Adab Dan Dikabulkannya Doa Oleh KH Abdi Kurnia Djohan

ADAB DAN DIKABULKANNYA DOA OLEH KH ABDI KURNIA DJOHAN

Oleh : KH Abdi Kurnia Djohan

"Ustadz, tolong kasih tahu saya apa doanya supaya anak saya nurut. Syukron." Begitu bunyi teks yang masuk ke WA. Sesaat kemudian, notif berbunyi, pertanda ada pesan masuk. Begitu dibuka, "ustadz, mau minta tips, apa doanya supaya anak saya gampang jodoh?"

Pertanyaan-pertanyaan semisal itu sering dijumpai di berbagai forum pengajian dan tanya jawab secara daring. Tidak ada yang salah dan aneh dari pertanyaan-pertanyaan itu. Kita tahu bahwa sebagian besar masyarakat kita dirundung keawaman di dalam beribadah. Pertanyaan-pertanyaan di atas menunjukkan keawaman itu. Tapi, keingintahuan mereka dalam beribadah itu masih lebih baik daripada yang sama sekali tidak peduli terhadap perkara ibadah. 

Baca Juga :

Filosofi Semar, Gareng, Petruk, Bagong (Punakawan) Dalam Islam

Hanya yang perlu diperhatikan dari pertanyaan-pertanyaan tentang doa-doa di atas, adalah kurangnya wawasan pemahaman masyarakat tentang adab (etika) di dalam menuntut ilmu. Banyak yang tidak memahami bahwa doa dan dikabulkannya doa, ada hubungannya dengan adab. Dalam kaitan ini, kita bisa melihat empat spektrum yang berkaitan dengan ada adab di dalam berdoa. Keempat spektrum itu adalah: 

1. Adab kepada Allah

2. Adab kepada orang tua

3. Adab kepada guru

4. Adab kepada sesama

Secara umum, memang benar anggapan yang mengatakan bahwa Allah/Tuhan mengabulkan doa semua hamba-Nya. Terlebih anggapan itu didasarkan kepada ayat di dalam al-Qur'an: 

(وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِی عَنِّی فَإِنِّی قَرِیبٌۖ أُجِیبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡیَسۡتَجِیبُوا۟ لِی وَلۡیُؤۡمِنُوا۟ بِی لَعَلَّهُمۡ یَرۡشُدُونَ)

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran

[Surat Al-Baqarah 186]

Tapi sayangnya, anggapan yang umum dipahami itu, hanya berhenti di kalimat : 

Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku.

Anggapan itu tidak melibatkan semesta pembahasan tentang makna yang termuat di dalam ayat itu. Kebanyakan orang lupa bahwa ada keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan dikabulnya dan tidak dikabulkannya doa. Dalam konteks terjadi kezaliman terhadap seseorang, Allah pasti mengabulkan doa orang yang dizalimi walaupun orang itu tidak beriman. Rasulullah bersabda: 

واتق دعوة المظلوم فإنه ليس بينها وبين الله حجاب» (متفق عليه).

Takutlah terhadap doa orang yang dizalimi, karena tidak ada penghalang antara dia dengan Allah (muttafaq alaih)

$ads={1}

Baca Juga : 

Tujuh Do'a Penenang Hati Untuk Menghilangkan Stres, Sedih, Dan Gelisah

Dikabulkannya orang yang dizalimi, dikaitkan dengan penegasan Allah: 

وما اللهُ بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيْدِ

Dan Allah tidak mungkin berlaku zalim kepada hamba-hamba-Nya

Sehingga setiap terjadi kezaliman, pasti Allah akan campur tangan untuk menghentikannya. Namun, anggapan bahwa Allah mudah mengabulkan itu tidak dapat diterapkan begitu saja di dalam permintaan-permintaan yang bersifat khusus. 

Permintaan-permintaan yang sifatnya khusus, jika merujuk kepada ayat 186 surat al-Baqarah, menuntut syarat-syarat yang sifatnya khusus. Di dalam ayat itu ada tiga identifikasi syarat khusus yang termuat; 

Pertama, penegasan diri sebagai hamba Allah; 

Kedua, dipenuhinya semua permintaan Allah; dan

Ketiga, percaya dan yakin hanya kepada Allah. 

Syarat menegaskan diri sebagai hamba Allah ini merupakan platform bagi kedua syarat sesudahnya. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita layak mengaku sebagai hamba Allah? Apakah perbedaan di antara hamba Allah dengan makhluk Allah? Mana status yang kita sandang ketika kita berdoa kepada Allah, status sebagai hamba ataukah status sebagai makhluk? 

Ayat 186 di atas sudah memberi pemahaman bahwa ciri dari hamba Allah adalah memenuhi semua perintah Allah dan percaya kepada semua janji-Nya. Sebuah gambaran yang tidak ditemukan kepada makhluk Alllah. Contoh yang paling mudah untuk menjelaskan tentang makhluk Allah adalah Iblis. 

