Tiga Perilaku Orang Mukmin: Khauf, Ar-Raja dan Khubu

Tiga Perilaku Orang Mukmin: Khauf, Ar-Raja dan Khubu

TIGA PERILAKU ORANG MUKMIN: KHAUF, AR-RAJA DAN KHUBU

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Syekh Abdul Qodir al-Jilani RA berkata :

لَا بُد لكل مُؤمن فِي سَائِر أَحْوَاله من ثَلَاثَة أَشْيَاء: أَمر يمتثله. وَنهي يجتنبه. وَقدر يرضى بِهِ

Artinya, "Hendaknya orang Mukmin menetapkan keistiqomahan perilakunya pada 3 perkara yaitu: (1) Melaksanakan perintah Allah SWT. (2) Meninggalkan dan menjauhi larangan Allah SWT. (3) Ikhlas dan rela menerima taqdir Allah SWT. 

Tiga hal yang disampaikan Syekh Abdul Qodir ini sepertinya sederhana akan tetapi apabila kita mampu mengamalkannya maka akan berbuah perkara yang agung dan luar biasa. Karena salah satu wasilah kita dapat dekat kepada Allah adalah dengan 3 hal di atas. 

I- Orang Mukmin harus istiqomah Melaksanakan perintah Allah SWT

Adapun perintah yang dimaksud dalam pernyataan diatas atau yang dimaksud أَمر يمتثله ada dua yaitu :

(1) Taat atas perintah yang datang dari Allah yang berhubungan dengan perkara yang wajib seperti dalam rukun Islam. 

(2) Taat atas Perintah yang datangnya dari Rasulullah. Adapun yang kedua adalah hal-hal yang berhubungan dengan kesunahan yang datang dari Nabi seperti sholat rawatib, sholat dhuha, menyantuni anak yatim, dan lain sebagainya. 

Dalam kitab Tanbihul Ghofilin disebutkan bahwa manusia jika ingin taat kepada Allah maka dia harus tahu sumber-sumbernya dan hal itu perlu dipelajari. Sumber-sumber ketaatan itu ada 3 yaitu : (1) Khouf, (2) Roja', dan (3) Khubu/ Cinta.

$ads={1}

1. Khouf / Takut Kepada Allah

Imam Ghazali berkata bahwa sumber ketaatan yang pertama adalah khouf. Orang yang ingin terhindar dosa dan maksiat. Serta bisa taat kepada Allah, maka kuncinya adalah memasukan khouf ke dalam hati. Oleh karena itu Imam Ghazali berkata: Khouf harus ada di hati manusia, sebab sifat khouf berfungsi untuk mengoreksi kita dari dosa dan maksiat. 

Sebaliknya apabila ada orang yang tidak punya khouf maka dia akan terjerumus dalam dosa dan maksiat. 

2. Ar-Raja' / Berharap Rahmat Allah

Menurut Imam Ghazali fungsi dari Roja adalah apabila ada orang terpeleset dalam dosa maka dia tetap memiliki rasa dan harapan kepada rahmat Allah. 

Roja adalah wasilah dan lantaran agar kita tetap istiqomah dan semangat dalam ketaatan sekalipun terkadang kita terpelest dalam dosa. 

Hati kita harus tetap memilki keyakinan bahwa Allah adalah Ghofurur-Rohim. Yang maha mengampuni dan Maha menyayangi. 

Roja berfungsi untuk menguatkan keinginan dalam ibadah kepada Allah SWT. Antara roja dan khouf harus seimbang. 

Ketika Imam Ghazali ditanya mana yang lebih utama antara khouf dan Roja?. Oleh Imam Ghazali pertanyaan itu ditanyakan balik, mana yang lebih utama antara roti dan air?. 

Bagi orang yang lapar roti lebih utama. Sedangkan bagi orang yang dahaga air lebih utama. Jika sedang lapar dan dahaga. Maka keduanya sama-sama dibutuhkan. 

Jika orang ditakdir Allah taat maka baginya yang lebih dibutuhkan adalah khouf. Sedangkan bagi orang yang maksiat maka yang lebih utama dibutuhkan adalah roja'. 

Di Basrah ada wali perempuan bernama Robiah al-Adawiyah. Selain itu ada juga Syakwanah al-Ubulah. Sebelum dia jadi wali dia adalah perempuan yang ahli maksiat. 

