Mengenal Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad (Pengarang Ratib Al Haddad)

MENGENAL HABIB ABDULLAH BIN ALWI AL HADDAD (PENGARANG RATIB AL HADDAD)

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Kala baru tiba di Kota Tarim sebagai dosen pinjaman dari Al-Azhar untuk Universitas Al-Ahqaf yang masih dalam tahap perintisannya, Prof. Dr. Ahmad Taha Rayyan melalui mimpinya langsung disambut oleh seorang imam paling terkenal dari Yaman, yaitu Syaikhul Islam Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad (w. 1720 M.).

Meski belum begitu mengenal sosok Al-Habib, guru besar Fikih Maliki itu sangat impressif dengan mimpi itu. Esok harinya, ia tak tahan untuk membagi kebahagiannya pada rekan-rekan pengajar yang merupakan para habaib besar di Hadramaut. 

Mendengar cerita Syaikh Ahmad, mereka bertanya, “Bagaimana ciri-ciri orang yang anda lihat dalam mimpi semalam?”

“Saya melihat matanya yang berbinar dan hijau.” Dalam memorinya visual yang paling ia ingat adalah bentuk mata Al-Habib.

 “Sepertinya yang anda lihat bukan Habib Al-Haddad. Bukankah semua kita mengetahui bahwa Sang Habib memiliki mata yang buta!?” Para habaib di sana yang menguasai penggambaran Sang Habib melalui tulisan-tulisan biografinya sempat menyangkal.

Syaikh Ahmad sempat dibuat menelan ludah. Tetapi seorang ulama yang paling karismatik di sana membenarkan, “Yang ia lihat dari Habib Al-Haddad dalam mimpinya itu adalah gambaran dari ketajaman penglihatan mata batin. Bukankah kita semua juga mengetahui, meskipun mata kepala Sang Habib buta, tetapi mata batinnya terang benderang!?”

Semenjak saat itu Syaikh Ahmad mengidolakan Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad dan banyak mengkaji tentang beliau selama di Yaman, sehingga sepanjang hidupnya, perilaku kehidupannya sangat tertanamkan oleh konsep kezuhudan dan kewara’an yang digaungkan Sang Habib melalui karya-karyanya.

Kisah di atas saya dengarkan dari salah seorang kawan asal Amerika, yang sangat mengidolakan Habib Al-Haddad dengan rutin mengamalkan wirid-wiridnya setiap hari dan menekuni pembacaan seluruh karyanya secara mendalam. Meskipun kisah ini belum sempat saya verifikasi lebih lanjut kevalidannya, tetapi menjadi trigger sejak mendengar cerita itu, saya yang tadinya belum terlalu mengenal Al-Habib mulai terdorong mencari tahu lebih banyak tentang beliau.

MasyaAllah. Memang Al-Habib seorang figur luar biasa yang layak disematkan padanya pembaharu agama Allah (Al-Mujaddid) abad ke-12 Hijriah. Sifat paling menonjol yang selalu disebutkan oleh seluruh biografnya adalah ketajaman mata batinnya. Penyakit cacar yang ia derita di masa balita, membuatnya mengalami kebutaan total. Tetapi berkat kesalihan dan mujahadahnya, Allah gantikan dengan penglihatan yang jauh lebih baik. Beberapa cerita masyhur tentang pembuktian karomah ketajaman mata batinnya banyak dihikayatkan dalam manaqibnya.

$ads={1}

Pengaruh Habib Al-Haddad tersebar luas ke seluruh penjuru dunia hingga hari ini. Baik melalui ketajaman pena, kebijaksanaan ceramah, serta keberhasilan mentarbiyah murid dan dzurriyah, 

Entah apa sir antara beliau dengan Allah, sehingga wirid-wirid susunannya menjadi yang termasyhur di berbagai belahan dunia hingga saat ini. Al-Wird Al-Lathif yang dibaca setiap pagi hari dan Ratib Al-Haddad yang dibaca pada petang. Kutipan-kutipan hikmahnya seringkali dinukil di berbagai platform dakwah. Semua karyanya menjadi fenomenal dan telah diterjemahkan ke berbagai Bahasa seperti Risālah Al-Mudzākarah, Ithāf Al-Sā’il Bi Ajwibati Al-Masā’il, Al-Nashā’ih Al-Dīniyyah wa Al-Washāya Al-Īmāniyyah, Risālah Al-Mu’āwanah Wa Al-Muzhāharah, Al-Da’wah Al-Tāmmah Wa Al-Tadzkirah Al-Nāfi’ah, Al-Fushūl Al-Ilmiyyah Wa Al-Ushūl Al-Hikamiyyah, dan masih banyak lagi.

