Shalat Tarawih 4 Rakaat 1 Salam Dari Berbagai Perspektif

SHALAT TARAWIH 4 RAKAAT 1 SALAM DARI BERBAGAI PERSPEKTIF

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Memasuki bulan suci Ramadhan, orang-orang beramai-ramai mempersiapkan diri untuk berfastabiqul khairat (memperbanyak amal ibadah). Salah satu ibadah sunnah yang dikerjakan pada bulan Suci Ramadhan yaitu shalat tarawih berjama'ah.

Di Indonesia sendiri ada berbagai macam mazhab dan perbedaan pendapat terkait pelaksanaan shalat tarawih. Ada yang melaksanakan 11 rakaat dan adapula yang 23 rakaat, masing-masing memiliki dalil yang kuat berdasarkan referensinya masing-masing.

Kendati demikian, tak jarang kita temui disebagian wilayah yang melaksanakan shalat tarawih dengan 4 rakaat 1 salam bukan 2 rakaat 1 salam.

Bagaimana hukumnya melaksanakan tarawih 4 rakaat 1 salam? dan apakah shalat yang dilakukan sah dalam pandangan islam?

Berikut kami berikan jawaban secara komprehensif yang dikutip melalui laman facebook Habib Abdurrahman Bin Farid Al Mutohhar, berikut tulisannya:

Jawaban

Banyak dari kitab-kitab yang mu’tabar yang telah menjelaskan hal ini,

Kesimpulannya adalah shalat tarawih ini bilangan minimal nya 2 raka’at dan bilangan paling banyak adalah 20 raka’at dan wajib dilakukan 2 rakaat satu salam, 2 rakaat satu salam (berarti dalam 20 raka’at terdapat 10x salam)

$ads={1}

Maka jika ada orang yang melakukan shalat tarawih 4 raka’at satu salam, maka diperinci :

1. Jika sengaja dan tahu akan hukumnya, maka shalat tarawihnya tidak sah

2. Jika tidak tahu hukumnya atau tidak sengaja, maka shalatnya jatuhnya menjadi shalat sunnah mutlaq karena dia menyalahi aturan yang disyari’atkan

Catatan penting: Dalam shalat tarawih tidak diperbolehkan seseorang niat secara mutlaq, akan tetapi niatnya adalah dengan niat shalat sunnah tarawih atau shalat qiyam ramadhan.

Yang diniati setiap 2 raka’at 2 raka’at daripada shalat tarawih 

Referensi : 

اعانة الطالبين ١/٣٠٦

ويجب التسليم من كل ركعتين، فلو صلى أربعا منها بتسليمة لم تصح، بخلاف سنة الظهر والعصر والضحى والوتر.

(قوله: ويجب التسليم) الأولى التعبير بفاء التفريع، إذ المقام يقتضيه لأنه مفرع على قوله بعشر تسليمات.

(قوله: فلو صلى أربعا منها) أي أو أكثر.

(وقوله: لم تصح) أي أصلا إن كان عامدا عالما، وإلا صحت له نفلا مطلقا.

فتح الجواد ١/١٦٣

اَلتَّرَاوِيْحُ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً , وَيَجِبُ فِيْهَا أَنْ تَكُوْنَ مَثْنَى بِأَنْ يُسَلِّمَ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ , فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ يَصِحَّ لِشِبْهِهَا بِاْلفَرْضِ فِي طَلَبِ الْجَمَاعَةِ فَلاَ تُغَيَّرُ عَمَّا وَرَدَ بِخِلاَفِ نَحْوِ سُنَّةِ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ عَلَى الْمُعْتَمَدِ .  

نهاية المحتاج ١٢٧/٢

وَلَا تَصِحُّ بِنِيَّةٍ مُطْلَقَةٍ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ بَلْ يَنْوِي رَكْعَتَيْنِ مِنْ التَّرَاوِيحِ أَوْ مِنْ قِيَامِ رَمَضَانَ.

وَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ يَصِحَّ إنْ كَانَ عَامِدًا عَالِمًا، وَإِلَّا صَارَتْ نَفْلًا مُطْلَقًا؛ لِأَنَّهُ خِلَافُ الْمَشْرُوعِ

روضة الطالبين ٣٣٤/١

التَّرَاوِيحُ، عِشْرُونَ رَكْعَةً بِعَشْرِ تَسْلِيمَاتٍ.

