapi para sahabat selalu mengaji di hadapan guru (nabi), sehingg para sahabat alim-alim dan faqih.

Zaman sekarang banyak pondok yang ilmunya bukan ilmu pesantren. Bahkan banyak orang kaya yang jahil mendirikan pondok pesantren dengan cara mendatangkan para ustadz dan anak-anak orang fakir-miskin dan yatim piatu. Orang kaya berangkat haji berkali-kali, setiap hari memakai jubah, surban, imamah, lengkap dengan tasbihnya. Orang kaya tersebut setiap hari tangannya diciumin oleh ribuan santri dan ratusan ustadz, sehingga sang kaya itu bergelar Kyai Haji.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu"

Part  4

Banyak orang yang mulai kehilangan rasa malu  sehingga mereka berbuat apa saja tanpa malu. Belum bisa ngaji ilmu alat sama sekali tetapi mereka lantang teriak Islam, mereka tidak punya rasa malu pada diri mereka sendiri, karena selama bertahun-tahun mereka hidup telah menyia-nyiakan ilmu Islam. Jika ilmu alat saja sebagai modal awal untuk membengkeli ilmu islam belum bisa, lalu apakah ilmu islam akan dibengkeli dengan alat palu, linggis, gergaji, tatah, obeng, cangkul wa alaa alihi wa ashabih?

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu"

Part  5

Santri adalah matahari kembar tiga, diambil dari othak athik mathuk, sun = matahari dan three = tiga. Sehingga para santri diharapkan mampu memahami tiga sinar dan cahaya dalam agama, yaitu:

1. Islam ---- 1. Syari'at --- 1. Fiqh

2. Iman ---- 2. Hakikat --- 2. Tauhid

3. Ihsan --- 3. Ma'rifat --- 3. Tashowwuf

Yang diejah wantahkan melalui tiga tahap thoriqoh keyakinan:

1. ILmul Yaqien

2. Ainul Yaqien

3. Haqqul Yaqien

Melalui tiga fase dan tiga proses:

1. Takholli

2. Tahalli

3. Tajalli

Diaplikasikan dalam tiga komponen manusia:

1. Raga ---- Jasad/badan/jism

2. Sukma/Jiwa ---- Nafs

3. Nyawa ---- Ruh 

من عرف نفسه فقد عرف ربه

Bagaimana kita mengaku mengenal Tuhan?, sedangkan diri kita sendiri aja tidak pernah kita kenali. Kita tidak kenal watak raga, sukma, nyawa. Apalagi kok mampu meraga sukma (ngrogo sukmo)?.

Orang yang tidak kenal pada dirinya sendiri, biasanya cenderung tidak percaya diri. Jika kepada dirinya sendiri saja tidak percaya, lalu bagaimana mengaku percaya kepada Tuhan?

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu".

$ads={1}

Part  6

Jumlah santri di seluruh Indonesia masih sangat sedikit sekali, jika dibandingkan dengan jumlah pemuda muslim yang sekolah umum. Oleh sebab itu seluruh santri harus berjuang agar masing-masing desa menjadi desa santri, dan masing-masing gang menjadi gang santri.

Jika para santri melempem seperti krupuk direndam air, maka negara dan bangsa ini akan selalu dikuasai oleh orang-orang abangan yang tidak mengenal agama.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu"

Part  7

Dahulu para santri-lah yang selalu berjuang melawan penjajah, walau ada beberapa penguasa yang menjadi antek penjajah, tetapi belum ada kisahnya para santri sudi menjadi antek penjajah. Namun setelah merdeka dan aman, kini para santri berusaha disingkirkan dan dihabisi dalam dunia perpolitikan. Oleh sebab itu para santri harus bangkit, jangan alergi dengan politik, karena maha santri sekelas Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali pun terjun secara aktif dalam politik praktis untuk memberikan tauladan siyasah islamiyah yang benar.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu".

