Kajian Kitab Fathul Qorib 3: Hamdalah dan Basmalah

KAJIAN KITAB FATHUL QORIB 3: HAMDALAH DAN BASMALAH

Terjemah : 

"Seorang Syaikh yang menjadi Imam, yang berkun-yah Abu at-Thayyib, dan dikenal juga dengan nama kun-yah Abu Syuja', yang berjuluk bintangnya agama, yaitu Ahmad bin al-Husain bin Ahmad al-Asfahani -semoga Allah menyirami makam beliau dengan siraman rahmat dan keridhoan, dan menempatkan beliau di surga firdaus yang paling tinggi-, beliau berkata: 

(Bismillahirrahmanirrahim) aku memulai kitab ini. Allah adalah nama bagi dzat yang wajib wujudnya. Dan lafadz Ar-Rohman itu lebih luas cakupan maknanya daripada ar-Rahim.

Alhamdulillah merupakan pujian kepada Allah dengan ungkapan bagus disertai pengagungan kepadaNya. 

( Robbil alamin) Yang merajai seluruh alam. Lafadz al-alamin disini dengan dibaca fathah lamnya seperti yang dikatakan Imam Ibnu Malik adalah isim jama' yang khusus bagi makhluk yang berakal, bukan jama' mudzakar salim. Dan mufrodnya adalah عَالَمٌ dengan di baca fathah lamnya. (Alasan tidak bisa distatuskan jama' mudzakar salim) karena (mufrod yang berupa) عالم adalah isim yang maknanya mencakup apapun selain Allah (baik makhluk berakal maupun tidak), sedangkan jama'nya (yaitu العالمين/العالمين) khusus bagi makhluk yang berakal."

Baca juga: Kajian Kitab Fathul Qorib: Pembahasan Basmalah Sampai 'Ala Wafqi Murodihi

Penjelasan:

أَحْمَدُ بْنُ الحُسَيْنِ بْنِ أَحْمَدَ الأَصْفَهَانِيُّ

Ahmadu ini isim ghoiru munshorif, illatnya alamiyah dan wazan fi'il. Maka ketika rofa', alamatnya dhomah tanpa di tanwin.

Ibnul Husaini, Ibnu yang pertama ini dibaca rofa', alamatnya dhomah karena jadi na'at dari Ahmadu yang di baca rofa'. Sedangkan al-husaini jer karena mudhof ileh. 

Ibnu yang kedua dibaca jer, yaitu Ibni. Alamat jernya kasroh, karena isim mufrod. Dibaca jer karena menjadi na'at dari al-Husaini yang di baca jer.

Ahmad yang terakhir dibaca jer, alamat jernya fathah karena isim ghoiru munshorif.

o0o

وَأَسْكَنَهُ أَعْلَى فَرَادِيْسِ الْجِنَانِ

Farodis ini shighot muntahal jumu', dia awalnya ghoiru munshorif, tidak bisa menerima tanwin dan kasroh, tapi menjadi munshorif lagi, dalam hal ini bisa di kasroh, karena dia menjadi mudhof.

o0o

(بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ) أَبْتَدِئُ كِتَابِيْ هَذَا.

Ba' pada lafadz bismillah ini merupakan huruf jer yang berfaidah memberi makna, atau punya makna, dan maknanya adalah al-isti'anah atau meminta pertolongan. Maka ketika kita mengucap bismillah saat akan melakukan sesuatu, hakikatnya kita meminta pertolongan kepada Allah. "Dengan meminta pertolongan kepada Allah…aku melakukan ini".

Atau bermakna mushohabah, maka bermakna "aku melakukan sesuatu ini bersamaan dengan menyebut nama Allah". Atau bisa juga bermakna tabarruk, berarti "aku melakukan sesuatu ini bertabarruk dengan nama Allah."

$ads={1}

Kemudian kenapa bismillah ini perlu di beri penjelasan أبتدئ كتابي هذا? Aku memulai kitab ini?

