Ramalan Pangeran Cakrabuana Tentang Polemik Nasab dan Penyakit

RAMALAN PANGERAN CAKRABUANA TENTANG POLEMIK NASAB DAN PENYAKIT

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Dalam Naskah Purwaka Caruban Nagari, Naskah Sejarah Wali Syekh Syarif Hidayatullah dan beberapa historiografi lokal yang lain menceritakan, setelah pengembaraan intelektual Sunan Gunung Jati ke beberapa guru antara lain Tajuddin atau sebagian menyebut Najmuruddin al-Kubro di Makkah, Syekh Iskandaria di Mesir, Maulana Ishak di Aceh, dan Datuk Barul di Kudus, Sunan Gunung Jati kemudian menuju tatar Sunda. Dalam Purwaka diceritakan beliau beberapa kali kembali ke Pakungwati. Pertama sekitar tahun 1470 an yang ke dua sekitar 1475 kemudian sekitar 1478 ketika pernikahannya dengan Nyai Ratu Pakungwati binti Cakrabuwana.

Pada saat kembali ke Keraton Pakungwati bersama dengan ibundanya (Rarasantang/Syarifah Mudaim/Nyai Mas Panatagama), Sunan Gunung Jati dan ibunya disambut oleh uwanya, Pangeran Cakrabuwana (Mbah Kuwu Sangkan). Pertemuan yang haru terjadi antara uwa dengan keponakan tercinta dan bersama pula dengan adik kesayangannya, Rarasantang. Saling uluk salam, saling bertanya kabar terjadi diantara mereka, tegas naskah tulisan Kyai Mahmud Rais ini. Naskah ini kemudian menguraikan prihal prediksi Cakrabuwana terkait penyakit dan polemik nasab. Berikut uraiannya : 

(Gambar: Naskah Tulisan Kyai Mahmud terkait Ramalan Cakrabuana Rais. Src: Gus Farihin)

Sampun kisah-kisah pinten-pinten kisah ngantos tigang dalu. Lajeng pinten-pinten wasiat hingga nguningaken "besuk ing akhir jaman bakal pirang-pirang wong kang kena penyakit ora Nana kang bisa nambanisebab penyakite ora kerasa lara, mung wong-wong kang pada ngerasakaken ing larane. Dadi tambane kudu marani dewek (ing awal dewek). Saiki durung ana penyakit kang kaya iku.

$ads={1}

"Uga malih besuk ing akhir jaman, pirang-pirang wong kang pada ngilangaken ing namane pangkat turunan lan ilang wirange, iku kabeh saking sebab pangane kurang becik kurang ngatiati. Perhila Saiki awake aja buru-buru mepungi wong Buda balik becik ziaroha rumiyin ing Suhunan Ampel Surabaya. (Kemudian) siji Malih Syekh Kuro ing Karawang iku dadi ugar (guru) tanah Jawa. Sebab ratu Budha iku ana loro. Siji Pajajaran Siliwangi siji maning Majapahit"

Demikian prediksi Pangeran Cakrabuwana bin Prabu Siliwangi bin Dewa Niskala bin Niskala Wastukancana prihal penyakit yang tidak ada obatnya kecuali imun kita sendiri dan banyak orang menghilangkan/menafikkan nasab/keturunan orang lain dan gak punya malu. Itu semua karena makanan yang mereka konsumsi tidak baik dan tidak hati-hati alias main tabrak saja. Pesan Cakrabuwana juga diantaranya agar Sunan Gunung Jati jangan dulu berdakwah untuk mengislamkan para pendeta bhuda  dan utamakan agar ziarah (berkunjung) ke Sunan Ampel di Surabaya dan berkunjung ke Syekh Quro Karawang. 

Wedia ing Allah, ing Rasulullah Saw lan hing Ingsun, tegas wasiat lan ipat-ipat Sunan Gunung Jati no 17 dalam Sasmita Keraton Kanoman.

Source: Gus Farihin

Demikian Artikel " Ramalan Pangeran Cakrabuana Tentang Polemik Nasab dan Penyakit "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah - 

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close