Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah Hingga Munculnya Piagam Madinah

STRATEGI DAKWAH RASULULLAH DI MADINAH HINGGA MUNCULNYA PIAGAM MADINAH

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Pada zaman dahulu, tepatnya pada abad ke-7 Masehi, terjadi peristiwa yang sangat penting dalam sejarah Islam. Peristiwa tersebut adalah hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Hijrah ini bukanlah sekadar perpindahan fisik beliau dari satu tempat ke tempat lain, melainkan sebuah perubahan besar yang membawa konsekuensi luar biasa bagi perkembangan agama Islam.

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang hijrahnya Nabi Muhammad, mari kita mengenal sedikit latar belakang kondisi di Mekkah pada saat itu. Mekkah merupakan kota suci bagi umat Muslim, tempat berdirinya Ka'bah yang menjadi pusat ibadah bagi umat Islam di seluruh dunia. Namun, pada masa itu, Mekkah dikuasai oleh orang-orang musyrik Quraisy yang tidak menyukai ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad, sebagai utusan Allah SWT, mengajarkan ajaran tauhid kepada umat manusia. Beliau menyebarkan pesan-pesan Islam yang mengajarkan keadilan, kasih sayang, dan persaudaraan sesama manusia. Namun, pesan-pesan tersebut tidak diterima dengan baik oleh orang-orang Quraisy yang terlanjur tenggelam dalam keyakinan mereka terhadap berhala dan tradisi-tradisi jahiliyah.

Ketika situasi semakin memanas dan ancaman terhadap keamanan Nabi Muhammad semakin nyata, maka Allah SWT memberikan petunjuk dan perintah kepada beliau untuk hijrah ke Madinah. Hijrah ini bukanlah sebuah tindakan yang dilakukan dengan mudah, melainkan sebuah perjalanan berliku yang penuh tantangan.

Baca juga: Mengenal Kerajaan Arab Saudi Kuno: Pendiri dan Sejarahnya

Pada tanggal 27 Rabiul Awal tahun ke-13 kenabian (sekitar bulan September 622 Masehi), Nabi Muhammad bersama sahabat-sahabatnya yang setia meninggalkan Mekkah menuju Madinah. Mereka melakukan perjalanan malam hari, agar tidak terdeteksi oleh musuh-musuh mereka yang ingin menghalangi hijrah tersebut.

Perjalanan hijrah ini sangat berisiko, karena di Mekkah terdapat orang-orang Quraisy yang memburu Nabi Muhammad dan para pengikutnya. Namun, Allah SWT melindungi mereka dengan memberikan petunjuk dan perlindungan-Nya. Salah satu contoh perlindungan Allah adalah ketika Nabi Muhammad bersembunyi di Gua Thur, sedangkan musuh-musuhnya hanya berjarak beberapa meter dari tempat persembunyian beliau. Namun, mereka tidak melihat beliau karena Allah SWT menutupi pandangan mereka.

$ads={1}

Setelah melewati berbagai rintangan dan tantangan, Nabi Muhammad dan para pengikutnya akhirnya tiba di Madinah. Kedatangan beliau di Madinah disambut dengan sukacita dan antusiasme yang luar biasa oleh penduduk setempat. Masyarakat Madinah sangat terkesan dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, sehingga mereka dengan senang hati membuka pintu-pintu rumah mereka untuk menerima beliau dan para sahabat.

Kedatangan Nabi Muhammad di Madinah menjadi titik balik dalam sejarah Islam. Kota ini menjadi markas baru bagi umat Muslim, tempat di mana ajaran Islam dapat berkembang dengan bebas tanpa adanya ancaman dari orang-orang musyrik. Nabi Muhammad juga membangun masjid pertama di Madinah, yang dikenal sebagai Masjid Nabawi, tempat beribadah yang menjadi pusat kegiatan umat Islam di Madinah.

Selain itu, hijrahnya Nabi Muhammad juga membawa konsekuensi politik yang signifikan. Beliau menjadi pemimpin politik di Madinah dan membentuk konstitusi Madinah yang mengatur hubungan antara umat Muslim dan non-Muslim dalam bentuk negara Islam yang pertama. Konstitusi Madinah ini menjadi dasar bagi perkembangan sistem pemerintahan Islam di masa depan.

Langkah-Langkah Dakwah Nabi Muhammad saw di Madinah

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah dengan membawa langkah-langkah yang kreatif dan pintar. Yuk, kita lihat apa saja langkah-langkahnya!

1. Membuat Masjid Nabawi

Langkah pertama yang dilakukan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam begitu tiba di Madinah adalah mendirikan sebuah masjid. Masjid pertama yang dibangunnya berada di Quba, di atas tanah yang dimiliki oleh dua anak yatim bernama Sahl dan Suhail. Nabi membeli tanah tersebut tidak hanya untuk pembangunan masjid, tetapi juga sebagai tempat tinggal. Masjid ini kemudian dikenal dengan nama Masjid Nabawi.