قُلْتُ: فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ، لَمْ يَصِحَّ. ذَكَرُهُ الْقَاضِي حُسَيْنٌ فِي (الْفَتَاوَى) لِأَنَّهُ خِلَافُ الْمَشْرُوعِ

بشرى الكريم ٣١٦ 

و (يسلم) في التراويح حتماً (من كل ركعتين)؛ لشبهها بالفرض في طلب الجماعة، فلا تغير عما ورد، فلو أحرم بأكثر من ركعتين عامداً عالماً .. لم تنعقد، وإلا .. انعقدت نفلاً مطلقاً، 

NB : 20 raka’at adalah bilangan paling banyak dalam tarawih

Jika seseorang melakukan shalat tarawih hanya 8 raka’at saja (tidak mengambil bilangan paling banyak 20), maka dia tetap mendapatkan pahala shalat tarawih

Bahkan jika hanya 2 raka’at saja tetap mendapatkan pahala

Referensi :

بشرى الكريم ٣١٦

ولو اقتصر على بعض العشرين .. صح وأثيب عليه ثواب التراويح خلافاً لبعضهم

Pertanyaan-pertanyaan Seputar Shalat Tarawih 4 Rakaat 1 Salam

Dalil Hadis Shalat Tarawih 4 Rakaat 1 Salam

Banyak dikalangan masyarakat melaksanakan shalat tarawih 4 raka'at satu salam dengan dalil hadist sayyidah aisyah dalam shahih bukhori

Redaksinya begini :

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، قَال: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ سَعِيدٍ المَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، كَيْفَ كَانَتْ صَلاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ؟ فَقَالتْ: "مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاثًا" فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ قَال: "يَا عَائِشَةُ، إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي"

Yang artinya \: Salah satu tabi'in abu salamah bin abdurrahman bertanya kepada Sayyidah aisyah akan bagaimana shalatnya nabi muhammad di bulan ramadhan?

Maka beliau menjawab: Rasulullah tidak pernah melakukan shalat malam (sepanjang tahun) pada bulan ramadhan dan bulan-bulan lainnya lebih dari 11 rakaat. Kemudian beliau perinci:

Beliau shalat 4 rakaat dan jangan engkau bertanya tentang bagus dan panjangnya shalat beliau, Kemudian beliau shalat 4 rakaat lagi dan jangan engkau bertanya tentang bagus dan panjangnya shalatnya, Kemudian beliau shalat 3 rakaat lagi,

Kemudian aku bertanya kepada rasulullah: ”Ya Rasulullah apakah kamu tidur sebelum shalat Witir”? Kemudian beliau menjawab: ” wahai Aisyah, meskipun kedua mataku tidur, hatiku tidaklah tidur”

Banyak dari masyarakat yang memahami hadist ini bahwa ini adalah dalil bahwa nabi muhammad melakukan shalat tarawih 4 rakaat satu salam 4 rakaat satu salam kemudian ditutup witir 3 rakaat.

Baca juga: Tarawih Tidak Memiliki Jumlah Batas Rakaat, Ini Pendapat Jumhur Ulama

Maka disini saya akan menjawab sedetail mungkin insya allah dari pemahaman hadits tersebut:

Pertama

Yang bertanya kepada sayyidah aisyah adalah abu salamah, beliau adalah seorang tabi'in, yang artinya beliau sudah sering melakukan shalat tarawih bersama para sahabat dan melihat prosesnya langsung yang dilakukan oleh mereka adalah shalat tarawih dengan 2 rakaat satu salam, bukan 4 rakaat satu salam, karena itu adalah hal yang sudah diketahui oleh beliau dan yang lainnya, maka beliau penasaran akan cara dari shalatnya rasulullah yang belum beliau ketahui, akhirnya beliau bertanya kepada sayyidah aisyah akan bagaimana shalatnya rasulullah 

Kedua

Jawaban dari sayyidah aisyah menunjukkan keumuman bukan kekhususan

Karena: 

- Pertama : beliau disitu mengatakan "tidaklah rasulullah menambah ada di BULAN RAMADAN DAN SELAIN BULAN RAMADHAN melebihi dari 11 rakaat"

Maka tidak bisa kita ambil hukum bahwa ini dalil untuk shalat tarawih, karena tarawih hanya ada di bulan ramadhan, tidak ada di selain bulan ramadhan

- Kedua: ulama’ sepakat bahwa yang dimaksud oleh sayyidah aisyah dalam hadist tersebut adalah shalat witir bukan shalat tarawih dengan alasan diatas

Jadi beliau menjelaskan bahwa rasulullah baik didalam bulan ramadhan ataupun diluar bulan ramadhan shalat witirnya sebanyak 11 rakaat dan tidak pernah lebih.

