Kisah Utaibah bin Abu Lahab Mati Diterkam Singa

KISAH UTAIBAH BIN ABU LAHAB MATI DITERKAM SINGA

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Berbeda dengan saudara laki-lakinya, ‘Utbah dan Mu’attib yang memeluk Islam, ‘Utaibah bin Abi Lahab mati dalam kekafiran. Salah seorang yang begitu getol mengganggu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hingga didoakan celaka oleh beliau karena saking kurang ajar perbuatannya. 

Dalam Dala’il An-Nubuwwah 2/338-339 karya Imam Abu Bakr Al-Baihaqi rahimahullah :

وَفِيمَا أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ قِرَاءَةً عَلَيْهِ، قَالَ: كَانَتْ أُمُّ كُلْثُومٍ يَعْنِي ابْنَةَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي الْجَاهِلِيَّةِ تَحْتَ عُتَيْبَةَ بْنِ أَبِي لَهَبٍ، وَكَانَتْ رُقَيَّةُ تَحْتَ أَخِيهِ: عُتْبَةَ بْنِ أَبِي لَهَبٍ، فَلَمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ عز وجل: تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ، قَالَ أَبُو لَهَبٍ لابْنَيهِ عُتَيْبَةَ، وَعُتْبَةَ: رَأْسِي وَرُءُوسُكُمَا حَرَامٌ إِنْ لَمْ تُطَلِّقَا ابْنَتَيْ مُحَمَّدٍ، وَسَأَلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عُتْبَةَ طَلاقَ رُقَيَّةَ، وَسَأَلَتْهُ رُقَيَّةُ ذَلِكَ، وَقَالَتْ لَهُ أُمُّ كُلْثُومِ بِنْتُ حَرْبِ بْنِ أُمَيَّةَ وَهِيَ حَمَّالَةُ الْحَطَبِ: طَلِّقْهَا يَا بُنَيَّ فَإِنَّهَا قَدْ صَبَتْ فَطَلَّقَهَا، وَطَلَّقَ عُتَيْبَةُ أُمَّ كُلْثُومٍ، وَجَاءَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم حِينَ فَارَقَ أُمَّ كُلْثُومٍ، فَقَالَ: كَفَرْتُ بِدِينِكَ، وَفَارَقْتُ ابْنَتَكَ، لا تُحِبُّنِي وَلا أُحِبُّكَ، ثُمَّ تَسَلَّطَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَشَقَّ قَمِيصَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: " أَمَا إِنِّي أَسْأَلُ اللَّهَ أَنْ يُسَلِّطَ عَلَيْهِ كَلْبَهُ "، فَخَرَجَ نَفَرٌ مِنْ قُرَيْشٍ حَتَّى نَزَلُوا فِي مَكَانٍ مِنَ الشَّامِ، يُقَالُ لَهُ الزَّرْقَاءُ لَيْلا، فَأَطَافَ بِهِمُ الأَسَدُ تِلْكَ اللَّيْلَةَ، فَجَعَلَ عُتَيْبَةُ يَقُولُ: يَا وَيْلُ أُمِّي، هُوَ وَاللَّهِ آكِلِي كَمَا دَعَا مُحَمَّدٌ عَلَيَّ، قَتَلَنِي ابْنُ أَبِي كَبْشَةَ وَهُوَ بِمَكَّةَ، وَأَنَا بِالشَّامِ، فَعَوَى عَلَيْهِ الأَسَدُ مِنْ بَيْنِ الْقَوْمِ وَأَخَذَ بِرَأْسِهِ، فَضَغَمَهُ ضَغْمَةً، فَذَبَحَهُ.

 قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ: فَحَدَّثَنَا بِجَمِيعِ ذَلِكَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ الْحَافِظُ، قَالَ: حَدَّثَنَا الثَّقَفِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْمِقْدَامِ، قَالَ: حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ الْعَلاءِ الْعَبْدِيُّ، عَنِ ابْنِ أَبِي عَرُوبَةَ، عَنْ قَتَادَةَ.

قَالَ زُهَيْرٌ: وَحَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ: " أَنَّ الأَسَدَ لَمَّا طَافَ بِهِمْ تِلْكَ اللَّيْلَةَ انْصَرَفَ عَنْهُمْ، فَنَامُوا وَجُعِلَ عُتَيْبَةُ فِي وَسْطِهِمْ، فَأَقْبَلَ الأَسَدُ يَتَخَطَّاهُمْ حَتَّى أَخَذَ بِرَأْسِ عُتَيْبَةَ، فَفَدَغَهُ، وَتَزَوَّجَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ رُقَيَّةَ، فَتُوُفِّيَتْ عِنْدَهُ، وَلَمْ تَلِدْ لَهُ، وَتَزَوَّجَ أَبُو الْعَاصِ بْنُ الرَّبِيعِ زَيْنَبَ فَوَلَدَتْ لَهُ أُمَامَةَ