Masjid yang dibangun ini tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah shalat, tetapi juga sebagai pusat pendidikan dan pengajaran agama, tempat mengadili berbagai perkara yang muncul dalam masyarakat, tempat musyawarah, pertemuan, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, masjid juga berfungsi sebagai pusat kegiatan politik dan pemerintahan pada masa itu.

Dengan adanya masjid ini, umat Islam tidak lagi merasa takut untuk melaksanakan shalat dan kegiatan keagamaan lainnya. Mereka tidak takut lagi dikejar-kejar oleh orang-orang musyrik dan mereka yang tidak menyukai Islam. Sejak saat itu, pelaksanaan shalat telah terorganisir dengan baik dan sempurna. Panggilan untuk melaksanakan shaat atau adzan juga mulai dikumandangkan. Orang pertama yang mengumandangkan azan adalah Bilal bin Rabah. Dia dipercaya karena memiliki suara yang sangat bagus dan merdu.

Baca juga: Manhaj Para Penguasa Kota Suci Mekkah

Seiring berjalannya waktu, masjid Madinah semakin ramai karena terus didatangi oleh para jamaah yang ingin melaksanakan shalat berjamaah bersama Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Kehadiran masjid ini tidak hanya menjadi tonggak berdirinya masyarakat Islam, tetapi juga titik awal pembangunan kota. Jalan-jalan di sekitar masjid secara alami tertata rapi, sehingga tempat ini lambat laun menjadi pusat kota, pusat perdagangan, dan pemukiman.

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. sendiri sangat peduli dengan pembangunan sarana jalan dan jembatan. Beliau bersama umat Islam lainnya membangun jembatan-jembatan yang menghubungkan lembah-lembah di Madinah, sehingga masyarakat setempat dapat berinteraksi dengan masyarakat lainnya.

Berkat pembangunan yang pesat di kota Madinah, orang-orang dari wilayah lain datang ke kota ini untuk tujuan perdagangan dan lain-lain. Hal ini membuat Madinah menjadi kota terbesar di Semenanjung Arab.

Dalam perjalanan sejarah Islam, langkah pertama Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. dalam membangun masjid di Madinah memiliki dampak yang luar biasa. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial, politik, dan pemerintahan. Melalui masjid ini, umat Islam dapat berkumpul, belajar, berdiskusi, dan menjalankan kewajiban keagamaan mereka dengan aman dan tenang.

Masjid Nabawi tetap menjadi simbol penting bagi umat Islam hingga saat ini. Kehadirannya mengingatkan kita akan pentingnya membangun tempat ibadah yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat melaksanakan shalat, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan pendidikan.

2. Menciptakan Persaudaraan Baru

Sejak Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam datang ke Madinah, beliau selalu melakukan hal-hal positif untuk memperbaiki kehidupan umat Muslim di Madinah dan juga masyarakat non-Muslim pada umumnya. Tujuannya yaitu agar tercipta suasana yang aman nan damai.

Salah satu langkah konkret yang dilakukan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menciptakan persaudaraan baru antara kaum Muslim dari Mekkah (kaum Muhajirin) dengan umat Islam di Madinah (kaum Anshar). Hal ini dilakukan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk memperkuat barisan umat Islam di kota Madinah. Caranya adalah dengan mengajak semua orang Muslim supaya saling bersaudara karena Allah. Contohnya, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri bersaudara dengan Ali ibnu Abi Thalib, Hamzah ibnu Abdul Mutholib bersaudara dengan Zaid, Abu Bakar bersaudara dengan Kharijah ibnu Zaid, Umar ibnu Khattab dengan 'Ithbah ibnu Malik al-Khazraji, dan Ja'far ibnu Abi Thalib dengan Mu'adz ibnu Jabal. Terus, Muhajirin lainnya juga dipersaudarain sama Anshar yang lain.

Dengan adanya persaudaraan ini, Rasulullah berhasil menciptakan persaudaraan baru yang didasarkan pada agama, bukan darah. Dalam persaudaraan seperti ini, kaum Anshar menunjukin sikap yang sopan dan ramah kepada saudara-saudara mereka yakni kaum Muhajirin. Mereka juga ikut merasakan penderitaan dan kesedihan yang dialamin saudara-saudara mereka dari Mekkah, dikarenakan mereka datang ke Madinah tanpa membawa harta kekayaan, keluarga, dan lain-lain. Jadi mereka benar-benar dalam kondisi yang susah dan butuh pertolongan.

