Memahami Maksud Ibnul Mubarak: Allah di Atas Arsy Dengan Sebuah Had (batas)

MEMAHAMI MAKSUD IBNUL MUBARAK: ALLAH DI ATAS ARSY DENGAN SEBUAH HAD (BATAS)

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Ada sebuah perkataan dari Ibnul Mubarok sebagaimana dijelaskan didalam kitab berikut ini: 

مجموعة الرسائل والمسائل لابن تيمية - رشيد رضا 1/ 209:

وقال علي بن الحسن بن شقيق: قلت لعبد الله بن المبارك بماذا نعرف ربنا؟ قال: بأنه فوق سمواته على عرشه بائن من خلقه. قلت بحد؟ قال: ‌بحد ‌لا ‌يعلمه ‌غيره

“Ali bin Hasan bin Syaqiq berkata: “Aku bertanya kepada Abdullah Ibnul Mubarok: “Bagaimana kita mengetahui Tuhan kita?” Beliau menjawab “Sesungguhnya Allah di atas langitNya, di atas ArsyNya terpisah dari makhlukNya” Aku pun bertanya “Dengan suatu batas?” Beliau menjawab “ بحد لا يعلمه غيره  (DENGAN SEBUAH BATAS YANG TIDAK DIKETAHUI OLEH SELAINNYA)”

Ternyata, jika kita melakukan pencarian di software Maktabah Syamilah dengan kata kunci ‌بحد ‌لا ‌يعلمه ‌غيره , maka kita akan menemukan teks tersebut hanya berada di dua kitab, dan dua-duanya adalah karya dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yaitu: 

1. Majmu’ul Fatawa li Ibni Taimiyah

مجموع الفتاوى 5/ 184:

‌بحد ‌لا ‌يعلمه ‌غيره

2. Majmu’ur Rosail wal Masa’il li Ibni taimiyah

مجموعة الرسائل والمسائل لابن تيمية - رشيد رضا 1/ 209:

‌بحد ‌لا ‌يعلمه ‌غيره

Ya, hanya terdapat di 2 kitab itu! Tidak ditemuka di kitab-kitab yang lain!

Kemudian jika kita mencari dengan kata kunci yang terpisah antara kata بحد dan kata لا ‌يعلمه ‌غيره maka akan muncul di 10 kitab yaitu:

1. بيان تلبيس الجهمية في تأسيس بدعهم الكلامية 2/ 628:

2. مجموع الفتاوى 5/ 184:

3. ‌ المستدرك على مجموع الفتاوى 1/ 67:

4. مجموعة الرسائل والمسائل لابن تيمية - رشيد رضا 1/ 209:

5. ‌ جامع المسائل - ابن تيمية - ط عطاءات العلم 8/ 72:

6. ‌ تنبيه ذوي الألباب السليمة عن والوقوع في الألفاظ المبتدعة الوخيمة ص45:

7. ‌ تنبيه ذوي الألباب السليمة عن والوقوع في الألفاظ المبتدعة الوخيمة ص49:

8. ‌ شرح لمعة الاعتقاد لخالد المصلح 2/ 12 بترقيم الشاملة آليا:

9. ‌ شرح كتاب التوحيد من صحيح البخاري - الغنيمان 1/ 364:

10. ‌ الأربعون العقدية 2/ 1133:

Yup! 5 kitab di antaranya, lagi-lagi adalah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. 5 kitab (sebenarnya 4 karena 6 dan 7 adalah kitab yang sama) sisanya adalah karya ulama Arab Saudi yang hidupnya di jaman kita saat ini.

Baik! Andaipun kita sepakat bahwa Ibnul Mubarok mengatakan itu, maka bagaimana cara memahami perkataan itu?

$ads={1}

Untuk memahami perkataan Ibnul Mubarok yang masih ambigu tersebut, karena tidak jelas apa maksud batas didalam perkataan beliau itu? Maka ada beberapa kemungkinan:

1. Allah memiliki batas maksudnya adalah batas pembeda antara Allah dengan makhluk. Kita semua pasti sepakat bahwa antara Allah dan makhluk itu memiliki batas perbedaan sehingga kita tahu siapa Allah dan siapa makhluk.

2. Allah memiliki batas maksudnya adalah Dzat Allah tidak bercampur dengan makhluk. Oleh sebab itu redaksi بحد (dengan sebuah batas) seringkali disebutkan bersamaan dengan بائن من خلقه (terpisah dari makhlukNya). Maksudnya adalah adanya batas dalam arti adanya pemisah antara Dzat Allah dengan dzat-dzat makhlukNya sehingga tidak tercampur. Dan, maksud pemisah ini bukanlah pemisah dalam arti keterpisahan tempat dan posisi sebab keberadaan Dzat Allah bukanlah seperti keberadaan dzat-dzat makhluk yang memiliki posisi dan tempat keberadaan. Keberadaan Dzat Allah tidak bisa dipahami dalam arti tempat dan posisi keberadaan.

3. Allah memiliki batas maksudnya adalah adanya batas dalam penetapan sifat-sifatNya sehingga tidak boleh memberikan sifat yang tidak pantas bagi Allah. Ada batas-batas didalam penyifatan sehingga tidak bisa sembarangan didalam mensifati Allah.