Dan dalam khabar yang Abu ‘Abdillah (yakni Imam Al-Hakim rahimahullah) mengabarkan kepada kami –kami membacakan kepadanya-, dikisahkan, “Di masa jahiliyah dahulu, Ummu Kultsum –yakni salah seorang putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam- menikah dengan ‘Utaibah bin Abi Lahab, sementara Ruqayyah menikah dengan saudara ‘Utaibah; yaitu ‘Utbah bin Abi Lahab. Tatkala Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan surat Tabbat yadaa Abi Lahab, berkatalah Abu Lahab kepada kedua putranya tersebut, “Kepalaku dan kepala kalian berdua haram andaikan kalian tidak menceraikan dua putri Muhammad!” Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam meminta ‘Utbah menceraikan Ruqayyah, demikian pula Ruqayyah pun memintanya untuk diceraikan.

Baca juga: Sahabat Umar Bin Kahttab Menangis Melihat Keadaan Rasulullah SAW

Berkatalah Ummu Jamil (*) binti Harb bin Umayyah –dan dialah wanita si pembawa kayu bakar (sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Lahab)- kepada ‘Utbah, “Ceraikan ia wahai putraku! Sungguh dia itu telah condong (pada agama ayahnya),” lalu ‘Utbah pun menceraikannya, diikuti dengan ‘Utaibah yang menceraikan Ummu Kultsum. ‘Utaibah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam setelah ia menceraikan Ummu Kultsum seraya berseru, “Aku kafir kepada agamamu! Kini aku telah ceraikan putrimu! Kamu tidak mencintaiku maka aku pun tidak mencintaimu!”

Kemudian mulailah ‘Utaibah berbuat kasar kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan sampai gamis beliau sobek, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a, “Maka sungguh aku memohon padaMu ya Allah agar menguasakan hewan buasMu kepadanya!”

$ads={1}

Pada suatu malam keluar lah rombongan orang-orang Quraisy (yang di dalamnya ada ‘Utaibah) hingga mereka singgah di suatu tempat yang merupakan bagian dari wilayah Syam yang disebut Az-Zarqa’. Tiba-tiba muncullah seekor singa yang berjalan berputar-putar mengelilingi mereka pada malam itu. ‘Utaibah mengatakan, “Wahai celaka ibuku! Demi Allah, singa itu akan memakanku sebagaimana Muhammad mendo’akanku! Ibnu Abi Kabsyah (laqabnya Rasulullah) telah membunuhku selagi ia sedang berada di Makkah sementara aku berada di Syam!” Lalu singa itu mengaum ke arah ‘Utaibah yang sedang dikelilingi oleh kaumnya dan ia langsung menerkam kepala ‘Utaibah, menggigitnya dengan cengkraman yang kuat hingga matilah ia seketika.”

Baca juga: Detik-detik Terbunuhnya Cucu Nabi Muhammad SAW ( Sayyidina Husein )

Abu ‘Abdillah berkata, Muhammad bin Isma’il Al-Hafizh menceritakan seluruh kisah tersebut kepada kami, ia berkata, Ats-Tsaqafi menceritakan kepada kami, ia berkata, Ahmad bin Al-Miqdam menceritakan kepada kami, ia berkata, Zuhair bin Al-‘Ala’ Al-‘Abdi menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi ‘Arubah, dari Qatadah.

Zuhair berkata, dan Hisyam bin ‘Urwah menceritakan kepada kami, dari Ayahnya, “Tatkala singa tersebut berjalan berputar-putar mengelilingi mereka pada malam itu, ia sempat beranjak pergi dari mereka sampai mereka tertidur (karena merasa sudah aman) dan ‘Utaibah berada di tengah-tengah mereka, tiba-tiba singa tersebut muncul kembali melewati mereka hingga ia berhasil menerkam kepala ‘Utaibah dan melumatnya. ‘Utsman bin ‘Affan kemudian menikahi Ruqayyah hingga Ruqayyah wafat di sisinya dan keduanya belum memiliki keturunan. Lalu Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’ menikahi Zainab binti Muhammad (putri pertama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam) dan ia melahirkan Umamah binti Abul ‘Ash.”