Baca juga: Kilas Balik, Keadaan Kota Tarim di Tahun 2000-an

Sejak ada persaudaraan antara Muhajirin dengan Anshar, suasana di Madinah makin damai dan aman. Banyak dari kaum Muhajirin yang mulai ngelakuin kegiatan perdagangan dan pertanian. Misalnya, Abdurrahman bin 'Auf jadi pedagang, lalu Abu Bakar, Umar, dan Ali menjadi seorang petani. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam selalu memberitahu umat Islam untuk bekerja keras dalam mencari nafkah yang halal buat hidup mereka di Madinah.

Pada intinya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan banyak hal positif buat memperbaiki kehidupan umat Muslim dan juga masyarakat non-Muslim di Madinah. Beliau menciptakan persaudaraan baru yang didasarkan pada agama, bukan darah. Dan berkat persaudaraan ini, Madinah jadi tempat yang aman dan damai. Banyak orang Muslim yang mulai kerja keras cari nafkah yang halal buat hidup mereka masing-masing.

3. Bikin Perjanjian dengan Masyarakat Yahudi di Madinah

Langkah selanjutnya yang diambil oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah berkumpul dengan para sahabat untuk mengadakan musyawarah guna merumuskan pokok-pokok pemikiran yang akan dijadikan undang-undang. Dalam musyawarah tersebut, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berdiskusi dengan baik kepada kedua kelompok, yaitu Muhajirin dan Anshar, serta juga masyarakat Yahudi yang hidup berdampingan secara damai dengan umat Islam.

Hasil dari musyawarah ini kemudian dirangkum dalam sebuah dokumen yang dikenal sebagai Piagam Madinah. Dokumen ini ditulis pada tahun 623 M atau tahun ke-2 Hijriah. Dalam Piagam Madinah ini terdapat beberapa butir perjanjian yang mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Kaum Muslimin dan kaum Yahudi diizinkan untuk hidup berdampingan secara damai, dengan kebebasan dalam menjalankan ajaran agama masing-masing.

2. Apabila salah satu pihak diserang oleh musuh, maka pihak yang lain wajib membantu dalam melawan musuh tersebut.

3. Kaum Muslimin dan Yahudi saling menolong dalam melaksanakan kewajiban mereka demi kepentingan bersama.

4. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. menjadi pemimpin umum bagi seluruh penduduk Madinah. Jika terjadi perselisihan antara kaum Muslimin dan Yahudi, maka penyelesaiannya akan ditentukan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai pemimpin tertinggi di Madinah.

Dengan adanya kesepakatan untuk menyerahkan perselisihan yang tidak dapat diselesaikan melalui musyawarah kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam., maka dapat dikatakan bahwa masyarakat yang dibangun oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam di Madinah telah menjadi sebuah negara, yaitu Negara Madinah. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam secara aklamasi diangkat sebagai kepala negara dan diberikan otoritas untuk memimpin serta melaksanakan ketatanegaraan yang telah disepakati bersama.

Baca juga: Penyebab Muawiyah Memerangi Sayyidina Ali bin Abi Thalib

Piagam Madinah ini menjadi titik tolak pembentukan negara yang demokratis, karena dalam perjanjian tersebut terdapat poin-poin yang memberikan kebebasan kepada semua penduduk, termasuk mereka yang bukan Muslim, untuk menjalankan agama mereka tanpa gangguan.

Namun, dalam perkembangan selanjutnya, ternyata Piagam Madinah tidak dilaksanakan dengan baik oleh pihak Yahudi. Bahkan, mereka melanggar perundang-undangan yang telah disepakati. Oleh karena itu, Piagam Madinah tidak dapat diterapkan sepenuhnya dan hanya berlaku untuk jangka waktu tertentu saja.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat kesepakatan yang adil dan demokratis dalam Piagam Madinah, namun implementasinya tidak selalu berjalan lancar. Tindakan melanggar perjanjian yang dilakukan oleh pihak Yahudi menunjukkan bahwa masih ada tantangan dalam membangun sebuah negara yang benar-benar demokratis dan adil bagi semua pihak.

Meskipun demikian, Piagam Madinah tetap menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah pembentukan negara Islam. Dokumen ini memberikan inspirasi bagi negara-negara Muslim modern dalam membangun sistem yang inklusif dan menghormati kebebasan beragama bagi seluruh penduduknya.

Dalam konteks sekarang, kita dapat belajar dari pengalaman tersebut untuk terus memperbaiki dan mengembangkan sistem pemerintahan yang lebih baik. Implementasi yang baik dari nilai-nilai demokrasi dan keadilan adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan sejahtera bagi semua warganya, tanpa memandang perbedaan agama atau latar belakang etnis.

Ditulis oleh: Rumah-muslimin

Demikian Artikel "Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah Hingga Munculnya Piagam Madinah"

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close