Wahabi dan Kerajaan Saudi: Sejarah dan Hubungannya

WAHABI DAN ARAB SAUDI: SEJARAH DAN HUBUNGANNYA

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Di Arab Saudi itu Madzhab sebenarnya yang di anut adalah Hanbali (Imam Ahmad bin Hanbal) radhiyallahu 'anhu. Dan mayoritas kalangan Muslim di Arab Saudi adalah Sunni. Orang-orang penganut dan pengikut ajaran Wahabi hanya sedikit sekali, minoritas; sekitar 17% itu pun banyak terfokus di Najd (Riyadh  sekarang). Hanya saja cengkeraman Wahabisme di Arab Saudi itulah yang sangat besar lagi kuat selama berabad-abad memasuki dan menguasai banyak sektor kehidupan terutama dalam pemerintahan, sosial, keagamaan dan pendidikan.

Dahulu, di Arab Saudi banyak sekali Dzuriyyah Nabi Muhammad Rasulullah ï·º  yang tinggal menetap dan mengajar berbagai disiplin ilmu-ilmu agama Islam, terutama di wilayah Hijaz. Sekarang sudah begitu segitu keberadaan dari para Dzuriyyah Nabi ï·º di tanah Hijaz semenjak adanya gelombang gerakan Wahabisme Internasional yang di mulai dari Najd (Timur Madinah). Dulu, Leluhur saya pun juga ada yang pernah tinggal di Hijaz selama 14 tahun, sebelum akhirnya beberapa orang-orang dari pihak keluargaku tersebut ada di bunuh dalam sebuah serangan penaklukan Hijaz dan beberapa orang di antara sisanya dari keluargaku segera keluar pergi meninggalkan Hijaz saat itu untuk menyelamatkan diri dan keluarga (agar tetap berlangsung keturunan) dari Al-Mawardi dan Al-Syami.

$ads={1}

Bagaimana awal mula Arab Saudi kemudian di kenal sebagai negerinya tanduk setan, Wahabi yang telah berabad-abad sangat lamanya berhasil menguasai hingga mereka mendirikan serta membangun kerajaan besar dan kuat, lagi kaya raya di semenanjung (dinasti) Wahabi Al-Saud yang lantas turun temurun atas kekuasaan nya tersebut sampai hari ini?

Berikut sedikit penjelasan nya . . .

Baca juga: Kesaksian Mantan Teroris Pengikut Manhaj Salaf (Wahabi)

Gerakan Wahabisme (Antara Doktrin Agama dan Kekuasaan serta Kepentingan Politik Negara)

Wahabisme adalah seruan keagamaan yang muncul pada akhir abad ke-18, di wilayah Najd di timur laut Jazirah Arab (Riyadh, Arab Saudi). Ini adalah "klaim" seruan keagamaan "Salafi" yang berusaha mengembalikan model negara Islam pertama, dengan berpegang pada makna semu Al-Qur'an dan As-Sunnah, sambil mereka menjauhi dan menyingkirkan Tafsir, dan juga kembali kepada pendekatan para pendahulu yang Shalih, sebagai pendekatan Islam (menurut mereka). Aslinya, yaitu seruan yang di sebut “Wahabisme” mengacu kepada pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahhab, sebagai imam besar dan pemimpinnya

Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Kadzab Fujur, terpengaruh oleh Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnul Qayyim. Ia menyingkirkan empat madzhab dalam ajaran dan doktrinal Wahabismenya

Awal nya mereka mengaku dari orang-orang Hanbali; namun perilaku, ucapan, ajaran dan semua pemahaman mereka justru memperlihatkan kebalikannya dari apa yang ada pada Hanbali.

Baca juga: Dialog Sayyid Alawi al Maliki dan Wahabi: Hujan dan Ka'bah

Muhammad bin Abdul Wahab Bersekutu dengan Muhammad Ibnu al Saud

Pada tahun 1747, Muhammad bin Abdul Wahhab bersekutu dengan Muhammad Ibnu Al-Saud, yang pada gilirannya berjanji untuk membawa panji-panji panggilan Wahabi, dan untuk melindunginya dengan kekerasan, dalam pertumpahan darah jika perlu, dan kemudian Muhammad Ibnu Al-Saud menikahi putri Muhammad bin Abdul Wahhab atas dasar berbagi ruang publik di antara kegugupan dari House of Saud, Tribalisme, dan panggilan keagamaan yang di pimpin oleh Ibnu Abdul Wahhab. Wahabisme mencari kekuatan besar, dukungan serta perlindungan saat itu untuk keberlangsungan dan keberadaan gerakan mereka demi keamanannya dan menyebarkan prinsip-prinsip serta doktrinnya, dan House of Saud membutuhkan payung agama dan hukum yang akan membenarkan serta selalu membela dan mempertahankan aspirasi juga keinginan mereka di Jazirah Arab.

