Adzan dan Iqomah: Niat Muadzin, Tajwid dan Syarat-syaratnya

ADZAN DAN IQOMAH: NIAT MADZIN, TAJWID DAN SYARAT-SYARATNYA

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Seyogyanya orang yang adzan berusaha berniat untuk mencari keridho'an Alloh Subhanahu wa Ta'ala, untuk memperoleh surga, untuk berdakwah, karena sebagaimana disebutkan dalam do'a setelah adzan bahwa adzan adalah da'watut tammah (da'wah yang sempurna), atau niat-niat terpuji lainnya.

Janganlah seorang melakukan adzan dengan niat yang buruk, seperti agar ia dipuji, memamerkan suaranya yang bagus, agar disebut orang yang rajin ibadah atau adzan agar mendapat bayaran. Bukannya seorang yang adzan haram menerima bayaran, akan tetapi yang menjadi masalah bilamana bayaran itu dijadikan tujuan. Karena tidak sepatutnya suatu ibadah digunakan untuk mencari materi keduniawian.

Jadi, sebagaimana dalam ibadah-ibadah lainnya, dalam adzan juga perlu adanya keikhlasan niat. Diantara dasarnya adalah sabda Baginda Nabi Muhammad Shollallohu 'alaihi wa Sallam:

مَنْ أَذَّنَ سَبْعَ سِنِيْنَ مُحْتَسِبًا كُتِبَ لَهُ بَرَائَةٌ مِنَ النَّارِ

Artinya: "Barang siapa melakukan adzan selama tujuh tahun dengan tujuan mencari pahala dari Alloh, maka dia tercatat terbebas dari neraka." (HR. Tirmidzi, Fadhoilul A'mal, juz:1 hal: 6)

Baca juga: Penjelasan Adzan Jumat Tiga Kali di Dalam Hadis

TAJWID DALAM ADZAN DAN IQOMAH

Panjenenganipun Allohu yarham Kyai Maftuh Bastul Birri, Pengasuh Pondok Pesantren Murottilil Qur'an Lirboyo menjelaskan masalah tajwid dalam adzan dan iqomah ini sebagaimana disadur dibawah ini:

Adzan dan iqomah adalah termasuk bacaan yang menjadi syi'ar agama. Maka juga harus betul dan bagus bacaannya tidak boleh sembarangan.

- Pertama kali bacaan الله اكبر ro'nya اكبرُْ yang pertama terbaca mati atau dhommah diwasholkan dengan اَللّٰهْ menjadi اَلله أكبرُ اللّٰه أكبر Bacaan yang jelek dan sering salah dan harus dijauhi adalah jangan sampai terbaca "ra"

. الله اكبَرَ اللّٰه. 

kalau terbaca fathah mestinya "ro" tidak "ra" maka kelihatan serampangan saja, perlu diperhatikan.

1. Panjangnya اَللّٰهْ satu alif/2 harokat tidak boleh kurang atau lebih panjang.

2. Seperti Alloh yang pertama hamzah fathah sering terbaca kurang terang dan kurang panjang. Kemudian Alloh yang kedua diulur terlalu panjang ini tidak boleh, harus diluruskan.

$ads={1}

3. Lafadz Alloh yang bisa dipanjangkan kalau takbirotul ihrom, takbir intiqol dan ketika diwaqofkan, tetapi tidak boleh terlalu panjang sehingga melebihi 5 alif atau 10 harokat mujma' alaih, atau ada qoul yang memperbolehkan sampai 7 alif / 14 harokat.

4. Lafadz أَشْهَدُ أَنْ لَّآ إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهْ، لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهْ

 لآ, أن لآ

dipanjangkan kadar 2 1/2 alif atau 5 harokat. Jangan terbalik لا yang pertama kurang panjang kemudian إله ini malah dipanjangkan.

5. Kemudian mengenai kalimah-kalimah adzan yang belakang :

إلا اللّٰهْ، رسول اللّٰهْ،  الصلاةْ، الفلاحْ

Ini semua panjangnya maksimal hanya sampai 7 alif/ 14 harokat. Jadi kira-kira panjangnya hanya dua kali lipat lebih sedikit dibanding dengan

 panjangnya ولا الضَّآلين Renungkanlah!  

Tidak seperti kebanyakan orang adzan terlalu panjang menuruti nafsunya dan mengepolkan nafasnya tidak pantas kalau tidak panjang begitu, ini menjadi bid'ah yang sangat jelek dan harus dicegah, lebih-lebih kalau menjadi selalu diikuti, ditirukan dan dianggap betul.

6. Kemudian mengenai iqomah panjang-panjangnya sama seperti adzan hanya lebih cepat. Tapi cepatnya hendaknya tidak terlalu sehingga tidak kelihatan ketentuan bacaannya dan panjang pendeknya.

7. Pada أشهد أن لآ dan لآ إلٰه الا الله

diperlihatkan panjangnya لآ. 

8. Dan pada setiap akhir kalimah tetap dibaca mati semua :

إلا اللّهْ ، رسول اللهْ ، الصلاةْ ، الفلاحْ ، قَدْ قَامَتِ الصلاةْ قَد قامت الصلاةْ

tidak hidup :

حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحْ . قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ قَدْ قَامَتِ الصٍّلَاةْ

walaupun dibaca terusan/tidak bernafas, karena kalimah-kalimah adzan itu terbangun sendiri-sendiri.

9 Lafadz أَشْهَدُ أَنَّ tidak memakai wawu. 

- Dan هاء dan حاء nya harus dibedakan.(Kitab Persiapan Membaca Al-Qur'an, hal: 10-11)

Baca juga: Adzan: Sejarah, Pengertian, Keutamaan dan Hukumnya

8. SYARAT-SYARAT ADZAN DAN IQOMAH

Syarat-syarat adzan dan iqomah ada 7, yaitu:

1. Islam.

2. Tamyiz.

3. Laki-laki

Syarat ini untuk adzan, adapun iqomah tidak disyaratkan laki-laki, bahkan perempuan juga di sunahkan iqomah.

4. Tartib.

Sebagaimana urutan yang sudah di ketahui, dasarnya adalah itba', mengikuti Baginda Nabi Muhammad Shollallohu 'alaihi wa Sallam.

Seumpama seorang muadzin terlewat salah satu lafadznya, maka ia segera kembali dengan mengucapkan lafadz yang terlewat tadi kemudian melanjutkan dengan urutan lafadz-lafadz Setelah lafadz yang terlewat tadi.

5. Terus menerus atau sambung menyambung di antara lafadz-lafadznya.

Diperbolehkan di sela-selai oleh ucapan yang sedikit atau diam sebentar.

6. Diucapkan dengan suara nyaring apabila ia adzan atau iqomah untuk orang banyak. Adapun bila adzan dan iqomahnya untuk dirinya sendiri maka cukup dengan suara yang pelan dengan ukuran dia sendiri sudah bisa mendengarkannya.

7. Sudah masuk waktu. Apabila adzan sebelum waktunya maka tidak diperbolehkan dan tidak syah. Kecuali adzan pertama subuh. Untuk adzan pertama subuh diperbolehkan semenjak tengah malam. (I'anatut Tholibin juz: 1 hal: 272-273)

Sumber: Penerbit Salam Batokan

Demikian Artikel " Adzan dan Iqomah: Niat Muadzin, Tajwid dan Syarat-syaratnya "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close