Baca juga: 3 Tingkatan Zuhud Dalam Islam

Pekerjaan Syakwanah sebelum taubat adalah sering ketempat hiburan. Mabuk dan berkumpul-kumpul dengan orang laki-laki. Satu malam ketika dia masuk ke rumah yang bertingkat. Syakwanah mendengar ada orang yang menangis. Dia menyuruh satu pelayannya untuk ngechek. Tapi budaknya tidak kembali. Sampai yang kedua. Juga tidak kembali. Sampai 3 pelayan semua tidak ada yang kembali. 

Akhirnya Syakwanah sendiri yang mengechek. Ternyata 3 pelayan yang memeriksa sebelumnya telah berkumpul mendengarkan ngaji dari Ulama Basrah yang semua orang yang berada disana sedang menangis mendengarkan ngaji dari ulama tersebut. 

Mengapa semua menangis?. Karena sang ulama sedang membahas ayat tentang akhirat. Syakwanah yang mendengar itu juga ikut menangis.

Lalu dia bertanya kepada Syekh yang menjelaskan, "Ya Syekh, apabila saya berhenti dari dosa-dosaku apakah Allah akan menerima taubatku?". 

Syekh tersebut menjawab, "Sebanyak-banyak dosamu walaupun dosamu sebanyak dosa Syakwanah, kamu pasti diampuni oleh Allah". Padahal yang bertanya adalah Syakwanah sendiri. 

Akhirnya setelah ia bertaubat menurut Hasan al-Basri Syakwanah adalah wali yang terkenal mudah menangis ketika mendengar ayat yang membahas akhirat. 

Hasan al-Basri pernah berkata, "Jika Syakwanah menangis aku takut, dia akan kehilangan penglihatannya!". Tapi Syakwanah menjawab kata-kata Hasan dengan menyatakan, "Aku lebih suka buta dunia dariapda aku akan buta di akhirat, buta karena tidak bisa melihat Allah SWT". 

Syakwanah adalah contoh wali yang memilki khouf yang besar kepada Allah sehingga menjadikan dia taubat dan ibadah kepada Allah. 

Ciri-ciri orang khouf adalah "Tarku al-Makharimi" atau meninggalkan perkara yang diharamkan oleh Allah. Seperti Syakwanah yang langsung bertaubat dan meninggalkan hobi maksiatnya. 

Syekh Ibnu Athaillah berkata dalam hikamnya: 

مَعْصِيَةٌ أَوْرَثَتْ ذُلًّا وَافْتِقَارًا خَيْرٌ مِنْ طَاعَةٍ أَوْرَثَتْ عِزًّا وَاسْتِكْبَارًا

Artinya:  "Orang yang melakukan maksiat, akan tetapi dari kemaksiatan itu muncul rasa hina itu lebih baik daripada orang yang taat, akan tetapi memunculkan rasa bangga dan sombong".

Dalam bukunya Abah Djamal menceritakan ada seorang yang sangat takut kepada Allah tapi dia berprofesi sebagai pedagang. 

Salah satu pelangganya adalah perempuan yang kaya. Kata perempuan yang kaya, "Mas, kemarilah, semua yang kamu jual aku beli dan akan aku ganti serta labamu akan aku lipat gandakan, asalkan kamu mau menuruti kataku". 

Laki-laki ini berkata pada dirinya, "Wahai Nafsu, takutlah kepada Allah!". Ternyata perempuan itu memaksa si pedagang ke loteng dan mengajak kumpul dan menuruti kemauannya.

Jika pedagang tampan itu tidak mau, perempuan itu akan berteriak dan akan berkata kalau dia akan diperkosa oleh si pedagang. Tapi si laki-laki hanya berkata pada dirinya, "Wahai Nafu takut lah kepada Allah, Wahai Nafsu takutlah kepada Allah". 

Baca juga: Harta Dapat Membuat Orang Menjadi Lalai Atau Taat Kepada Allah

Akhirnya si pedagang izin dulu untuk ke kamar mandi dan wudlu  untuk sholat dulu. Setelah sholat laki-laki itu akan meloncat dari lantai atas tersebut karena takut dengan siksa Allah. 