Part  8

Walau ada santri yang menjadi presiden seperti Gus Dur dan ada pula yang menjadi wakil presiden seperti K.H. Ma'ruf Amin, tetapi jika akar rumput santri tidak kuat, maka para pemimpin santri tersebut kurang kuat, alias mudah digoyang, karena anak buahnya kurang militan seperti anak buah partai kepala banteng PDI-P, sehingga mereka kuat di perlemen dan kuat di kepala daerah. Oleh sebab itu jangan mencari kesalahan orang lain, tapi carilah kesalahan pada diri para santri.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu".

Part  9

Santri harus kuat jiwa dan raga, kuat lahir dan batin. Karena para sahabat nabi adalah para pendekar sakti yang pandai memainkan pedang. Rata-rata satu orang sahabat nabi mampu mengalahkan 10 hingga 40 orang. 

Jika para sahabat nabi tidak sakti, maka perang satu kali saja, mereka tidak akan pulang kembali dalam keadaan hidup. 

Jangan menjadi santri yang baru latihan kuda-kuda satu menit saja sudah gemetaran, roboh dan ambruk. Lalu bagaimana jika harus memainkan pedang? Jangan-jangan akan menggores tubuhnya sendiri, belum lagi bagaimana jika harus menghadapi musuh.

Santri dalam foto di bawah ini dahulunya sering menghajar preman jalanan dan sering dikeroyok para bandit di terminal. Untungnya ia sudah sering latihan bela diri dan tirakat setiap bulan suro. Namun sayangnya kini mantra-mantra ilmu lebur saketi, ilmu gelap ngampar, ilmu gelap sayutho, ilmu petak Sayyidina Ali, ilmu brajamusti, ilmu kakang kawah adi ari-ari, ilmu lembu sekilan, ilmu bandung bondowoso, dan lain-lain sudah hampir punah, karena para santri zaman sekarang masak dan mencuci baju saja sudah ditangani oleh pihak pondok pesantren, lalu bagaimana mereka kuat tirakat?

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu"

Part  10

Di Cina dan Korea zaman dahulu selalu mengandalkan para murid saolin dan biksu untuk menghadapi berbagai macam masalah bangsa dan negara. Di Indonesia dahulu selalu mengandalkan para cantrik dan resi padepokan untuk menghadapi berbagai macam masalah bangsa dan negara. Kemudian setelah datangnya wali songo berubah nama menjadi santri dan kyai atau ki ageng atau ki gede, atau tuan guru. 

Tetapi setelah zaman kemerdekaan, budaya seperti itu semakin pudar hingga hampir punah, karena mengadopsi budaya barat. Oleh sebab itu para santri harus berteked untuk mewarnai kembali budaya asli Nusantara, jangan sampai menjadi santri yang mudah diwarnai oleh budaya barat. Percayalah bahwa Indonesia akan maju dan religius, menjadi pusat ilmu dan kebudayaan dunia, jika Indonesia menerapkan sistem dan budaya asli nusantara, bukan budaya barat dan bukan budaya arab.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu".

Part  11

Semua warga negara itu tidak bisa terlepas dari politik. Bedanya hanya antara dua hal, yakni apakah menjadi pelaku politik ataukah menjadi korban politik.

Jika para santri tidak faham politik dan tidak mau tahu masalah politik, maka para santri akan selalu menjadi korban politik. Apalagi kok masih ada santri yang ndeso mengatakan bahwa kyai atau ulama' yang terjun ke politik praktis adalah ulama suu, atau ulama yang cinta duniawi, atau ulama' yang bukan wali. Kalimat seperti ini benar-benar telah menjadi korban politik kuffar.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu".

Part  12

Salah satu guru kami pernah berkata: Menjadi ulama atau kyai yang pandai ceramah di atas panggung itu sangat mudah. Tetapi menjadi ulama atau kyai yang mampu menjaga desa dan negaranya dari bencana, musibah, wabah, malapetaka dan segala macam bahaya alam ghaib itu tidak mudah. Maka kamu harus kuat menyendiri, kuat tirakat, harus kuat melek untuk berdzikir dan berdo'a agar mata batinmu tajam dan waskitho, serta mampu menghadang datangnya musibah, bencana dan malapetaka.