Lalu mengapa sayyidah aisyah bertanya kepada rasulullah: "apakah kamu tidur sebelum shalat Witir”? Kemudian beliau menjawab: ”wahai Aisyah, meskipun kedua mataku tidur, hatiku tidaklah tidur”

Yang akhirnya banyak dari masyarakat yang memahami dalam pertanyaan beliau bahwa 4 rakaat tersebut adalah tarawih dan 3 rakaatnya adalah witir, dan lagi-lagi ini adalah pemahaman yang salah.

Mengapa salah?

Karena, ulama ahli hadits menjelaskan bahwa rasulullah setelah melakukan shalat witir 4 rakaat pertama kemudian beliau tidur kemudian bangun dan melanjutkan lagi 4 rakaat kemudian tidur lagi, kemudian bangun dan dilanjut dengan 3 rakaat (supaya menjadi ganjil bilangan witir 11 rakaat)

Baca juga: Shalat Tarawih Berjamaah Tanpa Bilal dan Jeda Bagaimana Hukumnya?

Ketiga

Ada hadist lain yang menguatkan bahwa shalat tarawih itu dilakukan 2 rakaat satu salam

Rasulullah bersabda :

صلاة الليل مثنى مثنى 

"Shalat malam itu adalah 2 rakaat 2 rakaat"

Al imam ibnu rajab al hanbali dalam kitabnya fathul bari menjelaskan ma'na dari hadits tersebut, bahwa yang dimaksud adalah salam disetiap 2 rakaat, dan itulah yang ditafsirkan oleh saya abdullah bin umar bin khattab

Al Imam As Syafii mengatakan :

فَكُلُّ كَلَامٍ كَانَ عَامًا ظَاهِرًا فِي سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ فَهُوَ عَلَى ظُهُوْرِهِ وَعُمُوْمِهِ حَتَّى يُعْلَمَ حَدِيْثٌ ثَابِتٌ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ 

Yang artinya: 

“Setiap perkataan Rasulullah dalam hadis yang bersifat umum atau dzahir diberlakukan kepada arti dhahir dan umumnya sampai  diketahui ada hadis lain yang tetap dari Rasulullah”

Maka madzhab al imam as syafi'i berpendapat bahwa shalat tarawih itu wajib dilakukan secara 2 rakaat satu salam dengan dalil tersebut

Baca juga: Tarawih 23 Rakaat adalah Pendapat Jumhur Ulama

Keempat

Al Imam Ash Shan'anii didalam kitabnya Subulussalam syarah bulughul maram menjelaskan hadits dari yang diriwayatkan dari sayyidah aisyah diatas, bahwa disaat beliau mengatakan :

"Rasulullah tidak pernah melakukan shalat malam (sepanjang tahun) pada bulan Ramadhan dan bulan2 lainnya lebih dari 11 rakaat”

Kemudian Sayyidah Aisyah merincikan shalatnya Rasulullah dengan perkataannya:

”Beliau shalat 4 rakaat”

Maka kata imam as shan'ani: Redaksi ini memiliki kemungkinan 4 rakaat tersebut dilakukan sekaligus dengan 1 salam, dan ini adalah ma'na yang dhohir (sesuai konteks), dan juga bisa dipahami 4 rakaat itu dilakukan secara terpisah (2 rakaat- 2 rakaat), akan tetapi pemahaman ini jauh hanya saja bisa sesuai dengan hadist lain: "Shalat malam itu dilakukan dengan 2 rakaat- 2 rakaat".

Baca Juga: Bacaan Bilal Dan Jamaah Serta Niat, Doa Dalam Shalat Tarawih 11 Rakaat Lengkap

Maka dari ucapan imam syafi'i tersebut dan pemahaman dari imam as Shan'anii bisa ditarik kesimpulan bahwa redaksi hadits yang masih bersifat umum atau dhohir, boleh-boleh saja dipahami akan ma'na dzahirnya, tapi dengan catatan selama tidak ada keterangan lain dari hadist Rasulullah,

Tapi bila ditemukan hadits Rasulullah yang menjelaskan redaksi dzahir dan umum dalam satu hadits, maka hadis tersebut tidak boleh lagi dipahami secara dzahir dan umum.

