HALAQAH NAHDLIYAH DI PP. TEBUIRENG JOMBANG SEPAKAT NU KEMBALI KE KHITTAH 1926
Halaqah Nahdliyah Khitthah ini diadakan oleh Dzurriyah/Keturunan Para Pendiri NU, yang dimotori oleh KH. Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) dan KH. Hasib Wahhab (Gus Hasib Tambak Beras) Jombang, dan dihadiri sekitar 50 orang dari tokoh-tokoh NU (Kultural & Struktural).
Dalam acara Halaqah, setiap peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pemikirannya masing, sebagai bahan diskusi.
Adapun hasil kesepakatan bersama yang telah dipublikasikan oleh Juru Bicara (Drs. H. Khoirul Anam) adalah:
1. Organisasi NU kembali kepada ketentuan Khitthah 1926.
2. Organisasi NU tidak berafiliasi kepada Capres mana pun dalam pilpres 2019.
3. Warga NU dipersilahkan untuk memilih Capres sesuai hati nurani masing-masing.
Dalam kesempatan emas itu saya atas nama kawan-kawan Komunitas Garis Lurus, menyampaikan beberapa poin dari hasil bincang-bincang intern, untuk dijadikan bahan diskusi oleh para tokoh NU yang hadir dalam Halaqah, sebagai berikut:
1. Kami merasa prihatin, setelah mencermati, bahwa sudah banyak pengikut aliran/paham/perilaku sesat yang ternyata dilindungi oleh PBNU, seperti kasus Ahok penghina Almaidah-51, saat ia mendapat perlawanan dari umat Islam, ternyata dibela oleh PBNU.
Seperti juga keberadaan aliran sesat Liberalisme yang tumbuh subur di kalangan pengurus NU karena mendapat back-up dari PBNU.
Keberadaan Syiah Indonesia juga mendapat dukungan dari PBNU.
Padahal, di jaman Mbah Hasyim Asy'ari, visi dan misi PBNU adalah memberantas aliran sesat, sedangkan saat ini terkesan menjadi pelindung aliran sesat.
2. Kami mengharap kepada pihak PP. Tebuireng, atau Gerakan NU Khitthah, untuk MENERBITKAN ULANG secara resmi, tulisan Qonun Asasi NU (Arab & terjemahan), serta Risalah Aswaja karya Mbah Hasyim (Arab & terjemahan) untuk menghindari banyaknya upaya pemalsuan yang dilakukan oleh tangan-tangan Liberal, yang mana mereka sengaja dan berambisi ingin membelokkan dari makna yang sesungguhnya, hingga warga NU menjadi jauh dari ajaran asli para pendiri NU.
3. Kami mengajak warga NU agar kembali ke Khitthah Aqidah Aswaja sesuai ajaran para ulama Salaf dan tidak tergiur dengan pemikiran-pemikiran baru yang bertentangan dengan ajaran para pendiri NU, di samping berupaya mengembalikan visi dan misi keorganisasian NU kepada Khitthat 1926.
4. Kami mohon agar para ulama sesepuh NU bersedia menata ulang eksistensi Banom NU, seperti aktifitas Banser yang sering jaga gereja, karena bukan seperti itu Banser dididirikan, termasuk kasus yang terbaru dan menjadi sorotan dunia Islam, ada anggota Banser telah membakar bendera Tauhid, hingga umat Islam marah bahkan warga negara Siriya, Presiden Turky Erdogan, dll ikut mengecam aksi pembakaran tersebut. Namun sayangnya pimpinan Ansor serta beberapa tokoh Struktur NU malah mencari pembenaran atas ulahnya.
Masyarakat awwam pun bertanya-tanya, "Apakah tidak ada sesepuh NU yg berani mengingatkan mereka ?"
5. Kami merasa prihatin terhadap gerakan PKPNU (Pendidikan Kader Pergerakan NU) yang kini dijadikan sebagai alat liberalisasi dan politisasi pemikiran tokoh/kader muda NU).
6. Kami berharap hendaklah NU juga menfasilitasi dan merangkul mayoritas para alumni Timur Tengah (Makkah, Madinah, Yaman, Mesir, Maroko, dll) yang beraqidah dan berpaham masih lurus sesuai ajaran Mbah Hasyim Asy'ari, karena Mbah Hasyim Asy'ari juga alumni Timur Tengah yang beraqidah lurus.
Mereka itu hakikatnya adalah aset NU, namun jika tidak diwadahi oleh pengurus NU secara baik dan benar, maka mereka akan bergerak sendiri-sendiri, sekalipun mereka itu berasal dari keturunan tokoh-tokoh NU.
Wassalam
Tebu Ireng, Rabu 24 Okt 2018.
(LUTHFI BASHORI)
Ini Tiga Keputusan Penting Dzurriyah Pendiri NU tentang Khitthah dan Pilpres 2019
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim