Sikap Optimis Para Sahabat Nabi dan Ulama Salaf

SIKAP OPTIMIS PARA SAHABAT NABI DAN ULAMA SALAF

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Orang yang pesimis akan melihat seribu peluang di depan matanya sebagai tantangan, tetapi orang yang optimis akan selalu berkeyakinan bahwa harapan dan peluang itu selalu ada. Berasal dari keluarga yang kurang mampu bukan alasan untuk insecure, merasa diri tidak layak menjadi kompetitor bersaing dengan teman-teman lain yang mapan secara finansial. 

Siapa yang tidak kenal dengan Imam Suyuthi? Seorang ulama Syafi'iyyah yang sangat produktif yang memiliki ratusan karya dalam berbagai disiplin ilmu. Beliau adalah sosok mutafannin yang karya-karyanya begitu beragam. Dalam salah satu catatan yang berisi katalog dari kitab-kitab karya Al-Suyuthi dari catatan Beliau sendiri, di tahun 904 H, Al-Suyuthi telah memiliki 538 karya, terdiri dari bidang tafsir sejumlah 73 karya, bidang hadis 205 karya, Mushtalah 32 karya, fikih 71 karya, Ushul Fikih, Ushuluddin dan tasawuf sejumlah 25 karya, bidang lughah dan nahwu 66 karya, Ilmu Balaghah 8 karya, Sejarah 30 karya, dan lain-lain yang totalnya berjumlah 538 karya. Itu baru tahun 904 H, sementara Imam Suyuthi baru wafat pada tahun 911 H. Imam Suyuthi yang memiliki pencapaian yang sangat tinggi dalam bidang ilmu tersebut ternyata adalah seorang anak yang tumbuh kembang dalam keadaan yatim. Tetapi yatim bukan bermakna gagal untuk berhasil. 

Demikian juga dengan Imam Syafi'i. Sosok pendiri mazhab yang pengikutnya kedua terbanyak di dunia setelah mazhab Hanafi. Bagaimana keadaan Imam Syafi'i? Beliau adalah anak yatim. Ibunda Imam Syafi'i merawat Imam Syafi'i kecil dalam kondisi ekonomi yang sulit. Sampai-sampai Al-Syafi'i berkata; 

كنت يتيما في حجر أمي ، ولم يكن لها ما تعطيني للمعلم 

"Aku adalah seorang yatim yang tumbuh dalam pangkuan Ibuku. Ibuku tidak punya apa-apa untuk memberikan sesuatu kepada Guruku."

Imam Syafi'i juga tidak punya uang membeli kertas. Beliau mengumpulkan benda-benda apa saja yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai tempat mencatat materi-materi ilmu. Saat tempat tinggalnya sudah penuh dan setelah menghafal semua catatannya, benda-benda tersebut dipindah ke jurrah qadim (guci tua). Meski kehidupan al-Syafi'i secara finansial sangat pelik, tetapi beliau telah membuktikan bahwa yatim dan miskin bukan penghalang untuk meraih keberhasilan.

$ads={1}

Demikian juga jika kita menoleh lebih jauh ke belakang. Siapa Sahabat yang hadis-hadisnya paling banyak diriwayatkan? Jawabannya adalah Abu Hurairah. Abu Hurairah punya nama asli Abdu Syams bin Sakhr, kemudian diganti oleh Rasulullah setelah memeluk Islam menjadi Abdurrahman bin Sakhar. Abu Hurairah berasal dari Qabilah Daus di Yaman, membersamai Nabi mulai tahun 7 hijriah setelah perang Khaibar. Meski kebersamaan dengan Nabi terhitung singkat, namun Abu Hurairah menjadi Sahabat yang hadisnya paling banyak diriwayatkan.

Abu Hurairah termasuk salah satu dari 7 Sahabat yang diistilahkan dengan Al-Muktsirun (perawi yang diriwayatkan hadisnya dari lebih dari 1000 hadis). Dari ke-7 Sahabat Al-Muktsirun, Abu Hurairah paling banyak riwayatnya sebagaimana yang tertera dalam Alfiyah Suyuthi;

والمكثرون في رواية الأثر *** أبو هريرة يليه ابن عمر

وأنس والـبحـر كـالخـدري *** وجـابـر وزوجـة الـنــبـي

Abu Hurairah adalah pemeluk Islam dari luar Madinah yang tidak punya rumah. Beliau tinggal di Mesjid Nabi bersama Sahabat-Sahabat lain yang dikenal dengan Ahlu Shuffah. Abu Hurairah tidak punya kekayaan apa-apa, tidak punya modal untuk berdagang dan tidak punya lahan untuk digarap. Kondisi itu ternyata dipandang sebagai peluang untuk memaksimalkan waktu membersamai Nabi. Saat orang Muhajirin disibukkan dengan berdagang di pasar dan orang-orang Anshar sibuk mengurus perkebunan, Abu Hurairah tetap mulazamah bersama Nabi.  Sehingga pada satu kesempatan Nabi berkata; "Siapa yang membentangkan kain di tubuhnya sampai Aku selesai menyampaikan pembicaraanku, lalu ia mengambilnya dan meletakkan di dadanya, maka Ia tidak akan pernah lupa dari apa yang Aku sampaikan." Abu Hurairah benar-benar memanfaatkan kesempatan istimewa tersebut, sehingga mulai dari kejadian itu Abu Hurairah tidak pernah lupa dari apa yang Nabi SAW sampaikan. (Lihat Shahih Bukhari)

Baca juga: Mush'ab bin Umair, Sang Teladan Dalam Zuhud

Abu Hurairah tak jarang menghadiri majelis Nabi dalam keadaan lapar. Bahkan pernah suatu waktu Abu Hurairah sampai harus bertekan dengan perutnya pada lantai dan mengikat batu pada perutnya karena kondisi lapar yang luar biasa, sampai kemudian lewat Rasulullah yang langsung membaca raut wajah Abu Hurairah yang lapar, sehingga diajak ke rumahnya untuk mengonsumsi makanan yang tersedia di rumah Rasulullah SAW, yang kebetulan waktu itu baru saja ada orang yang menghadiahkan susu kepada Nabi. Kisah yang termaktub dalam Sahih Bukhari ini panjang rentetannya dan banyak hikmah di dalamnya, Silahkan disimak di video versi lengkapnya. 

'Ala Kulli hal kita dapat mengambil inspirasi bahwa kekurangan secara finansial bukanlah alasan untuk merasa gagal untuk meraih kesuksesan. Memang belajar butuh biaya dan dukungan finansial, tetapi itu bukan faktor utama dan bukan segalanya. Karena dari sejarah kita belajar, banyak dari para Ulama yang sukses adalah mereka yang secara finansial memiliki kekurangan. Bahkan mereka membaca kekurangan secara finansial sebagai peluang untuk fokus dan totalitas mewaqafkan hidupnya untuk keilmuan.

Oleh: Ustadz Muhammad Iqbal Jalil

Demikian Artikel "Sikap Optimis Para Sahabat Nabi dan Ulama Salaf"

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close