4. Allah memiliki batas maksudnya adalah adanya batas antara keqadiman dengan makhluk yang mana keduanya tidak akan bercampur. Keqadiman tidak bercampur dengan makhluk. Makhluk tidak bercampur dengan keqadiman. Ini sama seperti pembicaraan kita dalam apa yang kita kenal dengan istilah WAKTU. Didalam keqadiman tidak ada sesuatu yang disebut waktu. Namun kita sepakat bahwa keqadiman memiliki batas keterpisahan dari waktu yang kita alami. Maksud keterpisahan itu bukan dalam arti adanya batasan waktu bagi keqadiman. Meskipun saat ini kita berada didalam status waktu yang sudah tidak qodim, namun keqadiman tetaplah berada didalam status keqadiman. 

Itulah yang dimaksud dengan adanya batas dan keterpisahan.

Baca juga: Ayat Istiwa' Termasuk Ayat Mutasyabihat

5. Adapun batas dalam arti batas ukuran dan ujung, dalam arti bahwa Dzat Allah memiliki ukuran dan ukuran itu memiliki akhir,  maka ini jelas tertolak. Sebab bertentangan dengan sifat Maha Akhir: 

هو الأول والأخر

"Dialah Allah Yang Maha Awal dan Maha Akhir" 

Ulama menafsirkan Al Akhir dengan tafsiran bahwa Allah tidak memiliki akhir. Barangsiapa meyakini bahwa Dzat Allah memiliki batas akhir maka keyakinan ini bertentangan dengan sifat Al Akhir. Barangsiapa meyakini bahwa Dzat Allah memiliki ujung akhir maka orang tersebut akan mudah tergelincir pada keyakinan bahwa sifat-sifat Allah seperti sifat Hayat (hidup), sifat Baqa’ (kekal) dan sebagainya memiliki batas akhir yang suatu saat akan sampai pada akhir dari keberadaannya. Ketahuilah bahwa Dzat Allah tidak ada hubungannya dengan ukuran sebagaimana keberadaan DzatNya tidak ada hubungannya dengan waktu. 

Ukuran dan waktu adalah makhluk. Sedangkan Allah ada sebelum adanya makhluk. Allah tidak berada didalam ukuran dan Allah tidak berada didalam waktu. Dan, tidak ada ukuran dan tidak ada waktu didalam keqadiman. Maka Allah Yang Qodim tidak pernah “tersentuh” oleh ukuran dan waktu. Apapun itu!

- Sebagai penutup marilah kita perhatikan apa yang terdapat didalam kitab Al Jami’ Li ‘Ulumil Imam Ahmad berikut ini:

الجامع لعلوم الإمام أحمد - العقيدة 3/ 395:

قال الخلال: أخبرني عبيد اللَّه بن حنبل، حدثني أبي -حنبل بن إسحاق- قال: قال عمي: نحن نؤمن بأنه تعالى على العرش كيف شاء، وكما شاء، ‌بلا ‌حد، ولا صفة يبلغها واصف، ويحده أحد، فصفات اللَّه له ومنه، وهو كما وصف نفسه؛ لا تدركه الأبصار بحد ‌ولا ‌غاية، وهو يدرك الأبصار، وهو عالم الغيب والشهادة، علام الغيوب، ولا يدركه وصف واصف، وهو كما وصف نفسه، ليس من اللَّه تعالى شيء محدود، ولا يبلغ علم قدرته أحد

“Al Khollal berkata “Ubaidillah bin Hanbal mengabarkan kepadaku “Ayahku yaitu Hanbal bin Ishaq menceritakan kepadaku, dia berkata “Pamanku berkata : Kami beriman bahwa Allah Ta’ala di atas Arsy dalam arti yang Dia Kehendaki, sebagaimana dia Kehendaki بلا حد (DENGAN TANPA BATAS), dengan tanpa sifat yang bisa dicapai oleh orang yang menyifati, dan tidak seorang pun dapat membatasiNya. Sifat-sifat Allah itu milikNya dari dariNya (maksudnya penyebutan sifat itu dari Allah), dan Allah sebagaimana Dia menyifati diriNya. Penglihatan tidak dapat menjangkaunya dengan sebuah batas atau pun ujung akhir. Sedangkan Allah dapat melihat penglihatan-penglihatan. Dia mengetahui hal ghaib dan hal nampak. Dia Maha mengetahui hal-hal ghaib. Penyifatan dari orang yang menyifatiNya tidak akan mampu mencapaiNya. Dia (Allah) sebagaimana yang Dia sifati dirinya. Tidak ada sesuatu pun dari Allah yang MAHDUD (dibatasi).”

- Disebutkan pula didalam kitab Musnad Imam Ahmad:

مسند أحمد 1/ 89 ت أحمد شاكر:

وسمعته يقول: ربنا تبارك وتعالى على العرش ‌بلا ‌حد ولا صفة

“Aku mendengar Abu Abdillah berkata: “Tuhan kita Tabaroka wa Ta’ala di atas Arsy dengan TANPA BATAS DAN TANPA SIFAT (maksud tanpa sifat adalah tanpa kaifiyah)”

Wallahu a’lam.

Oleh: Ustadz Saiful Anwar

Demikian Artikel " Memahami Maksud Ibnul Mubarak: Allah di Atas Arsy Dengan Sebuah Had (batas) "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close