Nasihat seperti itu beliau sampaikan kepada kami secara pribadi, ketika kami menemani beliau keluar untuk menghadang datangnya wabah penyakit di tengah malam gelap gulita. Terjadilah hal-hal aneh yang kami saksikan dengan mata kepala kami sendiri.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehrndak nafsumu"

Part  13

Para da'i dan muballigh yang menyebarkan Islam di Nusantara pertama kali adalah bukan orang Nusantara, mereka rata-rata keturunan orang Arab. Tetapi mereka mampu menerapkan Islam sesusai dengan budaya Nusantara. Oleh sebab itu para santri yang notabene asli Nusantara tidak layak jika menyebarkan Islam di Nusantara dengan cara mengadopsi budaya Arab atau budaya Barat.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu"

Part  14

Santri hendaklah memiliki pemikiran untuk menjadi penakluk dan pemenang, seperti para sahabat hingga para wali songo. Mereka semua mampu menaklukkan keadaan zaman hingga berubah menjadi islami. Jika menjadi santri tetapi memiliki pemikiran bertahan, maka akan cenderung menjadi penakut, sedikit-dikit takut pada globalisasi dan modernisasi, akhirnya para santri menjadi jumud dan dilibas oleh keadaan zaman.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu"

Part  15

Di Indonesia semakin banyak orang yang sudah terlanjur dianggap besar oleh banyak orang, padahal ilmu dan jiwanya kerdil. Mereka dianggap besar oleh banyak orang, karena kebetulan mereka menjadi pejabat dengan cara ancik-ancik pundaknya banyak orang, sehingga mereka tidak sudi menerima masukan apalagi kritikan dari orang lain. Oleh sebab itu para santri harus menggembleng diri untuk menguasai berbagai macam ilmu, mumpung para santri belum terlanjur dianggap besar oleh banyak orang.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu"

Part  16

Santri semakin alim lahir dan batin biasanya akan semakin halus tutur bahasanya dihiasai oleh majaz, kinayah, isti'aroh yang penuh untaian mutiara hikmah. Sebaliknya santri yang bebal mata batinnya, jangankan dinasehati menggunakan kata sindiran, lah wong dengan kata-kata thok lok alias to the point saja masih sulit faham. Jika kata-kata mutiara yang indah itu hilang dari ummat Islam, maka yang ada hanyalah kata-kata kotor penuh caci maki dan hinaan.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu".

$ads={2}

Part  17

Lebih enak menjadi orang bodoh yang tidak tahu apa-apa, karena hidupnya tidak pernah dibebani banyak masalah. Tidak harus mengaji, tidak harus menulis ilmu, tidak harus membaca dan menghafal, tidak harus menjaga ilmu, tidak harus pusing-pusing memecahkan masalah ilmu. Pokoknya menjadi orang bodoh itu enjoy dan nikmat. Hal ini berbeda dengan orang yang alim dan faham banyak ilmu pengetahuan, maka hidupnya serba dibatasi, begini tidak boleh, begitu tidak boleh.

Orang alim yang berdosa kelak di akhirat akan disiksa dengan seribu pukulan, sedangkan orang bodoh yang berdosa akan disiksa hanya satu kali pukulan saja. Tetapi seribu siksa untuk orang alim itu ibarat menggunakan seribu sapu lidi, sedangkan satu kali siksa untuk orang bodoh itu ibarat menggunakan batang pohonnya lidi, yang bernama glugu. Karena orang bodoh itu setiap hari selalu menumpuk dosa, minimal dosa tidak menjalankan kewajiban menuntut ilmu, sebab menuntut ilmu itu hukumnya wajib.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu"

Part  18

Sewaktu masih di pondok pesantren, kami pernah menterjemahkan kitab hadits Bulughul Marom dan Riyadhus-Sholihin, dengan tujuan membantu nasyrul ilmi kepada orang-orang Islam awam yang tidak punya kesempatan ngaji di pondok pesantren. Tetapi oleh beberapa guru dan masyayikh kami dilarang menterjemah, karena beliau-beliau khawatir nantinya kitab-kitab terjemahan itu dipakai modal ceramah oleh para ustadz panggung. Padahal kitab-kitab terjemahan itu untuk konsumsi orang-orang awam, bukan untuk konsumsi orang yang sudah dipanggil ustadz apalagi dipanggil kyai, abuya dan ajengan. Sehingga orang-orang awam pun semakin kegelapan, tidak mampu membedakan mana yang ustadz beneran dan mana yang ustadz karbitan.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu"

