Tuduhan Imam Al-Haddad Menjiplak Susunan Wirid Imam Al-Rafi'i

TUDUHAN IMAM AL-HADDAD MENJJIPLAK SUSUNAN WIRID IMAM AL-RAFI'I

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Memang sulit memahami nalar orang yang hati dan pikirannya sudah dipenuhi kebencian. Sekuat apapun argumentasi ilmiah yang diberikan untuk menjawab keraguan, jika hatinya sudah benci, keilmiahan tidak lagi dijadikan sebagai acuan. 

Kira-kira begitu keadaan yang dijumpai di sebagian kalangan yang terlanjur membenci Sādah Bani Alawi (kalangan Habib). Jika kebencian itu dialamatkan kepada oknum habib-habib muda saat ini, tentu alasan ketidaksukaan itu bisa dipahami. Tapi, jika kebencian itu diarahkan kepada habāib yang hidup tiga atau dua abad yang lalu, yang menjadi pertanyaan besar adalah apa kesalahan dari habāib masa lalu yang sudah merugikan para pembenci itu. 

Kondisi ini yang dialami oleh al-Imam al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddād, seorang ulama Bani Alawi yang menyusun banyak kitab, dan populer dengan sebutan sebagai penyusun Ratib ul-Haddād. Tuduhan yang ditimpakan kepada Habib Abdullah bin Alwi al-Haddād saat ini adalah bahwa beliau menjiplak Ratib susunannya dari awrād (kumpulan wirid) Imam al-Rāfi'i. 

Tuduhan penjiplakan itu yang menurut para pembenci habāib disebut sebagai bentuk pembajakan, atau bahkan penipuan spiritual yang dilakukan oleh Bani Alawi kepada umat (naudzu billah min dzālik). Jelas tuduhan ini tidak main-main. Apalagi orang yang melempar tuduhan diketahui sebagai guru, panutan umat dan tokoh di wilayahnya. 

$ads={1}

Yang dikhawatirkan dari tuduhan yang membuta babi seperti itu adalah makin tidak tertariknya orang-orang awam terhadap kajian aswaja yang sudah dengan susah payah dirintis para ulama sejak dulu. Sehingga sebenarnya, tanpa disadari para kiai atau gus yang tergabung di dalam majelis pembenci para habaib, sedang melakukan tindakan pengurangan jamaah aswaja melalui narasi-narasi negatif yang mereka kembangkan. Jadi, jangan heran, jika di dalam 5 tahun ke depan, kajian Wahabi akan makin ramai peminat tersebab "permusuhan" yang terjadi di sesama kalangan aswaja. 

Kembali kepada persoalan pokok, apa benar Habib Abdullah bin Alwi al-Haddād menjiplak awrād karya Imam al-Rifai? 

Untuk menjawab pertanyaan pokok ini, kita harus mengklarifikasi beberapa hal: 

Pertama, silsilah nasab Imam al-Rifa'i

Kedua, masa hidup Imam al-Rifa'i 

Ketiga, masa hidup Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad

Keempat, transmisi keilmuan di kalangan keturunan ahlul bait, baik yang berada di Irak dan di Yaman. 

Keempat hal yang harus diklarifikasi itu cukup panjang untuk dibahas. Di dalam tulisan ini, saya hanya menyuguhkan poin-poin yang dianggap penting. 

Baca juga: Tabah Ketika Disakiti Orang Oleh Imam Abdullah al Haddad

1. Imam al-Rifa'i merupakan ulama keturunan Sayyidina Husain bin Ali bin Abu Thalib alaihimas salam. Nama beliau adalah Ahmad bin Ali bin Yahya bin Sayyid Tsabit bin Hāzim bin Ali bin Sayyid Ahmad bin Ali bin Hasan bin Rifa'ah al-Hasyimi bin Sayyid Mahdi bin Muhammad bin Hasan bin Sayyid Husain al-Ridha bin Sayyid Ahmad al-Akbar bin Musa al-Tsani bin Ibrahim bin Sayyid Musa al-Kazhim bin Sayyidina Ja'far al-Shādiq bin Muhammad al-Baqir bin Imam Ali Zaynal Abidin bin Sayyidina Husain bin Sayyidina Ali bin Abu Thalib. Beliau dilahirkan di Wasith Irak dan wafat di dekat Bashrah pada tahun 576 H. 

2. Sedangkan Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad wafat pada abad 12 H atau 8 abad setelah Imam al-Rifai.

