Maksud Imam Syafi'i Melarang Taqlid Dalam Beragama

MAKSUD IMAM SYAFI'I MELARANG TAQLID DALAM BERAGAMA

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Selama ini kita dijejali oleh sebagian kalangan dengan kutipan dari pernyataan Imam Syafi'i bahwa beliau melarang taqlid dan kewajiban mengikuti sunnah dan meninggalkan pernyataan Imam Syafi'i ketika bertentangan dengan sunnah. Sebenarnya pernyataan Imam Syafi'i tentang itu memang benar adanya hanya saja sering didapati bahwa pernyataan dimaksudkan untuk tujuan yang kurang tepat.

Kurang tepat bagaimana?

Pernyataan Imam Syafi'i itu sering dijadikan endorse agar kita meninggalkan hasil ijtihad mazhab Syafi'i kepada hasil ijtihad pihak lain karena hadisnya lebih kuat menurut mereka, seolah mereka sedang berkata "Ini loh pendapat yang benar dan hadisnya sahih, Imam Syafi'i saja bilang bahwa jika ada perkataanku yang bertentangan dengan hadis Rasulullah maka ikutilah hadis Rasulullah dan tinggalkanlah pendapatku...". Semacam ini banyak kita temukan 'kan?

Padahal diketahui bahwa kalimat tersebut beliau sampaikan kepada pihak tertentu dan dalam kondisi tertentu. Kalimat tersebut beliau sampaikan kepada muridnya yang telah mencapai derajat ijtihad sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Nawawi dalam muqaddimah kitab al-Majmu', tidak kepada sembarang orang. Kalimat tersebut juga disampaikan dalam kondisi tertentu yakni jika hadis yang berkaitan dengan itu jelas, pasti dan tidak ada dalil lain yang bertentangan dengan hadis tersebut, adapun jika dalilnya saling bertentangan maka Imam Syafi'i justru berkata sebagaimana yang ada di gambar ini. Imam Syafi'i berkata:

"Aku telah memberikanmu sejumlah (ilmu) yang cukup bagimu insya Allah. Janganlah kamu meninggalkan satupun hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali jika datang juga dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kebalikan dari hadis tersebut, maka (dalam kondisi itu) kamu amalkan saja apa yang kukatakan terkait hadis-hadis jika mereka saling bertentangan." (Manaqib Syafi'i karya Imam Baihaqi)

$ads={1}

Dari sini jelas terlihat kan perbedaan konotasi pernyataan Imam Syafi'i antara maksud awal beliau dengan apa yang biasanya disampaikan oleh sebagian kalangan? Pernyataan beliau tujuannya mengajari muridnya untuk berijtihad, tapi sering kali disampaikan kepada masyarakat umum dengan tujuan agar masyarakat umum meninggalkan pendapat Imam Syafi'i dan mazhab Syafi'i secara umum untuk kemudian mengikuti pendapat pihak yang membawa perkataan Imam Syafi'i tersebut, padahal aslinya ya tidak seperti itu.

Maka, tidak tepat jika pernyataan Imam Syafi'i dalam satu hal (seperti dalam klasifikasi bid'ah) lalu kemudian dipertentangkan dengan hadis Rasulullah (seperti tentang kull bid'ah) hanya karena dalam pandangan sebagian pihak pernyataan Imam Syafi'i itu bertentangan dengan hadis Rasulullah yang mereka bawa, apalagi jika ditambah dengan tuduhan bahwa pihak yang mengikuti pemahaman Imam Syafi'i itu telah menjadikan perkataan beliau sebagai dalil "melawan" hadis Rasulullah.

Imam Syafi'i digelari sebagai Nashir Sunnah, bahkan Imam Ahmad b. Hanbal menyatakan bahwa "Aku tidak melihat satupun orang yang sangat mengikuti atsar selain Imam Syafi'i, maka pernyataan Imam Syafi'i yang oleh sebagian kalangan dianggap bertentangan dengan Sunnah sejatinya bukanlah karena beliau menentang sunnah, yang ada adalah bahwa Imam Syafi'i memahami sunnah tersebut dengan pemahaman yang berbeda dengan pihak yang membawakan sunnah tersebut.

Oleh: Fahmi Hasan Nugroho

Demikian Artikel " Maksud Imam Syafi'i Melarang Taqlid Dalam Beragama "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close