Benarkah Maulana Abya Ahmad Al-Badr Keturunan Rasulullah SAW?

BENARKAH MAULANA ABYA AHMAD AL-BADR KETURUNAN RASULULLAH SAW?

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Di Indonesia, keturunan Alawiyin membentuk sebuah organisasi yang salah satu tugasnya adalah pencatatan silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW. Organisasi ini bernama Rabithah Alawiyah yang berdiri sejak tahun 1928.

Setiap Alawiyin yang baru lahir dianjurkan untuk didaftarkan ke Lembaga Rabithah Alawiyah. Hal ini dilakukan agar silsilah keturunan Rasulullah terus bersambung dan tidak terputus hingga akhir zaman. Pencatatan ini dilakukan dengan beberapa syarat yaitu: 

1. Menyertakan Saksi
2. Kartu Tanda Penduduk
3. Kartu Keluarga dan
4. Wajib menyebutkan silsilah hingga kakek ke-5

Akhir-akhir ini media sosial digemparkan dengan adanya Tarekat baru yakni Tarekat Khidriyyah Al Muhammadi milik Maulana Abya Ahmad Al-Badr. Maulana Abya mengaku dirinya seorang keturunan Rasulullah SAW dari Syekh Ali Mahmud Al Yamani.

Benarkah Maulana Abya Ahmad Al-Badr Keturunan Rasulullah SAW?

Tim rumah-muslimin.com mencoba menelusuri terkait Silsilah Maulana Abya Ahmad Al-Badr. Menurut data yang kami temukan, bahwa nama Maulana Abya Ahmad Al-Badr berdasarkan KTP adalah Heri. Heri merubah namanya menjadi Maulana Abya Ahmad Al-Badr setelah mengaku diangkat menjadi Al Ghouts pada tahun 2016 silam. hal ini diungkapkan oleh salah satu kawannya yakni Sendy Sentosa.


Selain itu, menurut salah satu teman dekatnya yang tidak mau disebutkan namanya, ia juga mengatakan bahwa nama lengkapnya adalah Heri Mardjuki seperti keterangan yang telah kami muat di Pengakuan Teman Al Ghouts: Meninggalkan Syari'at, Bukan Santri dan Belajar dari Buku

Siapakah Orang Tua Maulana Abya Ahmad Al-Badr?

Kami mendapatkan informasi bahwa kedua orang tua Heri telah meninggal dunia. Salah satu netizen membagikan foto makam kedua orang Tua Abya Ahmad a.k.a Heri. Di batu nisan tertulis bahwa Ayahanda Heri bernama Hamdani Mardjuki dan kakek beliau bernama Mardjuki. Dilihat melalui nama ayah dan kakeknya, beliau bermarga Mardjuki. Kedua nama ini tidak memiliki kaitan dengan marga keturunan Rasulullah SAW. Sedangkan ibunya bernama Hamdah dan kakek dari ibunya yakni Sarbini.


Merujuk pada dua fakta diatas, maka penisbatan Heri yang mengaku sebagai Keturunan Rasulullah SAW adalah tidak benar.
$ads={1}

Siapakah Syekh Ali Mahmud Al Yamani yang dimaksud Heri?

Kami coba menelusuri informasi mengenai makam Syekh Ali Mahmud Al Yamani yang berada di Sunda Kelapa, Jakarta. Menurut beberapa sumber, makam tersebut terbilang keramat. Namun makam ini masih “mastur”, tertutup atau belum populer.

Kami mencoba untuk mencari tahu melalui kolom komentar postingan facebook Gus Tsabit Abi Fadhil. Salah satu mantan pengikut Maulana Abya Ahmad Al-Badr a.k.a Heri menjelaskan bahwa Makam tersebut dibangun sejak 5 tahun yang lalu (red. 2017).

Dirinya pernah berziarah bersama Habib Muhsin Al Athos, Cafe Rumi Jakarta. Ia tidak dizinkan untuk posting makam tersebut oleh kaki tangan pak Heri dengan dalih 'belum boleh orang tau, tunggu tahun 2024 mendatang'.