Jika hendak dipertentangkan antara dua hadis diatas: hadis tentang shalat yang dikerjakan 2 rakaat-2 rakaat maka kita dapati hadis tersebut lebih kuat dan lebih banyak diamalkan oleh umat sebab ia merupakan hadis Qowli (perkataan Nabi) bahkan dalam riwayat lain dikatakan juga sebagai hadis Fi’liy (perbuatan Nabi), 

Sedangkan hadis dari sayyidah Aisyah hanya merupakan hadis Fi’liy (perbuatan Nabi), maka ketika terjadi perbedaan antara perkataan Nabi dengan perbuatannya maka yang harus dilakukan umatnya adalah mengamalkan apa yang diperintahkannya (perkataannya), sebabnya adalah lantaran perbuatan Nabi bisa jadi merupakan kekhususan bagi beliau yang tidak berlaku bagi umatnya.

$ads={1}

Ini sedikit dari jawaban hadist tersebut

Adapun tentang hukum shalat tarawih 4 rakaat satu salam secara lintas madzhab adalah sebagai berikut:

1. Madzhab syafi'i: Tidak sah jika sengaja dan tahu akan hukumnya, 

Bila tidak tahu akan hukumnya atau karena lupa maka jatuhnya shalat sunnah mutlaq

Karena wajib salam disetiap 2 rakaat

2. Madzhab Hanafi : Sah namun makruh jika disengaja

3. Madzhab malik: Sah, karena melakukan shalat tarawih 2 rakaat satu salam adalah kesunnahan bukan kewajiban

4. Madzhab Hanbali : tidak kami dapati pembahasan dari madzhab hanbali dalam masalah ini

Namun menurut selain madzhab syafi'i, walaupun sah tarawih yang dilakukan secara 4 rakaat satu salam, tetap paling afdhol menurut mereka adalah dilakukan dengan 2 rakaat satu salam

Referensi :

منار القاري شرح مختصر صحيح البخاري ٢/٣٣٧

معنى الحديث: أن صلاة النبي - صلى الله عليه وسلم - كما تقول عائشة رضي الله عنها: كانت متساوية في سائر شهور السنة، لا تزيد في رمضان ولا غيره على إحدى عشرة ركعة، منها الوتر " يصلّي أربعاً فلا تسأل عن حسنهن وطولهن، ثم يصلّي أربعاً فلا تسأل عن حسنهن وطولهن " فقد بلغن غاية الحسن والكمال في جودة القراءة وطول القيام والركوع والسجود، " ثم يصلّي ثلاثاً " ركعتين شفعاً وركعة وتراً. " فقلت يا رسول الله أتنام قبل أن توتر "، أي: كيف تنام قبل الوتر، لأن أباها كان لا ينام حتى يوتر، كما أفاده الزرقاني، " فقال: يا عائشة إنّ عيني تنامان ولا ينام قلبي "، أي إنما أؤخر الوتر إلى آخر الليل، وأنام قبله، لأنني لا أخشى على نفسي أن أغفل عنه فيفوتني، فإن قلبي لا ينام وإن نامت عيني، كما هو الشأن في سائر الأنبياء ". الحديث: أخرجه الخمسة ولم يخرجه ابن ماجة. والمطابقة: في قولها: " ما كان يزيد في رمضان ولا غيره إلخ ".

فقه الحديث: دل الحديث على أن صلاة النبي - صلى الله عليه وسلم - الليلية كانت متساوية في جميع الليالي لا تزيد عن إحدى عشرة ركعة بالوتر

سبل السلام ٣/٤٤

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً ثُمَّ فَصَّلَتْهَا بِقَوْلِهَا ( يُصَلِّي أَرْبَعًا ) يُحْتَمَلُ أَنَّهَا مُتَّصِلَاتٌ وَهُوَ الظَّاهِرُ وَيُحْتَمَلُ أَنَّهَا مُنْفَصِلَاتٌ وَهُوَ بَعِيدٌ إلَّا أَنَّهُ يُوَافِقُ حَدِيثَ صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى .

فتح الباري لابن رجب ٩٧/٩

وقوله - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: ((صلاة الليل مثنى مثنى)) –يعني: ركعتين ركعتين.

والمراد: انه يسلم في كل ركعتين، وبذلك فسره ابن عمر.

أخرجه مسلم في ((صحيحه)) .

ويدل بمفهومه على أن صلاة النهار ليست كذلك، وأنه يجوز أن تصلى أربعا.

وقد كان ابن عمر –وهو راوي الحديث – يصلي بالنهار أربعا، فدل على أنه عمل بمفهوم ما روى.

الموسوعة الفقهية ٢٧/١٤٥

وَاخْتَلَفُوا فِيمَنْ صَلَّى التَّرَاوِيحَ وَلَمْ يُسَلِّمْ مِنْ كُل رَكْعَتَيْنِ:

فَقَال الْحَنَفِيَّةُ: لَوْ صَلَّى التَّرَاوِيحَ كُلَّهَا بِتَسْلِيمَةٍ وَقَعَدَ فِي كُل رَكْعَتَيْنِ فَالصَّحِيحُ أَنَّهُ تَصِحُّ صَلاَتُهُ عَنِ الْكُل؛ لأَِنَّهُ قَدْ أَتَى بِجَمِيعِ أَرْكَانِ الصَّلاَةِ وَشَرَائِطِهَا؛ لأَِنَّ تَجْدِيدَ التَّحْرِيمَةِ لِكُل رَكْعَتَيْنِ لَيْسَ بِشَرْطٍ عِنْدَهُمْ، لَكِنَّهُ يُكْرَهُ إِنْ تَعَمَّدَ عَلَى الصَّحِيحِ عِنْدَهُمْ؛ لِمُخَالَفَتِهِ الْمُتَوَارَثَ، وَتَصْرِيحُهُمْ بِكَرَاهَةِ الزِّيَادَةِ عَلَى ثَمَانٍ فِي صَلاَةِ مُطْلَقِ التَّطَوُّعِ فَهُنَا أَوْلَى.

وَقَالُوا: إِذَا لَمْ يَقْعُدْ فِي كُل رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمَةً وَاحِدَةً فَإِنَّ صَلاَتَهُ تَفْسُدُ عِنْدَ مُحَمَّدٍ، وَلاَ تَفْسُدُ عِنْدَ أَبِي حَنِيفَةَ وَأَبِي يُوسُفَ، وَالأَْصَحُّ أَنَّهَا تَجُوزُ عَنْ تَسْلِيمَةٍ وَاحِدَةٍ؛ لأَِنَّ السُّنَّةَ أَنْ يَكُونَ الشَّفْعُ الأَْوَّل كَامِلاً، وَكَمَالُهُ بِالْقَعْدَةِ وَلَمْ تُوجَدْ، وَالْكَامِل لاَ يَتَأَدَّى بِالنَّاقِصِ .

وَقَال الْمَالِكِيَّةُ: يُنْدَبُ لِمَنْ صَلَّى التَّرَاوِيحَ التَّسْلِيمُ مِنْ كُل رَكْعَتَيْنِ، وَيُكْرَهُ تَأْخِيرُ التَّسْلِيمِ بَعْدَ كُل أَرْبَعٍ، حَتَّى لَوْ دَخَل عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيمَةٍ وَاحِدَةٍ فَالأَْفْضَل لَهُ السَّلاَمُ بَعْدَ كُل رَكْعَتَيْنِ .

وَقَال الشَّافِعِيَّةُ: لَوْ صَلَّى فِي التَّرَاوِيحِ أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ وَاحِدَةٍ لَمْ يَصِحَّ، فَتَبْطُل إِنْ كَانَ عَامِدًا عَالِمًا، وَإِلاَّ صَارَتْ نَفْلاً مُطْلَقًا، وَذَلِكَ لأَِنَّ التَّرَاوِيحَ أَشْبَهَتِ الْفَرَائِضَ فِي طَلَبِ الْجَمَاعَةِ فَلاَ تُغَيَّرُ عَمَّا وَرَدَ .

وَلَمْ نَجِدْ لِلْحَنَابِلَةِ كَلاَمًا فِي هَذِهِ الْمَسْأَلَةِ.

Oleh: Habib Abdurrahman Bin Farid Al Mutohhar

Demikian Artikel " Shalat Tarawih 4 Rakaat 1 Salam Dari Berbagai Perspektif "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah - 

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close