KH THOIFUR MAWARDI: BIOGRAFI, PENDIDIKAN, KISAH
RUMAH-MUSLIMIN.COM | BIOGRAFI - Dalam sejarah perjalanan ulama Nusantara, banyak tokoh yang meninggalkan jejak mendalam, baik melalui keilmuannya maupun karomah yang dianugerahkan Allah ï·». Salah satunya ialah KH. Muhammad Thoifur Mawardi, seorang kiai kharismatik yang dikenal luas sebagai ahli mimpi berjumpa Rasulullah ï·º serta penemu “Sumur Thoifur” di Ma’had Rushaifah, Makkah. Kehidupan beliau bukan hanya kisah seorang santri pengembara ilmu, tetapi juga bukti nyata kedekatan seorang alim dengan Baginda Nabi ï·º.
Riwayat Hidup dan Keluarga
KH. Muhammad Thoifur Mawardi lahir pada 8 Agustus 1955. Beliau merupakan putra dari KH. R. Mawardi, seorang ulama keturunan dzurriyyah KH. R. Imam Maghfuro (R. Hasan Benawi), yang masih bersambung dengan trah Joko Umbaran hingga Sultan Agung Hanyokrokusumo. Keturunan ini dikenal luas di wilayah Karesidenan Kedu, khususnya Bagelen, sebagai bagian penting dari sejarah Islamisasi daerah tersebut.
$ads={1}
Sanad Ilmu dan Pendidikan
Sejak muda, KH. Muhammad Thoifur Mawardi menunjukkan semangat besar dalam menuntut ilmu agama. Beliau mengembara ke berbagai pesantren ternama di Jawa, seperti Pondok Sugihan Kajoran Magelang, Pondok Lasem, dan Pondok Rembang. Namun perjalanan intelektualnya mencapai puncak ketika beliau menimba ilmu di Rushaifah, Makkah, berguru langsung pada seorang tokoh besar abad ke-21, Al-Qutb Al-Irsyad wad Da’wah As-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki Al-Hasani.
Di bawah bimbingan Sayyid Muhammad, KH. Thoifur menuntut ilmu selama lebih dari satu dekade, yakni dari tahun 1976 hingga 1988. Dari sanalah beliau mendapatkan banyak keberkahan sanad keilmuan. Guru-guru beliau antara lain KH. Abdul Hamid Kajoran, KH. Ma’shum Lasem, KH. Baidlawi Lasem, dan yang paling menonjol adalah As-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki sendiri.
Baca juga: Biografi Syekh Musthafa Husein Al-Mandili, Ulama Besar Mandailing
Mendirikan Pesantren
Sepulangnya ke tanah air, KH. Muhammad Thoifur Mawardi mendirikan Pesantren Darut Tauhid 8 Kemiri. Pesantren ini menjadi wadah bagi beliau untuk meneruskan estafet dakwah dan pendidikan, serta melahirkan generasi santri yang berpegang teguh pada ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah. Murid-murid beliau adalah para santri yang menimba ilmu di pesantren tersebut dan banyak di antaranya kemudian turut berkhidmah di masyarakat.
Baca juga: KH Abdurrahman Syakur: Ulama yang Faqih dan Istiqamah
Karomah dan Keistimewaan
KH. Muhammad Thoifur Mawardi dikenal dengan beberapa karomah yang melekat erat dalam kehidupan beliau.
Ahli Bertemu Rasulullah ï·º dalam Mimpi
Beliau mendapat julukan sebagai “ahli mimpi bertemu Rasulullah ï·º” karena seringkali dianugerahi kesempatan berjumpa Nabi dalam mimpi. Bahkan, gurunya, Abuya Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki, kerap meminta pendapat kepada KH. Thoifur melalui mimpi itu sebelum melakukan perjalanan ke luar negeri. Bila dalam mimpinya Rasulullah ï·º merestui, maka Abuya berangkat; bila tidak, maka beliau pun menunda perjalanan tersebut.
Penemu Sumur Thoifur di Rushaifah, Makkah
Salah satu karomah yang paling terkenal adalah penemuan sumur di Ma’had Rushaifah. Pada masa itu, para santri mengalami kesulitan air bersih hingga KH. Thoifur kerap tidak mandi berhari-hari. Dalam keprihatinannya, beliau melakukan shalat istikharah dan mendapatkan mimpi berjumpa Rasulullah ï·º yang menunjukkan lokasi sumur. Atas petunjuk gurunya, sumur tersebut digali, dan benar saja, air jernih menyembur hanya dengan kedalaman kurang dari dua meter. Sumur itu kemudian dikenal dengan nama “Bi’ru Thoifur” dan menjadi penyelamat kebutuhan air para santri.
Kitab Berjalan
Karena keluasan ilmunya dalam berbagai disiplin keagamaan, KH. Muhammad Thoifur Mawardi dijuluki “Kitab Berjalan”. Gelar ini diberikan karena banyak orang yang menganggap beliau sebagai ensiklopedia hidup dalam ilmu-ilmu agama, mulai dari tafsir, hadis, fikih, hingga tasawuf.
Wafat
Setelah puluhan tahun berkhidmah dalam dunia pendidikan dan dakwah, KH. Muhammad Thoifur Mawardi akhirnya berpulang ke rahmatullah pada Selasa, 19 Agustus 2025, pukul 16.30 WIB di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Tjitrowardojo, Purworejo.
Jenazah beliau kemudian dimakamkan pada Rabu, 20 Agustus 2025, pukul 11.00 WIB di Kedungsari, Purworejo, Jawa Tengah. Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, para santri, serta masyarakat luas yang selama ini mendapat bimbingan dan teladan darinya.
Penutup
KH. Muhammad Thoifur Mawardi merupakan sosok ulama yang meninggalkan warisan berharga: keteguhan dalam menuntut ilmu, keteladanan dalam mengasuh santri, serta kedekatan spiritual yang sangat istimewa dengan Rasulullah ï·º. Kisah hidupnya akan senantiasa menjadi inspirasi, sementara jejak dakwah dan pendidikan yang ditinggalkan akan terus hidup melalui para murid dan pesantren yang beliau dirikan. Semoga Allah ï·» menempatkan beliau di sisi para kekasih-Nya dan melipatgandakan pahala atas segala amal jariyahnya.