Dan dalam Dala’il An-Nubuwwah 1/456 karya Imam Abu Nu’aim Al-Ashbahani rahimahullah :

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: " اللَّهُمَّ سَلِّطْ عَلَيْهِ كَلْبًا مِنْ كِلابِكَ ". قَالَ: وَأَبُو طَالِبٍ حَاضِرٌ فَوَجِمَ عَنْهَا، وَقَالَ: مَا أَغْنَاكَ عَنْ دَعْوَةِ ابْنِ أَخِي، فَرَجَعَ فَأَخْبَرَهُ بِذَلِكَ، وَخَرَجُوا إِلَى الشَّامِ فَنَزَلُوا مَنْزِلا فَأَشْرَفَ عَلَيْهِمُ الرَّاهِبُ مِنَ الدَّيْرِ، فَقَالَ لَهُمْ: هَذِهِ أَرْضُ مَسْبَعَةٍ، فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ: يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ، أَعِينُونَا هَذِهِ اللَّيْلَةَ، فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْهِ دَعْوَةَ مُحَمَّدٍ، فَجَمَعُوا أَحْمَالَهُمْ فَفَرَشُوا لِعُتَيْبَةَ عَلَيْهَا، وَنَامُوا حَوْلَهُ، فَجَاءَ الأَسَدُ فَجَعَلَ يَتَشَمَّمُ وُجُوهَهُمْ، ثُمَّ ثَنَى ذَنَبَهُ فَوَثَبَ فَضَرَبَهُ بِيَدَيْهِ ضَرْبَةً فَأَخَذَهُ فَخَدَشَهُ، فَقَالَ: قَتَلَنِي وَمَاتَ مَكَانَهُ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a, “Ya Allah, kuasakanlah atasnya seekor hewan buas di antara hewan-hewan buas ciptaanMu!” Sementara Abu Thalib ada di dekat beliau dan muramlah ia karena do’a tersebut. Lalu Abu Thalib bergumam, “Belum cukupkah kamu terhadap do’a keponakanku ini?” Kemudian ia kembali untuk memberitahu Abu Lahab mengenai do’a keponakan mereka tersebut. Setelah itu rombongan Abu Lahab pergi menuju Syam hingga mereka singgah di suatu tempat. Ada seorang rahib dari biara yang ada di tempat itu mengamati gerak-gerik rombongan Abu Lahab (yang terlihat resah), ia memberitahu mereka, “Ini adalah daratan yang banyak hewan buasnya.” Setelah mendengar penjelasan rahib, Abu Lahab berseru, “Wahai kaum Quraisy! Tolonglah kami malam ini, aku benar-benar takut do’a Muhammad akan menimpa putraku!” Lalu mereka mengumpulkan barang-barang bawaan masing-masing serta membentangkannya di sekitar ‘Utaibah lantas mereka pun tidur mengelilinginya. Sekonyong-konyong datanglah seekor singa sembari mengendus-endus wajah mereka (yang sedang tertidur lelap), tiba-tiba ia berputar dan melompat ke tempat ‘Utaibah tidur, mencengkram dengan cengkraman cakarnya dan mengoyak-ngoyaknya, berteriaklah ‘Utaibah, “Dia telah membunuhku!!” Seketika itu matilah ia di tempatnya.

Baca juga: Benarkah Sayyidina Hasan bin Ali Gemar Kawin-Cerai?

Fawa’id yang bisa dipetik dari kisah diatas adalah :

1. Walaupun manusia bersatu-padu untuk membantu menolak keburukan yang akan menimpanya, apabila Allah Ta’ala telah mentakdirkan keburukan tersebut ia alami, maka tak akan ada yang bisa membantunya. Sebaliknya, walaupun manusia bersatu-padu untuk mencelakainya, namun apabila Allah Ta’ala telah mentakdirkan ia akan selamat, maka tak akan ada yang bisa mencelakainya.

2. Makbulnya do’a Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, baik do’a kebaikan maupun do’a keburukan.

3. Berhati-hati dari menzhalimi orang lain, boleh jadi ia berdo’a kepada Allah Ta’ala dan mendo’akan kecelakaan kepada orang yang menzhaliminya. Lantas Allah Ta'ala pun mengabulkannya!

4. Ibnu Abi Kabsyah adalah laqab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang diberikan oleh orang-orang Quraisy, mengapa beliau dijuluki seperti itu? Karena konon ada kakek beliau dari jalur ibu yang dijuluki Abu Kabsyah, ia berasal dari bani Khuza’ah. Abu Kabsyah ini menyembah bintang-bintang dan diantara orang-orang Arab hanya ia yang menyembah bintang, jadilah ia menyelisihi mereka. Oleh karena itu ketika datang Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mendakwahkan sesuatu yang berbeda dengan orang-orang Arab, mereka memanggil beliau : Ibnu Abi Kabsyah, karena sama-sama menyelisihi apa yang disembah oleh orang-orang Arab.

Kita berlindung dari akhir yang buruk serta dari kekafiran yang membinasakan.

Wallahu a’lam.

(*) Pada teks bahasa Arab tertulis Ummu Kultsum dan ini keliru, yang benar adalah Ummu Jamil sebagaimana telah banyak diketahui.

Oleh: Tommi Marsetio

Demikian Artikel " Kisah Utaibah bin Abu Lahab Mati Diterkam Singa "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah - 

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close