Keajaiban Jenazah Abuya Dimyati Sebelum Di Makamkan

KEAJAIBAN JENAZAH ABUYA DIMYATI CIDAHU SEBELUM DI MAKAMKAN

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Jum'at pagi, tahun 2003, begitu mengetahui Abuya Dimyathi Cidahu wafat, bersama dengan teman, saya langsung meluncur ke tempat jenazah ulama besar itu disemayamkan. Perjalanan terasa cepat dan tidak ada hambatan sepanjang jalan. 

Kami tiba di Pesantren Cidahu. Di sana ribuan pelayat sudah menanti jenazah waliyyullah ini disholatkan. Tampak jenazah sudah dimandikan. Bersama teman, saya bergerak menuju jenazah akan disemayamkan. 

Saya beruntung melihat prosesi itu karena belum pernah sebelumnya bertemu Buya. Kasur sudah disiapkan sebagai tempat jenazah diletakkan. Lalu jenazah pun ditempatkan di situ. Baru saja jenazah diletakkan, tetiba jenazah berguling ke arah lantai. Para santri pun mengangkat kembali ke atas kasur. Lagi-lagi jenazah berguling ke arah lantai. Para santri kembali menempatkannya di atas kasur. Dan tampaknya tidak mau ditempatkan di atas kasur, jenazah buya kembali berguling ke arah lantai. Pemandangan yang ajaib menurut saya. Buya Dimyati seperti memberi isyarat bahwa sudah bukan waktunya lagi merasakan kenikmatan dunia. Nikmat akhirat yang sedang beliau nanti. 

$ads={1}

Melihat kejadian itu, Buya Muhtadi memerintahkan agar kasur diangkat dan sebagai gantinya dihamparkan tikar. Perintah itu dilaksanakan dan jenazah Buya diletakkan di atas tikar. Perintah mengganti kasur itu rupanya yang diinginkan jenazah Buya. Beliau tidak bergeming, diam di atas tikar yang dihamparkan. 

Satu jam saya dan semua pentakziah menunggu, jenazah pun disholatkan. Kurung batang yang dipakai untuk mengusung jenazah Abuya hanya terbuat dari bambu yang dianyam sederhana, jauh dari kesan megah. Ulama yang sangat dihormati Gus Dur dan para kiai ini, tampaknya tidak mau ada simbol-simbol kemewahan duniawi dalam proses pemakamannya. Semua terharu melihat itu. Demikian tampaknya sikap para wali yang tidak mau diiringi oleh nikmat dunia hingga kematiannya. 

Baca Juga: Habib Umar bin Hafidz : Sekilas Mengenai Kehidupan Imam Syafi'i

Awan mendadak mendung, setelah sebelumnya terang disinari matahari. Jenazah Buya pun disholati. Ketika para pelayat sholat, gemuruh terdengar dari awan. Empat takbir ditutup dengan dua salam. Zikir dilantunkan melanjutkan proses sholat jenazah. Sesaat itu pula rintik gerimis halus turun. Jamaah mulai larut dalam kenikmatan dan syahdunya zikir. Sesekali isak tangis terdengar dari jamaah yang kehilangan Abuya. Ketika zikir sampai di kalimat tahlil, rintik gerimis pun makin terasa. Bacaan tahlil makin mengeras ketika gerimis semakin banyak. Tapi anehnya, gerimis pun makin halus ketika kumandang tahlil dibaca pelan. Dan gerimis berhenti ketika doa dipanjatkan. Masya Allah. Alam seperti ikut berzikir mengiringi jenazah Abuya.

$ads={2}

Setelah selesai prosesi menyalati jenazah, tanpa aba-aba, jamaah yang begitu banyak, membentuk barisan berhadap-hadapan. Saya dan teman pun terbawa suasana itu. Rupanya jenazah dibawa ke liang lahat dengan cara diusung secara estafet. Jarak dari masjid ke makam lumayan jauh. Dan orang berjajar dari masjid ke makam.

Ditulis oleh : KH. Abdi Kurnia Djohan

Sumber : Dikutip melalui laman pribadi facebook KH. Abdi Kurnia Djohan

Semoga melalui kisah " Keajaiban Jenazah Abuya Dimyati Sebelum Di Makamkan " menjadikan kita pelajaran, bahwa dunia bukanlah sesuatu yang harus dicari.

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close