Part  19

Santri sejak dahulu sudah sering berjuang merebut kemerdekaan, walaupun nama-nama mereka tidak tercatat dalam buku sejarah, karena motto: "IKHLAS BERAMAL". Oleh sebab itulah kiprah para santri pada zaman sekarang ini berusaha dihilangkan oleh para bandit. Coba direnungkan, siapakah yang menjadi pasukan Pangeran Diponegoro? Siapa yang menjadi pasukan Tuanku Imam Bonjol? Apakah para santri ataukah para bandit?

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu"

Part  20

Jika orang Islam Indonesia ini mayoritasnya adalah para santri, maka pabrik dan perusahaan milik asing yang non muslim akan segera gulung tikar di Nusantara. 

Mengapa? Karena para santri itu rata-rata fanatik, tidak sudi menjadi bawahan dan karyawan orang asing yang non muslim. 

Biasanya para santri sejati lebih memilih jadi petani, atau nelayan atau pedagang atau peternak dari pada menjadi bawahan atau karyawan perusahaan asing yang non muslim.

Tapi sayangnya di Indonesia ini dikuasai oleh orang-orang Islam yang tidak santri, rata-rata mereka sekolah demi mengejar ijazah dan gelar, setelah lulus mereka bangga menjadi bawahan dan karyawaan perusahaan asing yang non muslim.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu"

Part  21

Jika perjuangan para santri masih diragukan untuk negeri ini, maka sekarang mari kita hitung-hitungan:

1. Ketika Sultan Agung Hanyokrokusumo Mataram menyerang Belanda di Batavia (1628 - 1629 M), kira-kira pasukannya Sultan Agung itu terdiri dari para kyai dan santri ataukah terdiri dari para politikus yang lulusan sekolah umum?

2. Ketika Raden Trunojoyo Madura menyerang Amangkurat I (1677 - 1679 M) yang bekerjasama dengan Belanda, kira-kira pasukannya Raden Trunojoyo itu terdiri dari para kyai dan santri ataukah terdiri dari para politikus yang sekolah umum?

3. Ketika Sultan Ageng Tirtayasa Banten menyerang Belanda (1651 - 1683 M), kira-kira pasukannya Sultan Ageng itu terdiri dari para kyai dan santri ataukah terdiri dari para politikus yang sekolah umum?

4. Ketika Pangeran Diponegoro menyerang Belanda (1825 - 1830 M), kira-kira pasukannya Pangeran Diponegoro itu terdiri dari para kyai dan santri ataukah terdiri dari para politikus yang sekolah umum?

5. Ketika terjadi tragedi Geger Cilegon Banten yang melawan Belanda (1888 M), kira-kira yang menjadi pasukannya itu para kyai dan santri ataukah para politikus yang sekolah umum?

6. Dan masih banyak lagi bukti nyata para kyai dan santri yang berjuang demi bangsa dan negara ini.

Para santri adalah para kesatria yang tidak banyak bicara, tetapi bukti nyata demi negara, hal ini berbeda dengan para politikus yang hanya pandai berbicara demi kekuasaan pribadinya.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu".

Part  22 

Jadi santri masih tetap bisa hidup, bisa makan dan akan mati.

Tidak santri juga bisa hidup, bisa makan dan akan mati.

Santri akan mati

Orang kaya akan mati

Pejabat akan mati

Artis akan mati

Presiden akan mati

Jika semuanya sadar bahwa akan mati, lalu mengapa tidak segera menjadi santri? Karena matinya para santri akan ditangisi oleh para malaikat. Sedangkan matinya presiden yang tidak santri, belum tentu ditangisi oleh para malaikat.

Motto:

"Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendak nafsumu"

Oleh: Ustadz Dawam Mu'allim

Editor: Hendra, S

Demikian Artikel " 22 Nasihat Untuk Santri di hari santri "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close