Ta'ridh (Ma'aridh) Para Alim Ulama

TA'RIDH (MA'ARIDH) PARA ALIM ULAMA

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Imam Syafi’i satu hari ditangkap dan dihadapkan ke hadapan Khalifah Harun Ar Rasyid. Dengan tegar dan ekspresi tanpa takut, Imam Syafi’i meski kedua kakinya dirantai, mendahului mengucapkan salam, ”Assalamu 'alaikum wa barokatuh”. 

Harun Al Rasyid pun mau gak mau harus menjawab salam itu, namun secara tidak sadar menjawab dengan jawaban sempurna, “Wa ’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.”

Kata Imam Syafi’i kepada sang Raja, “Anda telah mengganti ketakutan saya dengan keamanan setelah anda menjawab salam saya dengan kalimat 'wa rahmatullahi'. Berarti anda telah mendoakan rahmat Tuhan tersebut kepada saya”.

Di sini beliau menciptakan rasa aman, akrab dan suasana cair lewat ta'ridh. Walaupun situasi sebenernya menegangkan.

Di zaman Khalifah Al Mansur yang Mu'tazilah, Imam Syafi'i dihadapkan ke hadapan Khalifah lagi. Kali ini Imam Syafi'i ditanya tentang kemakhlukkan Al Qur'an. Kalo bilang 'Al Qur'an itu makhluk', Imam Syafi'i lolos. Kalo bilang 'Al Qur'an itu Kalam', maka masuk penjara.

Imam Syafi'i yang jago berdialektika, beliau menjawab dengan menghitung jarinya satu-satu di hadapan Khalifah, "Lihat ini, Taurat, Zabur, Injil, Al Qur'an!"

Imam Syafi'i lantas menggerak-gerakkan kelima jarinya di hadapan Khalifah, "Lihat ini, ini semua makhluk!"

Selamatlah Imam Syafi'i. Setelah keluar, Imam Syafi'i ditanya sahabatnya, "Kenapa anda mengatakan Al Qur'an itu makhluk?"

Imam Syafi'i menjawab, "Saya tidak berkata Al Qur'an makhluk. Saya tadi menunjukkan jemari saya dan bermaksud mengatakan bahwa jari-jari saya ini makhluk,"

$ads={1}

Itu satu seni berdialog berbalut ta'ridh yang ditunjukkan oleh Imam Syafi’i. Ini dilakukan beliau agar diri beliau selamat sekaligus menyelamatkan aqidah beliau sendiri.

Imam Asy Sya'bi saat ada penguasa yang mencarinya, menulis satu kata yang menunjukkan satu daerah. Lalu diberikan pada pembantunya.

Pada si pembantu, Imam Asy Sya'bi berpesan, "Kalo ada yang mencariku, gak usah bicara apa-apa, cukup arahkan saja jarimu ke kertas ini, dengan maksud di hati : Beliau tidak ada di sini".

Di sini Imam Asy Sya'bi juga melakukan ta'ridh. Sehingga terhindar dari penguasa sekaligus lolos dari dakwaan sebagai pembohong.

Atau simak kisah Mbah Chudlori Tegalrejo yang lebih memilih membeli gamelan dulu daripada membangun masjid. Karena beliau memilih mendahulukan orang yang labil keimanannya. 

Juga ketika Mbah Mus menyebut bahwa jum'atan di jalan raya itu bid'ah. Beliau tidak menyebut halal atau haram. 

Semua gaya bicara semacam itu disebut “ta’ridh”. Kita tidak memungkiri bahwa kita ingin keselamatan yang sempurna. Namun ketika dalam situasi sesempit apapun, kita gak boleh berbohong dan jadi penipu. Juga tidak serta merta meninggalkan hal yang belum sempurna.

Maka jangan heran, para ulama Nusantara selalu menerapkan langkah zig-zag dan terkesan oportunis saat menghadapi masalah. Ketika keadaan terlalu kiri, mereka menjadi kanan, ketika keadaan terlalu kanan, mereka menjadi kiri. Ketika keadaan terlalu tertutup, mereka terbuka, namun ketika keadaan terbuka, mereka menutup. Dan mereka tidak pernah menceburkan diri ke dalam situasi yang akan menjebaknya di masa depan.

Tujuannya, para ulama tersebut ingin mencari keselamatan. Daripada melakukan kebaikan yang terburu-buru namun berakibat buruk. Sehingga mereka tetap berjalan sesuai koridor. Namun bila ada kesempatan berbuat kebaikan sekecil apapun, gak pernah disia-siakan.

Ngomong-ngomong ta'ridh, jadi ingat cerita seorang Kyai bertamu kepada salah satu keturunan Kyai terkenal. Sesampainya di tempat tujuan, beliau terkejut karena ternyata Gus sang shohibul bayt merokok.

Dengan nada agak keras beliau menasehati, "Kamu tahu tidak, kakekmu dulu seorang Kyai besar dan tidak merokok dan benci dengan yang namanya rokok. Beliau sering kali memborong tembakau untuk kemudian beliau bakar".

Si tuan rumah menimpalinya dengan enteng, "La iya jelas to Yi, wong kakek saya orang kaya, jadi bisa kayak gitu. Kalo saya apa, wong bisanya beli dikit-dikit jadinya ya saya bakar dikit-dikit,"

"Oooo ncene bocah edan", celetuk sang tamu.

Mugi manfaat.

Oleh: Fahmi Ali N H

Demikian Artikel " Ta'ridh (Ma'aridh) Para Alim Ulama "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close