Baca juga: Syekh Ibnu Taimiyah Menghormati dan Mengakui Adanya Wali Majdub

Pernikahan mereka, sama artinya dengan perkawinan dua kekuatan gerakan saat itu di Jazirah Arab, untuk otoritas agama dan dalam kekuasaan negara juga politik

Ibnu Al-Saud mendapat manfaat besar dan keuntungan dari Wahabisme dengan mendapatkan legitimasi, karena ajarannya memberikan pembenaran untuk stabilitas Emirat (negara) yang baru lahir, dan kemudian membenarkan deklarasi "jihad" terhadap orang-orang yang mereka gambarkan sebagai (orang “musyrik”) dan melarang musik, tarian, puisi dan penggunaan sutra, juga perhiasan.

Di sisi lain, para pendukung dan pengikut Wahabisme bertindak ekstrim terhadap orang-orang yang tidak menganut, tidak mau masuk pada prinsip-prinsip mereka, dan menuntut pembunuhan mereka (orang-orang di luar Wahabi), dan untuk alasan ini mereka kemudian melancarkan serangan besar-besaran ke kota-kota di Irak pada tahun 1801, kemudian mereka menuju ke Levant (Suriah) dan mengancam Damaskus serta Aleppo. Menurut pendekatan ini, kaum Salafisme dan Wahabisme kemudian telah mengembalikan ide keagamaan ke orientasi politiknya sejak pertengahan abad ke-18, melalui suatu keadaan identifikasi antara politik dan agama, atas dasar kesetiaan dan kepatuhan atau keberangkatan dan oposisi

Abdul Aziz al Saud Menggantikan Muhammad bin Abdul Wahab dan Penghancuran Kubah Imam Husein dan Pembunuhan Massal

Ketika kematian Muhammad bin Abdul Wahhab,  Abdul Aziz Al-Saud menjadi penerus penguasa mutlak Najd, dan pada saat yang sama ia menjadi Imam Wahabisme Arab, menyatukan politik dan agama otoritas, dan kemudian dia menyerang kota Karbala (Irak)  pada tahun 1802, menghancurkan Kubah Sayyidina Imam Husein radhiyallahu 'anhu dan merampas semua perhiasan dan barang-barang berharga yang ditemukan di dalamnya, dan juga mengeluarkan perintah untuk membunuh semua penduduk Karbala, karena mereka di anggap orang "musyrik". Selama tahun berikutnya, Wahabi melakukan pemberontakan dan menyerang Hijaz hingga berhasil merebut kota suci Mekkah Al-Mukarramah dan juga menghancurkan semua Kubah di dalamnya. Pada tahun 1805, penduduk kota suci Madinah Al-Munawwarah mengambil alih penghancuran kubah atas semua tempat suci mereka, ketika mereka menemukan diri mereka telah di kepung oleh Wahabi, dan dengan demikian negara Saudi muncul dan menyatukan diri di bawah kekuasaan Imam Wahabisme.

Baca juga: Dusta Wahabi Kepada Imam Nawawi Perkara Niat Puasa

Pada tahun 1814, Wahabi telah mengambil alih Semenanjung Arab, dan mempersiapkan diri untuk menyerang Suriah, akan tetapi mereka mengurungkan niatnya, ketika kekuatan "Muhammad Ali Pasha" gubernur Mesir dan Syam, saat itu hadir berdiri melawan mereka. Dengan kendali mereka atas tanah Hijaz, mereka mencegah para peziarah dari Levant, Turki dan Mesir memasuki Tanah Suci, yang meminta Muhammad Ali Pasha untuk keluar dalam kampanye militer untuk mendisiplinkan mereka, karena Muhammad Ali Pasha mampu menghancurkan Wahabi pada tahun 1819, menghancurkan Dir'iyah dan menangkap penguasa "Abdullah bin Al-Saud" yang kemudian dipindahkan ke Istanbul Turki, di mana hukuman mati dilaksanakan di sana, terhadap diri nya

Kampanye militer besar-besaran yang saat itu dilakukan Mesir yang di pimpin oleh Muhammad Ali Pasha terhadap gerakan Wahabisme di Jazirah Arab mengakibatkan penghentian sementara proyek Wahabi, tetapi mereka tak lama kemudian segera melanjutkan perjalanan nya dan di awal tahun 1902  Abdul Aziz Al-Saud mampu menjadi Pangeran Najd bersama anak nya, dengan memperluas pengaruh nya di wilayah timur Al-Ahsa, dan kemudian mengikutinya dengan mendirikan sekitar tiga ratus pemukiman bagi para pendukung nya Wahabi, mewakili kekuatan serangan pasukannya dan di kenal sebagai "Al-Hajar" sebagai markas kecil Wahabisme, dan termasuk para pejuang yang merupakan murid dari "Abdul Karim Al-Mughrabi". Dan kemudian mereka membuat beberapa gerakan penyerangan invasi militer yang berakhir dengan Wahabi berhasil merebut semua kota Mekkah dan Madinah (Hijaz) pada tahun 1924, diumumkan 2 tahun kemudian, bahwa Abdul Aziz Al-Saud  menjadi Raja Hijaz, sedikit demi sedikit kekuatan dan otoritas negara Saudi mulai tumbuh dan menyebar di Arab.

Oleh: Al-MawSyami Nablus Sunniyah

Demikian Artikel " Wahabi dan Kerajaan Saudi: Sejarah dan Hubungannya "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah - 

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close