Pandangan KH Abdi Kurnia Djohan Mengenai Kitab Matan Safinatun Najah

PANDANGAN KH ABDI KURNIA DJOHAN MENGENAI KITAB MATAN SAFINATUN NAJAH

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Kitab Matan Safīnat ul-Najā merupakan kitab fikih pertama yang saya pelajari semasa mondok di Pesantren Buntet Cirebon (1987-1988). Pembacaan kitab ini diampu oleh Ustadz Dadan santri senior yang tinggal di Desa Mertapada Kulon. Dulu kitab ini saya pelajari dengan membaca dan menghapal terjemahan dengan bahasa Jawa. Contoh terjemahan itu adalah arkānul Islam (piro-piro rukun Islam) khomsatun (iku ana lima) dst. 

Sebelum khatam pembacaan Safinah selama kurang lebih 3 bulan, Ustad Dadan tidak menjelaskan pelajaran fikih di dalamnya. Setelah khatam Kitab Safinah dilanjutkan dengan pembacaan Syarah (penjelasannya) yang diberikan oleh Syaikh Nawawi al-Bantani. 

Cukup lama saya mencoba memahami isi Kasyifat ul-Saja karya Syaikh Nawawi al-Bantani tersebut. Sampai akhirnya, saya sampai kepada kesimpulan bahwa Syarah Kasyifat ul-Saja ini lebih dalam pembahasannya dibandingkan syarah-syarah penjelasan yang ada. 

$ads={1}

Secara kebetulan, saya punya 3 syarah lain dari Safinat ul-Naja, yaitu Naylu al-Raja, Ghayatul Muna dan Tanwiru Dzawi l-Hija. Dari 3 syarah itu, Syarah yang disampaikan oleh Syaikh Nawawi agaknya lebih tepat disampaikan kepada pembelajar kelas intermediate (menengah) ketimbang kepada pembelajar pemula, khususnya anak-anak dan remaja. 

Pasalnya, pembahasan yang disampaikan oleh Syaikh Nawawi di dalam banyak fasal, khususnya yang berkaitan dengan rukun Islam dan rukun Iman, lebih dalam dan lebib berat dipahami oleh pembelajar pemula. Ini misalnya, bisa dibaca di dalam pembahasan rukun Iman, khususnya tentang qadha dan qadar. 

Dalam bayangan saya, pembahasan Syaikh Nawawi ini tidak menggunakan pendekatan linier. Sangat terlihat pendekatan sirkuler yang digunakan oleh Syaikh Nawawi di dalam membahas qadha dan qadar. Ditambah lagi, jika tidak ada penguasaan ilmu Nahwu yang cukup, uraian Syaikh Nawawi ini bisa dipahami secara keliru. 

Baca juga: Pesona Al-Azhar di Mata KH. Abdi Kurnia Djohan

Ketika menjelaskan qadha dan qadar, Syaikh Nawawi menampilkan perbedaan pendapat di antara Mazhab Asy'ariyyah dan Mazhab Maturidiyyah, dua mazhab besar di dalam Ahlus Sunnah wal Jamaah. Ditampilkannya ikhtilāf di antara mazhab ini, jika tidak dibekali dengan pengetahuan dasar tentang aqidah dengan baik, akan menjadi kesulitan bagi orang yang mempelajarinya. 

Tanggapan sementara saya, terhadap Syarah Safinah Syaikh Nawawi ini adalah bahwa syarah ini walapun asalnya ditujukan kepada mubtadi'in (pelajar pemula), tapi rasanya hanya cocok dibaca mutawassithin (pembelajar menengah). Atau bisa jadi, jangan-jangan level mubtadi'in zaman dulu setara dengan level mutawāshit zaman sekarang. 

Sehingga, tidak perlu jauh-jauh membaca Kitab Imam al-Asy'ari untuk memahami Aqidah Asy'ariyyah, membaca Kasyifatus Saja bagi orang awam itu sudah luar biasa banget, menurut saya...wallahu a'lamu bis shawab...

Saya menulis begini dalam kapasitas sebagai santri mubtadi'in, bukan sebagai ahli.

Oleh: KH. Abdi Kurnia Djohan

Demikian Artikel " Pandangan KH Abdi Kurnia Djohan Mengenai Kitab Matan Safinatun Najah "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah - 

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close