Muhammad Azmi Sofyan bertanya perihal pencatatan Nasab di Rabithah Alawiyyah. Namun dirinya mengatakan bahwa Rabithah Alawiyyah tidak mengakuinya.


Salah satu pengikut Maulana Abya Ahmad Al-Badr mengatakan bahwa dirinya usai melakukan pertemuan untuk membahas pembangunan Makam Wali Syekh Ali Mahmud Al Yamani pada September tahun 2017 yang lalu. Makam tersebut akan di bangun di daerah Pluit (red. Sunda Kelapa).


Kami mendapatkan salah satu Flyer yang dibuat oleh kelompok Heri Mardjuki. Banyak kejanggalan dan pemalsuan sejarah pada flyer ini. Setidaknya ada 3 hal yang perlu digaris bawahi, yaitu:

1. Murid yang disebutkan tersebut ada yang lintas Generasi.
2. Syaikh Ahmad Zaini dahlan pernah mengaji ke Indonesia, padahal tidak pernah.
3. Syaikhona Kholil Bangkalan pernah berguru kepadanya, padahal tidak ada guru beliau yang bernama Syekh Ali Mahmud Al Yamani


Kami mencoba melihat reviews/ratting dari google maps makam Syekh Ali Mahmud Al Yamani dan mendapati sebuah review mengejukan dari saudara Vendi Nurdiansyah pada 3 tahun yang lalu. Ia mengatakan bahwa warga sekitar yang sudah tinggal berpuluh-puluh tahun tidak tahu bahwa lokasi itu ada makam para Habaib.

Sewaktu kecil dirinya suka bermain di daerah tersebut dan tidak terlihat makam satupun, ia kaget karena di tahun 2000-an ada 'orang luar' yang mengatakan daerah tempat bermainnya adalah makam para Habaib. Sampai saat ini Belum ada Nota kesepahaman antar warga dan Pemerintah.

Kesimpulan

Melalui riset dan pengamatan yang kami lakukan. Kesimpulannya adalah Makam Syekh Ali Mahmud Al Yamani merupakan makam yang baru dibuat dan makam tersebut adalah Fiktif. 

Sedangkan Maulana Abya Ahmad Al-Badr bukanlah Keturunan Rasulullah SAW seperti yang disebutkan oleh Buya Arrazy Hasyim dan pengakuan para pengikutnya.

Kesimpulan ini berdasarkan analisa dan riset temuan kami.

Semoga informasi ini bermanfaat...

Penulis: Hendra, S

Demikian Artikel " Benarkah Maulana Abya Ahmad Al-Badr Keturunan Rasulullah SAW? "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

3 Komentar

  1. Kalau memang di situ ada makam seorang waliyullah yang menjadi gurunya Mbah Kholil Bangkalan, Gus Dur pasti udah lebih dulu ke situ.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali saudaraku.

      Orang akan menipu dengan berbagai cara agar usaha dan jeripayahnya berhasil. oleh sebab itu tidak heran kalau "tipu muslihat" mereka itu mendekati sempurna. Sebab Heri Mardjuki ini pemain lama. itu menurut beberapa sumber yang kami dapatkan. Bahkan nama ruhnya dulu bukan Maulana Abya Al Badr, tapi ada beberapa nama untuk melancarkan aksinya.

      Hapus
  2. ada ketidakjelasan sejarah. yang aku tau, syekh abdussamad al falimbani tidak sezaman dgn mbah hasyim dan mbah kholil. dan juga beliau meninggal sktr tahun 1789, sdgnkan syekh mahmud dtg ke indo tahun 1800an, itu sdh puluhan tahun berlalu stlh beliau wafat. jadi kapan berguru nya ? serta beliau disebut umur 25 sdh menyandang pangkat qutub, jika dilihat dr nama, beliau ini seorang syekh, bukan habib, krna nama belakang nya al-yamani, membawa nama daerah, bukan membawa nama marga sprti alkaff, assegaf, alhabsyi, dll. seorang yg bukan habib, itu gk akan bisa menyandang pangkat quthbiyah dalam wktu yang lama. contohnya sprti abbul abbas almursy, imam an-nawawi, bahkan imam alghazali, mereka cma bsa sebentar, stlh itu meninggal. krna mereka bukan habib.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama
close