Allah kemudian memerintah Jibril untuk menangkap laki-laki itu karena hatinya yang khouf atau takut kepada Allah. Diceritakan bahwa ketika Malaikat Jibril menangkap laki-laki itu bagaikan Perempuan yang menangkap bayi yaitu dengan cara yang halus. Laki-laki itu pun selamat dari kematian. 

Zaman sekarang anak-anak kita mungkin tidak menghadapi hal semacam itu tapi tantangannya berbeda. Maka harus dijawab dalam hati, "Inni Akhofullah". Aku takut kepada Allah. Inilah khouf, takut pada siksa dan adzab Allah yang dapat jadi pendorong taat kepada Allah. 

3. Khubu / Cinta kepada Allah

Karena cinta kepada Allah sesorang bisa taat dan ibadah luar biasa. Oleh karena itu pada bagian awal Hikam dicerikatan Wali Allah perempuan yang suka beribadah yaitu Robiah al-Adawiyah. Saking senengnya cinta kepada Allah dia berdoa: 

اللهم إن كنت أعبدك خوفاً من نارك فاحرقني في النار جهنم

واذا كنت أعبدك طمعاً جنتك فاحرمني منها ، اما اذا كنت  أعبدك من اجل محبتك فلا تحرمني من رؤيت وجهك الكريم

Artinya : "Ya Allah andaikan aku menyembahmu karena aku takut akan neraka jahanam maka bakarlah aku di dalam neraka itu. Dan andaikan aku beribadah kepada mu agar mendapat surgamu maka halangi aku untuk bisa masuk surgamu, Andaikan aku beribadah kepadamu hanya semata-semata karena cintaku kepadamu, maka jangan halangi aku untuk melihat dzatmu yang mulia itu"

Oleh karena itu Robiah al-Adawiyah disebut juga sebagai tokoh sufi yang menjadi peletak dasar mahabah kepada Allah. Karena dengan cintanya yang seperti itu besarnya dialah yang mempelopori mahabah sebagai wasilah dekat kepada Allah. 

Melihat yang demikian kita dapat menyimpulkan bahwa ibadah kita pada umumnya masih jauh dari mahabah karena ibadahnya masih berharap surga dan selamat dari neraka. .

Abah Djamal sering mendidik kita dengan berkata, "Apabila dapat ijazah wiridan dan amalan apapun tidak usah ditanya fadilahnya pokok diamalkan saja!". 

Dari amalan Laqodjaa, Ayat Kursi dan Alam Tara. Semua beliau didik agar tidak menanyakan fadilahnya. Tapi karena untuk mendorong agar orang awam mau melaksakannya fadilah-fadilah dijelaskan. 

Laqodja miturut ijazah dari Mbah Wahab Hasbullah adalah salah satu wiridan panjang umur. Siapa yang membacanya tidak akan mati. Tapi jika ada pengamal Laqodja mati. Maka saat itu dia sedang kelupaan. 

Mbah Moen juga mengijazahkan orang yang baca Laqodja dia akan berumur panjang. Sampai ada cerita dari Muridnya Mbah Moen, bahwa semenjak umur 60 an Mbah Moen jarang baca Laqodja. Ketika ditanya Kenapa?. Takut kalau tidak mati-mati. Itupun umur beliau panjang sampai 90 an. 

Sampai ada cerita ada orang mimpi ketemu Mbah Moen dan ditanya, bagaimana rasanya wafat di Makah?. Beliau cerita kalau beliau diajak guyon dengan Malaikat. Ketika ditanya mengapa punya umur panjang?. Beliau dawuh karena membaca Laqodja. 

Faedah-faedah yang demikian bagi Robiah tidaklah berlaku karena dasar ibadahnya adalah cinta kepada Allah. 

II- Menjauhi Larangan Allah

Nabi bersabda: 

عن أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْرٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ؛ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ) رَوَاهُ اْلبُخَارِي وَمُسْلِمٌ

Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Shakhr radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Apa saja yang aku larang kalian darinya maka jauhilah, dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian maka kerjakanlah semampu kalian, karena sesungguhnya yang telah membinasakan orang-orang yang sebelum kalian adalah banyaknya pertanyaan  dan penyelisihan  terhadap para nabi mereka.”

Teks hadist di atas menjelaskan bahwa ketika Rasul berkata apa yang Beliau larang kepada umatnya maka jauhilah. Tapi ketika beliau memerintah redaksinya adalah dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian maka kerjakanlah semampu kalian. Ini adalah tanda kalau nabi memiliki sifat "kharisun". 

