Sunnah Memelihara Jenggot Dan Batasan Panjangnya di dalam Islam

SUNNAH MEMELIHARA JENGGOT DAN BATASAN PANJANGNYA DI DALAM ISLAM

RUMAH-MUSLIMIN.COM - كلّما طالت اللحية، تكوسج العقل “Saat jenggot panjang, otak jadi pendek.”

Kutipan “jenggot panjang, otak pendek” itu tertulis dalam salah satu kitab diwan Imam al-Syafii (ada beragam kitab diwan yang mengumpulkan kalimat hikmah Imam al-Syafii). Namun, sumber primer kutipan tersebut adalah al-Wafi bi al-Wafayat (tepatnya di jilid kedua halaman ke-123): kitab-biografi 29 jilid, ditulis lebih dari enam ratus tahun lalu oleh ulama-penulis Sunni bernama Shalahuddin al-Shafadi.

Dari al-Wafi bi al-Wafayat itulah diketahui kata-kata di atas dinisbahkan kepada Imam al-Syafii. Disisipkan di bagian biografi Imam al-Syafii.

Apa maksud pernyataan itu?

Entahlah. Di kitab tersebut tidak ada penjelasan maksud dan konteks yang menyertai kata-kata itu. Kata-kata tersebut berdiri sendiri. Shalahuddin al-Shafadi mengutip begitu saja. Hanya Imam Syafii sendiri yang tahu. Kita hanya bisa menafsirkan.

Sekitar 250 tahun sebelum al-Shafadi, Imam al-Ghazali sudah menukil kutipan serupa di kitab Ihya Ulumiddin di bagian bab “Asrar al-Thaharah”. Tepat di atas pasal “al-Lihyah”(Jenggot).

كلما طالت اللحية تشمر العقل

“Saat jenggot panjang, otak jadi berkurang.”

$ads={1}

Kata-kata yang dikutip Imam al-Ghazali tersebut bermakna sama dengan kata-kata Imam Syafii. Hanya berbeda di satu kata saja.تكوسج dan تشمر. Beda kata, maksudnya sama.

Bagusnya, Imam al-Ghazali mengutip nukilan tersebut dalam konteks. Sedikit-banyak membantu memahami maksud ungkapan tersebut.

Imam al-Ghazali mengutip kata-kata itu untuk konteks “ukuran panjang jenggot” bahwa “ukuran panjang jenggot sebaiknya sedang-sedang saja”, bahwa “jika Anda memelihara jenggot, sebaiknya dirawat”, bahwa “jenggot yang panjangnya keterlaluan bisa merusak penampilan, dan digunjing orang-orang”.

Imam Ghazali mengutip kata-kata Imam al-Nakha’i: “Aku heran kepada orang berakal yang jenggotnya panjang. Kenapa dia tidak memotong jenggotnya; jangan biarkan terlalu panjang, namun juga jangan dipotong terlalu pendek. Sedang-sedang saja dalam segala sesuatu itu bagus.” (Panjang ideal jenggot adalah segenggaman. Atau, yang penting proporsional dengan wajah).

Nah, setelah mengutip perkataan Imam Nakhai itu, Imam Ghazali melanjutkan dengan kutipan itu: “Saat jenggot panjang, otak jadi berkurang.”

Baca Juga :

Mengenai Bacaan Shalat dalam Mazhab Syafi'i

Jadi, apa makna “jenggot panjang, otak berkurang” dalam konteks kutipan Imam al-Ghazali?

Orang yang jenggotnya panjang, apalagi tidak terawat, tidak punya banyak kecerdasan dalam berpenampilan?

Orang yang jenggotnya panjang tidak punya banyak kecerdasan untuk tahu bahwa yang sedang-sedang saja itu lebih baik?

Atau seperti apa?

Atau mungkin, secara filosofis, Anda menafsirkan sendiri kata kata-kata Imam al-Syafii atau kutipan yang dinukil Imam al-Ghazali di atas dengan melepaskannya dari konteks—biar mudah. Misal, jenggot adalah tanda umur. Semakin berumur, jenggot seseorang semakin cepat tumbuh atau semakin lebat. Artinya, semakin berumur, seseorang semestinya bisa lebih bijaksana dan mengedepankan nurani—tanpa meninggalkan rasio.

Atau, “jenggot panjang, otak berkurang” artinya semakin tua, kemampuan otak seseorang semakin turun. Menjadi tua, seseorang bisa jadi pikun. Sesuatu yang alamiah.

Oleh : Kyai Sumarsam, Katib PCNU Lubuklinggau, Sumatera Selatan

Demikian artikel " Sunnah Memelihara Jenggot Dan Batasan Panjangnya di dalam Islam "

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close