3. Bahwa sudah merupakan kebiasaan di kalangan keturunan ahlul Bait, saling mengambil ilmu atau pengetahuan di antara mereka. Kebiasaan itu merupakan di antara cara mempertahankan ajaran kakek mereka Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Kebiasaan itu merupakan penegasan dari ucapan Nabi Muhammad sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih al-Bukhari: 

تركتُ فيكُم أمرينِ لَن تضلُّوا ابدًا مَا إن تمسّكتم بهما كتابَ اللهِ وَعِترتِي

Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua pusaka. Kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya; al-Qur'an dan keturunanku. (Koreksi jika kutipan ini salah)

4. Bahwa para keturunan Nabi Muhammad menjaga spiritualitas ajaran agama kakek mereka melalui wirid-wirid yang diriwayatkan dari satu generasi ke generasi.  Sebagaimana diketahui, bahwa sebelum Imam Ahmad bin Isa hijrah ke Yaman, mayoritas keturunan Nabi Muhammad tinggal di Irak. Keberadaan mereka di Irak, didorong oleh jaminan yang diberikan oleh Imam Muhammad al-Nafsu Zakiyyah yang akan melindungi mereka jika berhasil mengungguli kekuasaan Bani Abbasiyyah. 

5. Bahwa jika ada kesamaan susunan wirid antara Imam al-Rifa'i dengan Ratib Imam al-Haddād, kesamaan ini tidak perlu dijadikan bahan keributan. Justru kesamaan itu menunjukkan ada kesamaan periwayatan dari ajaran Imam Musa al-Kazhim yang merupakan pangkal nasab dari Imam al-Rifa'i dan Imam al-Haddād. 

6. Bahwa penamaan wirid itu menjadi Ratib ul-Haddăd tidak dapat dijadikan sebagai alasan bahwa Imam al-Haddād membajak susunan wirid Imam al-Rifa'i. Dalam kaitannya dengan bacaan doa atau susunan wirid, para ulama tidak mengenal istilah bajak membajak. Dasar dari susunan wirid adalah periwayatan yang diterima seorang ulama dari guru-gurunya secara musalsal. Yang menjadi masalah adalah sampai saat ini belum ada ulama yang meneliti jalur periwayatan wirid ulama keturunan ahlul bait Yaman dari ulama keturunan ahlul bait Irak. Sependek pengetahuan saya, para habaib secara jujur mengakui banyak periwayatan yang mereka terima dari ulama-ulama di luar Yaman. 

Baca juga: Kenapa Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki Tidak Pernah Ke Yaman?

7. Bahwa mengatakan Imam al-Haddad telah membajak wirid Imam al-Rifa'i merupakan tuduhan keji dan menganggap Imam al-Haddad sebagai seorang mudallis. Apakah pantas Imam al-Haddad dituduh sebagai mudallis, padahal beliau adalah ulama yang hidup dalam keadaan buta dan tidak punya banyak murid selama hidupnya? Popularitas Imam al-Haddad justru mulai melambung setelah beliau wafat. Lalu apa untungnya bagi Imam al-Haddad membajak wirid Imam al-Rifa'i sedangkan beliau sendiri mengajak banyak orang untuk tidak mencari syuhrah (popularitas)? 

8. Bahwa susunan wirid itu tidak sama dengan karya ilmiah. Kasus plagiasi di kalangan ulama hanya terjadi pada karya pemikiran seperti tuduhan plagiasi yang dilakukan oleh Ibnu Khaldun terhadap karya Imam Ibnu al-Atsir di dalam al-Muqaddimah. Kesamaan susunan wirid itu menunjukkan adanya kesamaan frekuensi spiritual. Jika Imam al-Rifa'i menempatkan bacaan tasbih setelah bacaan Lā ilāha illa Allah wahdahu lā syarika lahu, itu bukan berarti Imam al-Haddād tidak boleh melakukan hal yang sama karena plagiasi (?). Justru di situ kita menemukan adanya pertemuan periwayatan di antara sesama keturunan Imam Husain. Dan boleh jadi, susunan wirid keturunan Imam Husain adalah wirid Imam al-Rifa'i dan Ratibul Haddād (!) Lalu, apa masalahnya di sini?

Oleh: KH. Abdi Kurnia Djohan

Demikian Artikel " KH Soleh Rohmani; Ulama Permata Betawi yang Alim dan Sederhana "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah - 

Redaksi

Rumah Muslimin Grup adalah Media Dakwah Ahlusunnah Wal jama'ah yang berdiri pada pertengahan tahun 2017 Bermazhab Syafi'i dan berakidah Asyariyyah. Bagi sobat rumah-muslimin yang suka menulis, yuk kirimkan tulisannya ke email kami di dakwahislamiyah93@gmail.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close