Dari hadist ini para ulama menganjukan pertanyaan mana yang lebih utama melaksanakan perintah atau meninggalkan larangan?. Ibnu Katsir mengomentari, "Yang lebih utama adalah meninggalkan larangan". Karena dalam meninggalkan larangan tidak disifati oleh Nabi. Sedangkan untuk perintah disifati dengan semampunya. 

Imam Abdullah al-Hadad memberi resep kepada kita agar terhindar dari maksiat dan dosa yaitu :

1) Merasakan kehadiran Allah setiap waktu atau sesuai hadist: 

اتق  الله حيثما كنت

2) Merasakan kehadiran Malaikat sebagai pencatat amal di kanan dan kiri. 

3) Harus merasa kematian sudah berada di depan mata. 

4) Mengingat janji dan ancaman Allah SWT

Menanamkan sifat yang demikian dapat menghindarkan kita dari dosa dan maksiat. 

III- Rela akan takdir Allah SWT

Nabi pernah bersabda :

مِن سعادة ابن آدم رضاه بما قضى الله له ومن شقاوة ابن آدم تركه استخارة الله ومن شقاوة ابن آدم سخطه بما قضى الله له

Artinya : Kebagiaan anak adam/  manusia adalah apabila dia rela dengan taqdir Allah. Dan celakanya anak adam adalah apabila dia tidak rela dengan yang diputuskan Allah". 

Maksud ridla Allah itu bagaimana?. Ridla dengan taqdir Allah adalah apabila seorang hamba mendapat musibah ia tetap bahagia sebagaimana dia bahagia mendapat nikmat dari Allah. 

Ibarat petani yang menanam padi tapi tidak panen tapi dia tetap senang seperti ketika dia panen banyak. Dan tetap mengucapkan Alhamdulillah. 

Nabi Ayub AS diceritakan Ibn Katsir sebagai orang yang kaya. Anaknya sholeh semua dan hartanya sangat banyak. Tapi diuji oleh Allah karena Iblis izin kepada Allah, untuk mengoda Nabi Ayub yang ibadahnya luar biasa ketika kaya. 

Yang pertama dirusak adalah kekayaannya. Tapi Nabi Ayub tetap bersykur dan berkata Alhamdulillaah. Iblis kalah dalam cobaan kepada Nabi Ayub yang pertama. 

Yang kedua rumahnya dibakar. Tapi Nabi Ayub tetap bersyukur. Dan Iblis kalah. 

Ketiga semua putra dan isterinya dibunuh. Dan Nabi Ayub tetap bersyukur. Sampai Nabi Ayub sakit yang menjijikan apabila dilihat orang dan diasingkan. Sementara yang mendampingi hanya satu isterinya bernama Rohmah. 

Sampai saking miskin dan sakitnya Isterinya berkata, "Wahai Suamiku, Engkau adalah Nabi Allah, tapi mengapa bertahun-tahun engkau rela dicoba sakit seperti ini, padahal sekali Anda berdoa pasti diijabahi". Nabi Ayub kemudian bertanya, "Rohmah aku sudah sakit hanya 17 tahun, tapi aku sehat sudah 81 tahun, aku malu kepada Allah jika aku meminta obat sehat kepada Allah sehingga aku menerima apa yang terjadi".

Sampai saking miskinnya Rohmah menjual alat kepang rambutnya dijual sehingga membuat Nabi Ayub berdoa supaya diberi kesehatan. Allah kemudian memerintah Jibril agar memerintah Nabi Ayub untuk  menggertakan kakinya ke bumi dan keluar air yang dari sumber itulah Allah memberikan kesembuhan pada Nabi Ayub. Inilah contoh Ridla pada takdir Allah SWT. 

Kapan orang dikatakan ridla kepada Allah?. Adalah apabila seorang hamba mendapat musibah ia tetap bahagia sebagaimana dia bahagia mendapat nikmat dari Allah. (*)

- Disarikan dari Ngaji Malam Selasa oleh KH. Saiful Hidayat, MHI di Bumi Damai Al-Muhibin Tambakberas Jombang.

Ditulis oleh: Aisyah

Demikian Artikel " Tiga Perilaku Orang Mukmin: Khauf, Ar-Raja dan Khubu "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close