Syekh Fauzi Konate, Sibawaih Jaman Sekarang

SYEKH FAUZI KONATE, SIBAWAIH JAMAN SEKARANG

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Suatu ketika di sebuah desa di Pantai Gading, seorang ayah membisikkan sesuatu kepada anaknya yang masih berusia sepuluh tahun, “Kamu akan menyelesaikan studimu di Al-Azhar asy-Syarif.”

Anak itu tidak tahu apa yang dibisikkan ayahnya, tidak tahu apa itu Al-Azhar, lalu dengan polos ia bertanya, kemudian dijawab, “bahwa Al-Azhar adalah kiblat ilmu pengetahuan, bahwa buku-kitab yang ada dihadapan kita sekarang, yang kita pelajari di majlis-majlis adalah hasil buah karya mereka.”

Anak itu memang sejak kecil sangat mencintai ilmu, dididik oleh guru-guru yang ikhlas. Sejak kecil ia hafalkan al-Quran, muallaqah sab’ah, maqamat al-Hariri, ia paham betul ilmu itu hanya bisa ditangkap melalui dua pintu: riwayah dan dirayah. Riwayah adalah hafalan dirayah adalah pemahaman. Ilmu itu empat bagian; seperempat didapat ketika duduk di hadapan guru, seperempat ketika mengulang-ulang, seperempat ketika menghafalkan, dan seperempat sisanya ketika mengajarkan.

Di antara kecintaan anak itu terhadap ilmu, ketika ia berkunjung ke dalem gurunya Syaikh Muhammad Traore untuk memberi hadiah, -dan gurunya selalu mendoakan orang yang memberi hadiah- anak itu berkata: “Doakan saya, wahai Syaikh agar bisa seperti Imam Sibawaih, Imamnya ulama Nahwu.” Wajah Syaikh berbinar-binar mendengar keinginan anak itu lalu langsung mendoakan. Ketika selesai berdoa Syaikh dawuh: “Nak, tak ada seorang pun yang belajar dan mulazamah denganku menggilai dan mencintai Nahwu sepertimu, dan orang yang menggilai suatu ilmu maka pasti akan dibukakan pintu. Syaikh Traore adalah ulama besar dan wali Allah yang maqbul doanya.

Namun sayang belum sempat sang Ayah mengantarkan anaknya ke Al-Azhar, ajal lebih dulu menjemputnya. Anak itu melanjutkan wasiat ayahnya belajar di Al-Azhar lalu kemudian memilih Fakultas yang terkenal paling sulit: Lughah Arabiah.

Masa-masa kuliah ia sambung pagi dengan malam, ia ikuti jalan yang ditempuh para ulama. Sebulan sebelum hadir di Kuliah ia sudah hafal Minhajul Wushul lil Baidhawi, kadang ketika ke kuliah ia bawa beberapa syarah yang berbeda, membaca dan memahami isi minhaj. Orang-orang Mesir yang melihat itu nyeletuk, “Hei kamu ini jurusan Lughah ngapain baca-baca ushul Fiqh?” lalu ia jawab, “Keluargaku, yang mengirimku ke al-Azhar tidak tergambar bagi mereka ada orang alim tapi jahil dalam satu bidang ilmu agama, mereka tidak mengenal spesialisasi, mereka akan bertanya kepada si alim permasalahan bahasa Arab, juga permasalahan Fiqh dan Aqidah, maka wajib kita tahu semuanya.”

Sepulang kuliah kamarnya selalu ramai didatangi oleh mahasiswa asing, ia memang sejak umur 16 tahun sudah terbiasa mengajar. Dengan Bahasa Arab yang fasih. Di kamarnya ia khatamkan Ajurrumiah, Qatrun Nada, Maqamat al-Hariri, sebagian Alfiyah dan berbagai macam kitab lain. Menjelang ujian kamarnya juga selalu ramai didatangi thalib dari berbagai jurusan.

$ads={1}

Pernah suatu ketika di kuliah Prof. Dr Mahrashawi yang sekarang jadi rektor Al-Azhar masuk ke kelas membawa teks kitab Sibawaih, lalu menawarkan siapa yang mampu menyarah teks itu, anak itu menjelaskan isi teks dengan lugas, membuat Prof Mahrashawi senang dan kagum. Tidak semua orang bisa memahami kitab yang bergelar Quranun Nawhi itu.

Setelah tamat di Fakultas Lughah, ia bingung hendak fokus mengajar atau fokus melanjutkan S2. Lalu seorang habib yang merupakan muridnya menyampaikan kabar gembira, habib itu bermimpi bertemu Rasulullah dan Rasulullah memberikan dua risalah kepada anak itu.  Dalam mimpinya ia juga melihat anak itu mengajar di Al-Azhar dengan ribuan murid, tapi habib itu menangis.

Anak itu mentakwilkan mimpi itu sebagai perintah Rasul untuk menggabungan dua risalah : mengajar dan tetap melanjutkan S2. Kelak anak itu menjadi satu-satunya mahasiswa asing yang boleh mengajar di Madinah Buust dengan mandat resmi dari Grandsyaikh Al-Azhar. Dan majlisnya di Masjid Al-Azhar memenuhi ruang tengah masjid, dihadiri ribuan thalib. Padahal majlisnya panjang, rata-rata tiga jam. Pernah ketika bulan ramadhan majlis beliau dari jam 9 pagi hingga jam 10 malam. 13 jam dan thalib masih setia mendengarkan.

Habib menangis dalam mimpi itu, karena ketika anak itu mengajar habib sudah pulang mengabdi di kampung halamannya, ia tidak sempat melihat mimpinya terealisasi.

Anak itu adalah Syaikh Fauzi Konate, Sibawaih Zaman Now, orang paling pakar di bidang Bahasa Arab, murid-muridnya dari anak Ma’had hingga marhalah Doktoral tersebar ke penjuru dunia. Menguasai Nahwu dalam dua Madrasah: Madrasah Ibnu Malik dengan banyaknya syawahid dan kedalaman sastra serta Madrasah Ibnul Hajib yang menitik beratkan Bahasa sebagai alat berpikir dan kaidah yang kokoh.

Oleh: Fahmi Ain Fathah

Demikian Artikel " Syekh Fauzi Konate, Sibawaih Jaman Sekarang "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah - 

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close