Ada yang mengatakan itu berkah dari keteguhannya memegang sunnah dan mengamalkannya, sebagaimana dalam tahadduts bin ni’mahnya, “Tiada satupun sunnah daripada sunnah-sunnah Rasulullah, melaikan aku harap telah aku lakukan semuanya.”

Dari biografinya juga, kita mengetahui, di balik produkfitas karyanya melahirkan kitab-kitab fenomenal beliau seorang Abid (penekun ibadah), yang sedikit sekali interaksinya bersama makhluk. Lalu bagaimana beliau berkarya?

Beliau punya juru tulis setia yang merupakan seorang alim asal Ahsa, bernama Syaikh Ahmad bin Abdul Karim Al-Syajjar Al-Hisāwi. Konon ia pernah mendengar kehebatan Habib Al-Haddad dari kampung halamannya, tetapi ia sempat meremehkan. Sehingga pada suatu saat ketika berlayar, di tengah laut terjadi badai yang mengombang-ambingkan kapalnya, sehingga ia bernazar jika Allah menyelematkannya akan datang berguru dan mengabdi kepada Al-Habib. Maka jadilah Syaikh Al-Syajjar menjadi salah satu murid terbaiknya.

Baca juga: Biografi, Karomah dan Keistimewaan Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad

Karya-karyanya memiliki ciri khas tersendiri dengan gaya bahasa yang sangat mudah dipahami, tetapi sangat amiiiiq (dalam). Karena sejatinya, dengan kejeniusan yang dianugerahi Tuhan, ia menjelaskan permasalahan-permasalahan rumit menyulapnya menjadi sederhana.  Tidak cukup dibaca dengan akal, tetapi juga dengan hati. Sehingga semakin jernih hati pembacanya, akan semakin menghujam untaian kata-katanya ke ulu jantung. Di antara yang memberikan konsen serius dalam editorial dan penerbitan karya-karyanya, adalah mufti agung Mesir Al-Allāmah Al-Syaikh Hasanain Makhluf.

Dari sekian banyak karyanya, baik yang membicarakan akidah, fikih, tasawuf; seakan semua memiliki qism musytarak (satu titik pertemuan) bagaimana mengajak manusia membuka mata batinnya, untuk memaknai apa makna sejati dari kehidupan yang Allah berikan. Bagi yang menghayati karya-karyanya, bisa jadi akan mengubah 180 derajat paradigmanya dalam memandang kesenangan materil yang membius masyarakat di zaman modern ini.

Meskipun banyak yang mengatakan, konsep pemikirannya yang sama seperti Hujjatul Islam Al-Ghazali telah usang dan sudah tak relevan dengan zaman modern, saya rasa justru di zaman inilah yang lebih mendesak kita membaca kitab-kitab bernuansa serupa, sebagai rem bagi kita yang gila dengan dunia dan menghambakan kesenangan sementara.

Di Yaman kini kita banyak mengetahui para ulama hebat, seperti Habib Umar bin Hafizh, Habib Salim Al-Syatiri, Habib Abu Bakr Al-Adni, Habib Ali Al-Jufri dan lainnya. Saya rasa kecemerlangan mereka tak terlepas dari tarbiyah yang ditanamkan Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad.

Sehingga barangkali tak berlebihan, ketika mereka dipuji, akan mengatakan sebagaimana Syaikhul Islam abad kontemporer Abul Hasan Al-Nadwi setiap kali dipuji kehebatannya selalu mengatakan:

أَنَا حَسَنَةٌ مِنْ حَسَنَاتِ شَيْخِي مُحَمَّد إِنْعَام حَسَن

“Saya hanyalah sebutir kebaikan dari lautan kebaikan yang dimiliki guru saya Syaikh In’am Hasan.”

Bahwa beliau-beliau hanyalah satu butiran kebaikan dari lautan kebaikan Al-Habib Abdullah Al-Haddad.

Di akhir 2022 kemarin, banyak yang memflash-back apa yang 2022 lakukan kepada kita. Tahun yang berat, tetapi tak sedikit yang menjadikannya sebagai tahun hebat. Sayapun Ketika merasakan banyak kebaikan di tahun 2022 kemarin, terbesit ungkapan Syaikh Abul Hasan Al-Nadwi di atas. Bahwa kebaikan demi kebaikan yang kita dapatkan ini adalah berkat benih-benih kebaikan yang ditanam oleh para pendahulu kita, orang tua, guru dan para assabiqun sehingga kita yang beruntung memetik panenannya.

Semoga tahun 2023 pun demikian, menjadi tahun yang penuh kebaikan dan keberkahan. Dan setiap kebaikan itu kita selalui maknai berkat jasa para salaf salih.

Oleh: Zeyn Ruslan

Demikian Artikel " Mengenal Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad (Pengarang Ratib Al Haddad) "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close