Pengalaman Mahasiswa Diajar oleh Ustadz Adi Hidayat di Kelas

PENGALAMAN MAHASISWA DIAJAR OLEH USTADZ ADI HIDAYAT DI KELAS

RUMAH-MUSLIMIN.COM | TOKOH - Ustadz Adi Hidayat atau yang dikenal UAH merupakan seorang ulama kondang dari organisasi Muhammadiyah. UAH menjadi salah satu sosok ulama yang memiliki IQ dan kecerdasan diatas rata-rata. Hafalan yang dimilikinya menjadi salah satu ciri khas, khususnya nomor halaman dan tata letak kalimat yang diingatnya. Selain itu, UAH menjadi dosen tetap dan mengajar di Sekolah Pascasarjana (SPs) UPI pada program studi (prodi) Linguistik SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Salah satu akun facebook Syarif Husni II membagikan pengalamannya saat diajar oleh UAH dalam kelas perkuliahannya. Berikut tulisannya, 

Mungkin banyak yang bertanya: seperti apa jadi mahasiswanya UAH? Baik, saya akan beri bocoran sedikit. 

Perkuliahan dimulai jam 7 pagi. Jam 6.45 semua harus sudah di dalam ruangan, sebab pintu ruangan ditutup tepat jam 7. Jika telat, walau 1 menit, silahkan tunggu di luar ruangan. Gak ada toleransi. Selama perkuliahan, tidak boleh membuka laptop atau hp, semua harus tulis tangan. 

$ads={1}  

Sebelum perkuliahan dimulai, kami akan ditagih tugas pekan sebelumnya, ditanya satu-satu dan harus menjawab secara lisan tugas yang sudah dikumpulkan. Tugas dikumpulkan harus ditulis tangan, gak boleh diketik. Belum lagi tugas baca pekanan. Total semua bacaan ada 8 buku, tebal-tebal dan dalam Bahasa Inggris semua. Satu pekan satu buku. Bukan hanya sekedar dibaca namun harus dikuasai betul. Sebab nanti di kelas, Tuan Guru akan bertanya satu-satu. Saat kita menjelaskan beliau akan hafal poin itu ada di bab berapa dan halaman berapa. Bayangkan, buku ratusan halaman berbahasa Inggris beliau bisa hafal dan kuasai. Nama dan nomor Induk mahasiswa satu kelas bahkan beliau hafal hanya pada kali pertama bertemu. 

Beliau sangat menekankan pada pentingnya membaca. Kuasai semua referensi yang diberikan. Untuk memudahkan kami mendapatkan buku-buku yang diperlukan, semua mahasiswa yang ikut di kelas beliau dibekali masing-masing Rp 2juta untuk beli buku. Tugas-tugas harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Setiap topik perkuliahan diawali dengan ayat-ayat yang menjadi rujukan pada topik itu. Apa yang harus dilakukan, apa yang harus yang dibaca, apa yang ingin dicapai. Semua dijelaskan dan dijabarkan dengan jelas sebelum masuk pada materi inti.

Bagaimana tampilan mengajar beliau?

Beliau hadir di kampus lebih awal dari mahasiswanya. Beliau memakai jas, kemeja putih, berdasi, menandakan beliau sangat siap dan profesional. Senyum selalu merekah. Ramah. Tutur kata lembut namun tegas, menyejukkan. Keilmuan apalagi, jangan ditanya. Beliau sangat-sangat menguasai dan dalam pada topik materi yang disampaikan. Untuk materi beliau yang kemarin saja (Language and Power/Bahasa dan Kekuasaan), beliau membaca 3 buku Fairclough yang membahas terkait itu. Bukunya jarang dijual di Indonesia, belinya via Amazon, mahal lagi. Satu buku bisa sejuta lebih harganya, karena edisi aslinya. 

O ya, Norman Fairclough adalah salah satu “suhu” dalam bidang Critical Discourse Analysis (Analisis Wacana Kritis), disingkat CDA. Buku-bukunya menjadi semacam “kitab sucinya” anak-anak linguistik dan komunikasi. Dan Tuan Guru membedah sosok dan karya-karya Fairclough dengan sangat detail dan runtun. Masa kecil dan orangtuanya, pendidikannya, karir politiknya (yang gagal), hingga akhirnya beliau menemukan dan memfokuskan dirinya pada bidang analisis wacana kritis. Menurut Tuan Guru, kalau kita membaca karya seseorang, pelajari juga latar belakang penulisnya. 

Perkuliahan tiga jam lebih (07.00-10.20) tak berasa saking betahnya kami diajari beliau. Sebelum kelas berakhir, selalu ada tugas yang harus dikumpulkan H-1 sebelum pertemuan pekan berikutnya. 

Jadi begitulah. Kebayang gak ya?

Bandung, 24 September 2025.

Sumber: Syarif Husni II

Editor: Hendra, S/Rumah-Muslimin

(Rumah Muslimin)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close