Karena ba' pada bismillah ini adalah huruf jer yg membutuhkan ta'alluq, kalimat yang berhubungan. Setiap orang yang mengucap bismillah pasti ada kata yg tersimpan. Misal makan mengucapkan bismillah maka ada kalimat "aku memulai makan ini.. dengan bismillah". Begitu juga lainnya. 

Dan ta'alluqnya ini bisa dari isim, bisa dari fi'il, bisa di tempatkan di depan bismillah, dan dosa ditempatkan setelah bismillah. Jadi ada 4 praktek.

Terus kenapa disini kalimat tersimpan itu di taruh dibelakang bismillah? Padahal bisa juga di depan? Ini untuk menunjukkan faidah ihtimam, bahwa bismillah itu suatu yg sangat penting. 

ذِكْرُ المَعْمُوْلِ قَبْلَ عَامِلِهِ يُفِيْدُ الإِهْتِمَامَ

"menyebutkan ma’muul sebelum ‘aamil menunjukan betapa pentingnya permasalahan tersebut". 

Dan kenapa pentakdirannya dengan fiil? karena al-ashlu fil 'amal adalah fi'il. Maka lebih utama menggunakan fi'il.

o0o

وَاللّٰهُ اِسْمُ الذَّاتِ الْوَاجِبِ الْوُجُوْدِ. 

Allah merupakan Dzat yang wajib wujudnya, wajib adanya. Konsekuensi yang ditimbulkan dari Allah wajib ada, maka Allah tidak mungkin tidak ada, mustahil Allah tidak ada.

Baca juga: Kajian Kitab Fathul Qorib: Wa Usholli Sampai Ghoyatil Ikhtishor

o0o

وَالرَّحْمٰنُ أَبْلَغُ مِنَ الرَّحِيْمِ.

Lafadz Ar-Rohman lebih luas cakupan maknanya daripada ar-Rohim. Ini dari 3 sisi :

[1] Sisi kaidah bahasa Arab,

زِيَادَةُ البِنَاءِ تَدُلُّ عَلَى زِيَادَةِ المَعْنَى 

"Adanya tambahan huruf itu menunjukkan adanya tambahan makna."

Rohman terdiri dari 5 huruf, sedangkan Rohim dari 4 huruf. Rohman 5 huruf karena mim dengan fathah panjang itu dihitung sebagai mim dan Alif.

[2] Sisi shighot mubalaghohnya. Shighot mubalaghoh menggunakan fa'lan (فعلان) itu berfaidah lis-sa'ah was-syumul, mencakup semua. Maka Rohman yang menggunakan shighot fa'lan lebih luas cakupan maknanya daripada rahim.

[3] Dari makna yang diungkap oleh para ulama' bahwa sifat kasih sayang Allah yang berupa Ar-Rahman mencakup dunia dan akhirat. Mencakup mukmin maupun orang kafir, mencakup hewan, tumbuhan, dan lain sebagainya. Sedangkan sifat kasih sayang Allah yang berupa ar-Rahim hanya kelak di akhirat, dan hanya kepada orang mukmin.

o0o

(الْحَمْدُ لِلّٰهِ) هُوَ الثَّناَءُ عَلَى اللّٰهِ تَعَالَى بِالْجَمِيْلِ عَلَى جِهَّةِ التَّعْظِيْمِ.

Alhamdulillah merupakan pujian kepada Allah dengan ungkapan bagus disertai pengagungan kepadaNya. 'ala jihhatit ta'dzim disini 'ala-nya bermakna ma'a (beserta).

Dari adanya definisi 'Ala jihhatit ta'dzim (disertai mengagungkan Allah) maka mengecualikan misal ada orang dekil banget, acak²an, ga pernah mandi sebulan dateng ke kita terus kita bilang "eh elu rapi banget, lu ganteng banget ". Ini secara dzohir lafadznya adalah pujian. Tapi tidak ma'a jihhatit ta'dzim. Tidak memuliakannya. Karena secara lafadz pujian tapi maksudnya adalah istihza'an wa sukhriyyatan, mengejek.

Maka hamdalah atau pujian kepada Allah itu ya lafadznya pujian, terus tujuannya juga memuji, ala jihhatit ta'dzim.

o0o

 (رَبِّ) أَيْ مَالِكِ (الْعَالَمِيْنَ) بِفَتْحِ اللَّامِ، وَهُوَ كَمَا قَالَ ابْنُ مَالِكٍ: اسْمُ جَمْعٍ خَاصٌّ بِمَنْ يَعْقِلُ، لاَ جَمْعٌ وَمُفْرَدُهُ عَالَمٌ بِفَتْحِ اللَّامِ، لِأَنَّه اسْمٌ عَامٌ لِمَا سِوَى اللّٰهِ تَعَالَى، وَالْجَمْعُ خَاصٌّ بِمَنْ يَعْقِلُ.

'Alamin (atau 'alamun kalau rofa') ini merupakan mulhaq bi jam'il mudzakkaris salim. Termasuk lafadz² yang diserupakan dengan jama' mudzakkar salim dalam i'robnya, kalau rofa' menggunakan wawu, dan nashob jer menggunakan ya'. 

Dalam alfiyyah dikatakan :

وشبه ذين وبه عشرونا ... وبابه ألحق والأهلونا 

أولو وعالمون عليونا ... وأرضون شذ والسنونا 

'Alamuna disini tidak dikatakan jama' mudzakkaris salim karena tidak memenuhi ketentuan:

أن يكون أعم من مفرده

Ketika jamak maka harus bermakna lebih luas daripada mufrodnya, tidak boleh sama atau lebih sedikit cakupannya. Sedangkan pada kasus ini, mufrodnya 'alamina/'alamuna, yaitu 'aalam (عالم), mencakup apapun selain Allah, baik man ya'qilu atau ma la ya'qilu, baik yg berakal maupun tidak. Mencakup manusia, batu, pohon, tanah, air, api, udara, dan yang lainnya. Intinya mencakup apapun selain Allah. 

Sedangkan ketika sudah berbentuk jama', menjadi 'alamuna, maknanya malah menjadi lebih sempit, hanya kepada man ya'qil. Makhluk yg berakal. Yaitu manusia, jin dan malaikat saja. Tidak mencakup batu, pohon, dan yang tidak berakal lainnya. Dari sini 'alamuna tidak bisa dihukumi sebagai jama'mudzakkaris salim, tapi mulhaqnya. 

Ini pendapat yang diungkapkan oleh Imam Ibnu Malik. 

Tapi disini masih ada perbedaan pendapat seperti diterangkan Syaikh Khalid Al Azhary, beliau dalam Syarh at-Tashrih 'ala at-Tawdhih mengatakan bahwa al-Alamuna adalah isim yang mencakup seluruh makhluk, yakni apapun selain Allah. Dijama'kan dengan wawu dan nun (ketika rofa'), atau ya' dan nun (ketika nashob dan jer) karena al-asl dalam makhluk adalah al-uqola', yang berakal. Sedangkan selainnya adalah sebagai pelengkap.

Syaikh Bajuri dalam Hasyiyahnya terhadap Fathul Qarib juga menyatakan bahwa yang tahqiq, yang benar, bahwa al-alamina disini adalah jama' mudzakar salim. Beliau menyebutkan dua pendapat yang menyatakan al-'alamina adalah jama' mudzakar salim yang tidak memenuhi syarat, dan pendapat lainnya merupakan jama' mudzakar salim yang memenuhi semua syarat seperti dinyatakan oleh banyak ulama, diantaranya adalah Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshari dalam al-Manahij al-Kafiyah.

Wallahu ta'ala a'lam bis showab. Semoga bermanfaat.

Oleh: M Syihabuddin Dimyathi di Grup Facebook Kajian Fikih Fathul Qarib

Demikian Artikel " Kajian Kitab Fathul Qorib 3: Hamdalah dan Basmalah "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close