Sampai di situ, ada yang bertanya, " kalau memang Iblis itu bukan hamba Allah, kenapa Allah kabulkan permintaan Iblis agar diperbolehkan untuk menyesatkan manusia dan dipanjangkan umurnya sampai akhir zaman?" Jawaban atas pertanyaan itu adalah sebagai berikut: 

1. Permintaan Iblis dikabulkan setelah Allah mengusirnya dari surga. Ini bisa dibaca di dalam kelompok ayat di bawah ini: 

(قَالَ فَٱهۡبِطۡ مِنۡهَا فَمَا یَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ فِیهَا فَٱخۡرُجۡ إِنَّكَ مِنَ ٱلصَّـٰغِرِینَ)

(Allah) berfirman, “Maka turunlah kamu darinya (surga); karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”

[Surat Al-A'raf 13]

(قَالَ أَنظِرۡنِیۤ إِلَىٰ یَوۡمِ یُبۡعَثُونَ)

(Iblis) menjawab, “Berilah aku penangguhan waktu, sampai hari mereka dibangkitkan.”

[Surat Al-A'raf 14]

(قَالَ إِنَّكَ مِنَ ٱلۡمُنظَرِینَ)

Allah) berfirman, “Benar, kamu termasuk yang diberi penangguhan waktu.”

[Surat Al-A'raf 15]

2. Dikabulkannya permintaan Iblis itu bukan menunjukkan bahwa Iblis adalah hamba Allah. Tapi itu menunjukkan kutukan seakan Allah menegaskan sikap abai-Nya terhadap Iblis. Dan permintaan yang dikabulkan karena kemaksiatan akan melahirkan kemaksiatan yang lebih dahsyat daripada yang sebelumnya. Itu tercermin dari ungkapan Iblis setelah permintaan agar dirinya dipanjangkan umur dikabulkan Allah: 

(قَالَ فَبِمَاۤ أَغۡوَیۡتَنِی لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَ ٰ⁠طَكَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ)

Iblis) menjawab, “Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,

[Surat Al-A'raf 16]

Maka dari itu, al-Habib Alwi bin Abdurrahman Assegaf di dalam salah satu majelisnya, pernah menjelaskan bahwa doa orang yang selalu bermaksiat, selalu diaminkan oleh Iblis. Karena Allah telah memberi kewenangan kepada Iblis untuk menjawab doa orang-orang yang selalu bermaksiat kepada Tuhannya. Sehingga nikmat yang didapat oleh pelaku maksiat, hanya akan membuat mereka semakin tenggelam ke dalam kemaksiatan. 

Termasuk ke dalam spektrum adab kepada Allah, adalah adab kepada orang tua. Ada orang yang minim pemahaman agamanya, tapi karena selalu memperlakukan orang tuanya dengan adab yang baik, doanya selalu dikabulkan oleh Allah. Orang-orang seperti ini masuk ke dalam hadits: 

رِضَى اللهِ فِي رِضَى الوَالدَينِ

Keridhoan Allah berada pada ridho kedua orang tua. 

Spektrum adab yang ketiga, adab kepada guru. Spektrum ini yang bisa dipahami dari ayat di bawah ini: 

(قَالَ سَتَجِدُنِیۤ إِن شَاۤءَ ٱللَّهُ صَابِرࣰا وَلَاۤ أَعۡصِی لَكَ أَمۡرࣰا)

Dia (Musa) berkata, “Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun.”

[Surat Al-Kahfi 69]

Ayat di atas menyiratkan hikmah bahwa di antara keberkahan yang didapat seorang murid adalah dengan tidak menentang gurunya. 

Berkaitan dengan pemahaman ayat itu, berikut kisah ketaatan KH Abdul Muhith Abdul Fattah kepada gurunya, Syaikh Muhammad Yasin al-Fadani. Setelah meraih gelar doktor bidang syariah dari Madinah al-Munawwarah, Kiai Abdul Muhith diperintahkan oleh Syaikh Yasin untuk berkhidmah kepada KH Abdul Hamid Cipete. Perintah sang guru dipatuhi KH Abdul Muhith walaupun Syaikh Yasin wafat. 

Secara materi, KH Abdul Muhit tidak mendapatkan apapun dengan mentaati perintah itu. Tapi, Allah memberikan limpahan keberkahan kepada KH Abdul Muhith.

Jika dikaitkan dengan permintaan tentang doa kepada ustadz, maka yang perlu dipahami dari permintaan itu adalah bahwa pemberian doa dari seorang guru adalah ujian untuk mengukur ketaatan murid. Maka dari itu, ijazah doa tidaklah dapat dianggap sepele. Ijazah doa adalah ujian konsistensi, apakah kita taat atau tidak terhadap nasihat guru. Jika ijazah doa itu diamalkan secara konsisten, maka keberkahan dari ijazah doa itu akan dirasakan oleh orang yang mengamalkannya. 

Semoga Allah menjadikan kita sebagai pribadi yang beradab dan kuat istiqomahnya.

Sumber : Dikutip melalui status facebook KH. Abdi Kurnia Djohan

Baca Juga :

- Makna Rukun Iman dan Rukun Islam di dalam Al-Qur'an

Ciri-ciri Rasulullah SAW yang hadir dalam mimpi Alhabib Munzir Al-Musawa

Pengertian Muslim, Mukmin, Mukhsin, Mukhlis dan Muttaqin

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

  

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close