ALUMNI AL AZHAR TAPI MERENDAHKAN AL AZHAR
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Ada fenomena yang cukup mencengangkan namun bukan hal baru di dunia keilmuan: seseorang yang pernah menimba ilmu di sebuah lembaga, justru kelak dikenal karena mencela lembaga tersebut. Tak jarang, kritiknya bukanlah bentuk cinta dan upaya membangun, melainkan cemoohan yang justru mengikis wibawa lembaga ilmu itu sendiri.
Kisah berikut ini ditulis oleh Dr. Rajab Bayumi dan dibagikan oleh Ustadz Yendri Junaidi di laman facebooknya, Minggu (20/04/25). Beliau menceritakan peristiwa yang terjadi di Mesir, menyangkut seorang alumni Universitas al-Azhar yang justru kerap merendahkan almamaternya sendiri. Tulisan ini memberikan pelajaran besar bagi siapa pun yang pernah menjadi bagian dari institusi ilmu: bahwa adab dalam ilmu jauh lebih tinggi nilainya daripada sekadar gelar akademik atau retorika modern.
Simak kisah lengkapnya berikut ini:
$ads={1}
Ada seseorang belajar di Al-Azhar selama lebih kurang sembilan tahun. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan ke Darul Ulum. Kemudian ia pergi ke Inggris selama tujuh tahun. Sepulang dari Inggris ia telah mengantongi ijazah S3. Ia lalu diangkat sebagai dosen di sebuah Universitas di Mesir.
Dalam setiap kuliahnya, setiap ada kesempatan ia selalu menyerang al-Azhar. Ia menyebut al-Azhar sangat mundur dari segi keilmuan. Buku-buku yang diajarkan jauh dari metode ilmiah modern. Kalau ia ditanya, apakah tidak ada satu buku pun di al-Azhar yang memenuhi standar ilmiah, ia menjawab dengan penuh percaya diri, “Selembarpun tak ada.”
Baca juga: Dukungan Al-Azhar Untuk Wanita yang Mengalami KDRT
Komentar-komentar miringnya tentang Azhar pun tersebar. Bahkan dalam beberapa diktat kuliah yang ia tulis, secara transparan ia menyeru kepada metode baru yang berbeda dengan apa yang sudah dipelajari di berbagai buku di Mesir, khususnya buku-buku Al-Azhar yang ia nilai ‘tak mengenyangkan’ sama sekali.
Pada satu waktu, salah seorang kerabatnya yang kuliah di Fakultas Bahasa Arab Universitas al-Azhar di-DO karena absen terlalu lama tanpa alasan. Kerabatnya ini meminta tolong padanya untuk berbicara dengan Dekan Fakultas Bahasa Arab agar ia tidak di-DO. Waktu itu, yang menjadi Dekan adalah Syekh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, penulis Tuhfah Saniyyah Syarah Ajurrumiyah.
Ia memenuhi permintaan kerabatnya itu. Datanglah ia ke kampus untuk menemui sang Dekan. Tak ada yang tak kenal Syekh Muhyiddin; keilmuannya, wibawanya, dan ketegasannya.
Saat tiba di ruang Dekan, Syekh Muhyiddin memandang tajam kepadanya. Syekh Muhyiddin sudah mendengar bahwa ia mengolok-olok al-Azhar di dalam perkuliahannya dan diktat yang ditulisnya. Syekh Muhyiddin mulai menghisabnya atas komentar-komentarnya tentang al-Azhar selama ini. Karena ia datang untuk meminta bantuan, ia berusaha membela diri. Ia mengatakan bahwa ia juga ‘anak’ al-Azhar, ia sudah baca buku-buku al-Azhar dan menguasai semua isinya.
Mendengar itu Syekh Muhyiddin menjadi emosi. Matanya merah menatap dengan tajam. Dengan suara tinggi ia berkata, “Orang sepertimu tidak akan paham buku-buku al-Azhar. Engkau tidak punya potensi untuk memahami buku-buku itu.” Kemudian Syekh memanggil penjaga (bawwab) dan berkata, “Ambilkan kitab al-Mawaqif karya ‘Adhududdin al-Iji dan Sullam al-Wushul karya al-Isnawi.” Yang pertama tentang ilmu kalam dan yang kedua tentang ushul.
Baca juga: Seni Menyikapi Statement Oleh Syekh Ali Jum'ah
Setelah buku itu dihadirkan, Syekh berkata padanya: “Ini buku-buku al-Azhar. Apakah engkau bisa membaca bab pertama dari kedua kitab ini?” Dengan bingung ia berkata, “Apakah saya diuji?” Syekh Muhyiddin berkata, “Bukankah engkau mengaku telah membaca kitab-kitab al-Azhar? Sekarang saya tantang engkau untuk memahami sedikit saja dari dua kitab yang ada di depanmu. Ayo! Apa engkau mengira kitab-kitab al-Azhar itu hanya tentang sirah dan sejarah saja? Kitab-kitab al-Azhar itu adalah kitab-kitab ilmu Mantiq, Ushul, Falsafah, dan Taujih, dan engkau sama sekali kosong dari semua itu.”
Akhirnya ia keluar dengan perasaan malu bercampur kesal. Misi pun gagal.
***
Jangan tanya siapa alumni Azhar sembilan tahun yang telah dipermalukan oleh Syekh Muhyiddin dalam kisah ini, karena Dr. Rajab Bayumi sendiri juga tidak menyebutkan namanya dalam tulisan itu.
(Sumber: Thara`if wa Musamarat)
Dibagikan oleh: Ustadz Yendri Junaidi
Editor: Hendra, S/Rumah Muslimin
Demikian Artikel " Alumni Al Azhar Tapi Merendahkan Al Azhar "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -